Neuropati perifer adalah penyakit akibat kerusakan pada sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi. Kerusakan tersebut mengganggu fungsi saraf tepi dalam mengirimkan sinyal dari organ ke otak atau sebaliknya.

Sistem saraf tepi berfungsi untuk mengirimkan sensasi fisik dari seluruh organ tubuh ke otak. Fungsi ini membuat kita mampu merasakan sentuhan, nyeri, panas, atau dingin dan juga membantu dalam menjaga keseimbangan.

neuropati perifer - alodokter

Saraf tepi juga menyalurkan perintah dari otak untuk menjalankan fungsi tertentu, seperti menggerakkan tubuh, mengeluarkan keringat, meningkatkan detak jantung, dan mengatur tekanan darah.

Pada penderita neuropati perifer, fungsi-fungsi di atas dapat terganggu sebagian atau seluruhnya. Keluhan yang dialami dapat berbeda-beda, tergantung pada bagian dan lokasi saraf tepi yang terganggu. Namun, gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri, kesemutan, dan lemah otot.

Penyebab Neuropati Perifer

Neuropati perifer disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf tepi. Kerusakan itu sendiri bisa terjadi karena cedera atau penyakit tertentu. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya neuropati perifer adalah:

Faktor risiko neuropati perifer

Neuropati perifer juga lebih berisiko terjadi pada seseorang dengan faktor berikut ini:

  • Berusia 50 tahun ke atas
  • Menderita diabetes
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
  • Menderita tekanan darah tinggi
  • Menderita kolesterol tinggi
  • Merokok
  • Melakukan gerakan berulang akibat tuntutan pekerjaan
  • Memiliki keluarga yang juga menderita neuropati perifer

Gejala dan Jenis Neuropati Perifer

Gejala neuropati perifer bervariasi, tergantung pada saraf yang terkena gangguan. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis neuropati perifer dan gejalanya:

Neuropati perifer motorik

Neuropati motorik adalah gangguan pada saraf yang mengontrol gerak tubuh (fungsi motorik). Gejalanya antara lain:

  • Kedutan dan kram otot
  • Lemah otot hingga kelumpuhan pada satu otot atau lebih
  • Kaki atau tangan lunglai dan tampak jatuh (foot drop/wrist drop)
  • Penurunan massa otot (atrofi otot)

Neuropati perifer sensorik

Neuropati sensorik adalah gangguan pada saraf yang mengirim sinyal sensasi, seperti sentuhan, suhu, atau nyeri. Gejala yang bisa timbul akibat neuropati perifer jenis ini adalah:

  • Mudah merasa sakit meski hanya tersentuh sedikit (alodinia)
  • Nyeri seperti ditusuk atau terasa panas, biasanya di kaki
  • Kesemutan
  • Ketidakmampuan dalam merasakan nyeri atau perubahan suhu, terutama di kaki
  • Gangguan keseimbangan atau koordinasi gerak tubuh (ataksia sensorik)

Mononeuropati

Mononeuropati adalah jenis neuropati perifer yang terjadi hanya pada salah satu saraf tepi yang spesifik. Contoh gejala mononeuropati adalah:

  • Penglihatan ganda atau sulit fokus, yang terkadang disertai sakit pada mata, jika terjadi pada saraf kranial yang mengontrol gerakan bola mata (saraf kranial III, IV, atau VI)
  • Kelumpuhan pada salah satu sisi wajah atau Bell’s palsy, jika terjadi pada saraf yang mengontrol gerakan wajah (saraf kranial VII)
  • Jari tangan terasa lemah atau kesemutan atau carpal tunnel syndrome jika saraf medianus di pergelangan tangan terjepit

Neuropati perifer otonomik

Neuropati otonomik adalah cedera pada saraf otonom. Saraf ini berfungsi mengontrol proses tubuh yang bekerja secara otomatis, seperti tekanan darah, fungsi pencernaan, dan fungsi kandung kemih. Berikut adalah gejalanya:

  • Detak jantung cepat (takikardia) meski saat beristirahat
  • Disfagia atau sulit menelan
  • Perut kembung
  • Sering bersendawa
  • Mual
  • Sembelit atau diare di malam hari
  • Buang air besar yang sulit dikontrol (inkontinensia tinja)
  • Beser atau sering buang air kecil
  • Tubuh jarang berkeringat, atau sebaliknya terus-menerus berkeringat
  • Gangguan fungsi seksual, seperti disfungsi ereksi
  • Hipotensi ortostatik

Kapan harus ke dokter

Segera cari pertolongan medis jika Anda mengalami gejala awal neuropati perifer, misalnya:

  • Nyeri, kesemutan, atau mati rasa di kaki atau tangan
  • Tubuh lemah atau hilang keseimbangan
  • Luka di kaki yang tidak disadari penyebabnya

Lakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin bila Anda memiliki kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya neuropati perifer, seperti diabetes. Jika ditangani dengan tepat sedini mungkin, kemungkinan munculnya komplikasi akibat neuropati perifer bisa menurun.

