Orientasi seksual masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan, termasuk aseksual. Orang yang tidak memiliki ketertarikan untuk berhubungan seksual selalu dinilai mengalami gangguan atau disfungsi seksual, padahal mungkin saja orang tersebut tergolong aseksual.
Aseksual adalah orientasi seksual seseorang yang hanya sedikit atau bahkan tidak memiliki ketertarikan seksual sama sekali terhadap orang lain dengan gender atau jenis kelamin apa pun.
Namun, menjadi aseksual bukan berarti tidak ingin terlibat dalam hubungan romantis. Orang yang aseksual bisa saja memiliki ketertarikan romantis dengan orang lain, tetapi keinginannya untuk berhubungan seksual tidak selalu ada.
Jenis-Jenis Aseksual
Orientasi aseksual tidak hanya sekadar dinilai dari ada atau tidaknya ketertarikan seksual, tetapi bisa dilihat pula dari adanya ketertarikan romantis atau tidak. Secara umum, aseksual dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
Romantik
Banyak orang aseksual masih mau menjalin hubungan romantis, baik dengan orang aseksual lainnya atau dengan orang yang tidak aseksual. Kondisi ini disebut juga dengan aseksual romantik.
Aromantik
Bisa jadi seseorang yang aseksual juga tidak tertarik sama sekali pada hubungan romantis. Artinya, seseorang tidak ingin terlibat dalam hubungan romantis sekaligus tidak ingin berhubungan intim sama sekali.
Gray romantik
Seseorang juga mungkin tidak ingin berhubungan intim, tetapi sesekali ingin terlibat dalam hubungan romantis. Kondisi ini disebut dengan aseksual gray romantik.
Gray-A
Gray-A atau gray aseksual merupakan istilah bagi seseorang yang seksualitasnya masih bias, antara seksual dan aseksual. Jadi, sesekali ia akan melakukan hubungan intim, tetapi di lain waktu tidak tertarik sama sekali.
Berbagai Fakta Terkait Aseksual
Selain fakta di atas, berikut ini adalah fakta-fakta lain terkait dengan aseksual:
1. Bukan akibat gangguan medis
Berbeda dengan disfungsi seksual, aseksual tidak disebabkan oleh gangguan fisik maupun jiwa. Pasalnya, orang yang memiliki orientasi aseksual bisa saja memiliki fisik dan mental yang sehat, sehingga tidak bisa digolongkan sebagai penyakit.
Hanya saja, kondisi aseksual mungkin menjadi tekanan tersendiri bagi pemiliknya, bisa akibat tuntutan peran atau anggapan dari orang sekitar yang mengecapnya sakit jiwa. Hal ini pun bisa berdampak pada kesehatan mental orang yang aseksual.
2. Berbeda dengan selibat atau pantangan seksual
Banyak orang yang menyalahartikan aseksual sebagai aktivitas yang pantang atau sedang selibat. Namun, hal ini sebenarnya berbeda. Perbedaan utamanya adalah pantang dan selibat merupakan pilihan, sedangkan aseksual bukan.
Pantang adalah pilihan untuk tidak berhubungan intim dan biasanya bersifat sementara, misalnya baru berhubungan seks setelah menikah saja. Sementara itu, selibat adalah keputusan untuk tidak menikah atau berhubungan seks dalam jangka waktu lama, baik karena faktor agama atau budaya.
3. Masih melakukan aktivitas seksual
Orang dengan aseksual mungkin tidak mau sama sekali untuk berhubungan seksual, tetapi umumnya masih melakukan aktivitas seksual guna memenuhi hasrat seksualnya.
Menurut beberapa penelitian, individu aseksual umumnya melakukan onani atau masturbasi, yang lebih banyak dilakukan oleh pria aseksual daripada wanita aseksual.
Beberapa di antaranya sambil berfantasi seksual, tetapi tidak membayangkan dirinya yang melakukan seks melainkan karakter fiksi tertentu yang berhubungan intim.
4. Bisa memilih untuk melakukan hubungan seksual
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jenis aseksual ada juga yang berupa gray aseksual. Orang dengan orientasi ini juga dapat memilih untuk melakukan hubungan seksual.
Umumnya, orang dengan orientasi gray aseksual mau berhubungan intim karena sangat menikmati keintiman atau kontak fisik dari pasangan romantisnya. Selain itu, untuk menghargai pasangan yang bukan aseksual, orang yang aseksual juga kerap memilih untuk berhubungan seks.
5. Bisa mengalami perubahan orientasi seksual
Orientasi seksual memiliki spektrum yang luas dan bersifat fleksibel. Artinya, orang yang aseksual bisa saja mengalami perubahan orientasi seksual, misalnya menjadi demiseksual atau sapioseksual. Sebaliknya, seorang yang tidak aseksual juga bisa menjadi aseksual.
Intinya, orientasi seksual bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan. Jika Anda atau pasangan Anda termasuk aseksual, sebaiknya komunikasikan kebutuhan seks masing-masing. Bicarakan batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat berhubungan intim.
Itulah beberapa fakta tentang aseksual. Perlu diingat kembali bahwa aseksual bukanlah suatu penyakit. Namun, jika Anda masih memiliki pertanyaan seputar aseksual atau memiliki masalah terkait orientasi seksual Anda, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikater.