Hormon kortisol berperan dalam memengaruhi respons tubuh terhadap stres, baik secara fisiologis maupun psikologis. Hormon ini dihasilkan secara alami oleh tubuh ketika menghadapi kondisi atau situasi tertentu, bahkan saat mengalami tekanan psikis.
Tubuh memiliki mekanisme tersendiri dalam menghadapi ancaman atau stres dan salah satunya adalah menghasilkan hormon kortisol atau disebut juga hormon stres. Hormon ini dihasilkan untuk mempersiapkan diri melawan dan menghadapi hal yang dianggap sebagai ancaman.
Sebagai contoh, ketika Anda dikejar anjing, tubuh bisa menganggap itu sebagai ancaman dan meningkatkan kadar hormon kortisol untuk menghasilkan banyak energi. Dengan energi yang cukup, Anda pun bisa berlari dengan kencang.
Namun, efek hormon kortisol tersebut hanya berlaku sementara. Ketika ancaman pergi atau menghilang, kadar hormon kortisol dan metabolisme pun normal kembali.
Memahami Fakta Mengenai Hormon Kortisol
Ada beberapa fakta tentang hormon kortisol yang menunjukkan fungsi dan bahaya apabila kadarnya tidak normal. Berikut ini adalah beberapa faktanya:
1. Hormon kortisol menyediakan energi
Fungsi utama hormon kortisol adalah menyediakan energi yang melimpah bagi tubuh, terutama ketika sedang berada di bawah ancaman, tekanan, atau stres. Dalam menjalani fungsi ini, tubuh akan menggunakan gula atau glukosa dan lemak untuk menghasilkan energi.
Walaupun demikian, hormon kortisol dan beberapa hormon lainnya juga bisa meningkatkan kadar gula dara pada penderita diabetes. Kondisi ini bisa saja termasuk fenomena fajar atau efek Somogyi.
2. Produksi hormon kortisol dipicu oleh alarm tubuh
Saat merasa terancam, bagian otak akan menyalakan alarm tubuh dan memicu kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal untuk mengeluarkan hormon adrenalin bersamaan dengan hormon kortisol.
Hormon adrenalin akan memicu adrenaline rush yang meningkatkan detak jantung, sedangkan hormon kortisol akan meningkatkan gula dalam aliran darah sehingga otak dapat bekerja lebih efektif dan tubuh bisa menghasilkan lebih banyak energi.
3. Kadar tertinggi hormon kortisol pada pagi hari
Pada kondisi normal, kadar hormon kortisol tertinggi mencapai puncaknya pada pukul 8 pagi dan akan semakin menurun di jam berikutnya. Tingkat hormon kortisol paling rendah adalah saat menjelang tidur.
Namun, hal sebaliknya bisa terjadi pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur pada pagi hari sebagai rutinitas sehari-hari.
4. Kadar kortisol berlebih memicu kenaikan berat badan
Kondisi medis atau penyakit tertentu bisa mengganggu produksi hormon kortisol, sehingga jumlahnya bisa berlebihan atau justru berkurang. Pada kondisi di mana kadar hormon kortisol berlebih, tubuh akan menyimpan banyak lemak.
Hal demikian bisa memicu peningkatan berat badan dan obesitas. Apabila dibiarkan, obesitas bisa menyebabkan penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi, serangan jantung, dan stroke.
5. Kadar kortisol bisa dipicu oleh penyakit tertentu
Hormon kortisol sebenarnya memiliki dampak baik dan tidak berbahaya bagi tubuh, tetapi apabila kadarnya berlebihan atau kekurangan, berbagai keluhan dapat muncul dan bisa saja menjadi tanda adanya penyakit tertentu.
Kadar hormon kortisol berlebih, misalnya terjadi pada sindrom Cushing. Penyakit ini dapat menimbulkan tanda dan gejala yang bervariasi, yaitu berupa penambahan berat badan, tekanan darah tinggi, kadar gula darah meningkat, dan depresi.
Sementara itu, kadar hormon kortisol yang kurang dapat menimbulkan gejala berupa kelelahan ekstrem, penurunan berat badan, nafsu makan berkurang, serta tekanan darah dan gula darah menurun. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita penyakit Addison.
Pada tubuh wanita, kadar hormon stres yang berlebihan bisa menimbulkan gangguan menstruasi berupa telat haid.
Apabila Anda memiliki kondisi di atas, dokter biasanya akan menyarankan untuk melihat tingkat hormon kortisol dalam tubuh melalui tes darah. Biasanya, tes ini dilakukan di pagi hari ketika kadar kortisol sedang tinggi-tingginya.
Jika Anda mengalami berbagai gejala terkait kadar hormon kortisol seperti di atas, segeralah periksakan diri ke dokter. Dengan begitu, pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan untuk menentukan penyebabnya dan pengobatan bisa dilakukan sejak dini.