Diagnosis Neuropati Perifer

Pada saat konsultasi penyakit saraf untuk neuropati perifer, dokter akan menanyakan beberapa hal berikut:

  • Gejala yang dialami
  • Gaya hidup
  • Riwayat penyakit pasien dan keluarga
  • Pengobatan yang sedang dijalani

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan saraf pada pasien. Tes yang dapat dilakukan meliputi:

  • Pemeriksaan kemampuan dalam merasakan sensasi tertentu
  • Tes kekuatan otot
  • Tes gerak refleks
  • Pemeriksaan gaya berjalan dan postur
  • Tes keseimbangan tubuh

Bila diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan lain, seperti:

  • Tes darah
    Tes darah dilakukan guna mencari tahu kemungkinan adanya penyakit diabetes, gangguan fungsi imun, atau kekurangan vitamin tertentu.
  • Tes pencitraan
    CT scan dan MRI dilakukan untuk mendeteksi tumor dan kelainan pada otak atau saraf tulang belakang, seperti hernia di bantalan tulang belakang (hernia nukleus pulposus/HNP).
  • Tes fungsi saraf
    Tes fungsi saraf dapat dilakukan dengan elektromiografi (EMG) dan tes konduksi saraf untuk mengukur aktivitas listrik pada otot dan kecepatan aliran sinyal pada saraf. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi aliran saraf yang rusak.
  • Pungsi lumbal
    Pungsi lumbal dilakukan untuk mendeteksi infeksi atau peradangan pada tulang belakang. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel cairan serebrospinal (cairan di dalam otak dan tulang belakang) untuk selanjutnya diteliti di laboratorium.
  • Biopsi saraf
    Biopsi dilakukan dengan mengambil sebagian kecil saraf tepi atau kulit di pergelangan kaki, untuk diteliti di bawah mikroskop. Namun, pemeriksaan ini jarang dilakukan.

Pengobatan Neuropati Perifer

Pengobatan neuropati perifer tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Prosedur yang dapat dilakukan meliputi tindakan tertentu, pemberian obat-obatan, pengobatan alternatif, atau penanganan mandiri.

Tindakan atau obat untuk neuropati perifer

Tindakan atau obat yang dapat diberikan oleh dokter antara lain:

  • Vitamin B12 tablet atau suntik, pada neuropati perifer yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12
  • Obat pereda nyeri, seperti paracetamol, ibuprofen, dan tramadol
  • Obat khusus nyeri saraf, seperti antidepresan, seperti amitriptilin atau duloxetine; dan obat antikejang, contohnya gabapentin dan pregabalin
  • Salep capsaicin, untuk mengalihkan nyeri yang tajam akibat neuropati perifer
  • Fisioterapi dan alat bantu gerak, seperti walker atau tongkat, untuk neuropati perifer yang menyebabkan gejala lemah otot
  • Terapi listrik, seperti TENS, untuk menghambat impuls nyeri dari saraf yang rusak
  • Operasi, pada neuropati perifer yang disebabkan oleh tekanan di saraf, misalnya akibat tumor atau saraf kejepit
  • Suntik botulinum toxin (botox), untuk neuropati perifer yang menyebabkan keringat berlebih (hiperhidrosis)
  • Transfusi tukar plasma darah pada pasien, untuk menyingkirkan antibodi atau protein yang menyebabkan peradangan dan kerusakan pada saraf, seperti pada penyakit autoimun atau amiloidosis

Selain cara-cara di atas, ada pula terapi alternatif yang dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk neuropati perifer, misalnya akupuntur, suplementasi antioksidan alpha-lipoic acid, serta suplementasi asam amino tertentu. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum menjalani terapi alternatif.

Penanganan mandiri

Penderita neuropati perifer juga bisa melakukan sejumlah hal untuk meningkatkan kesembuhan, di antaranya:

  • Berolahraga secara rutin untuk meredakan nyeri, meningkatkan kekuatan otot, dan mengendalikan kadar gula darah, misalnya dengan berjalan santai 3 kali dalam seminggu
  • Berhenti merokok untuk mencegah terjadinya komplikasi neuropati perifer
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan agar gejala tidak memburuk
  • Mengonsumsi makanan sehat, seperti buah, sayur, gandum, serta makanan tinggi protein dan vitamin B
  • Memeriksakan kadar gula darah secara rutin, terutama pada pasien neuropati perifer yang juga menderita diabetes
  • Merawat kaki dan menghindari luka di kaki, terutama jika kaki mati rasa atau kurang sensitif, misalnya dengan memakai kaos kaki yang lembut dan sepatu yang empuk

Komplikasi Neuropati Perifer

Neuropati perifer dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. Komplikasi yang dapat terjadi tergantung pada gejala yang dialami akibat kondisi ini. Contoh komplikasi neuropati perifer antara lain:

  • Peningkatan risiko jatuh dan cedera, pada neuropati yang menyebabkan lemah otot atau gangguan keseimbangan
  • Penurunan kualitas hidup akibat keterbatasan dalam bergerak
  • Penurunan kualitas hidup dan rasa percaya diri akibat hilangnya kontrol buang air besar atau buang air kecil
  • Cedera atau luka bakar yang berat karena terlambat disadari, pada neuropati yang menyebabkan mati rasa
  • Infeksi, gangrene atau kematian jaringan, hingga amputasi pada luka yang tidak segera diatasi karena mati rasa
  • Tekanan darah rendah, yang dapat ditandai pusing atau perasaan akan pingsan ketika berdiri terlalu lama, pada neuropati perifer yang mengenai saraf otonom

Pencegahan Neuropati Perifer

Cara terbaik untuk mencegah neuropati perifer adalah dengan menghindari atau mengendalikan faktor-faktor risikonya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menjalani gaya hidup sehat, seperti:

  • Mengonsumsi makanan kaya nutrisi, seperti buah, sayur, dan sumber protein tanpa lemak, untuk menjaga kesehatan saraf
  • Berolahraga secara rutin dan menjaga berat badan ideal, sesuai dengan anjuran dokter
  • Menghindari hal yang dapat menyebabkan cedera pada saraf, misalnya gerakan berulang tanpa istirahat, posisi tubuh yang menekan saraf, kebiasaan merokok, dan konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  • Mengenakan pakaian pelindung ketika melakukan aktivitas berisiko agar tidak terjadi luka
  • Melakukan kontrol rutin, terutama bagi penderita diabetes tipe 2, untuk menghambat terjadinya kondisi yang lebih buruk