Keracunan jengkol atau kejengkolan bisa terjadi ketika makanan ini dikonsumsi secara berlebihan. Gejala keracunan jengkol biasanya muncul 2–6 jam setelah mengonsumsinya dan dapat berlangsung selama beberapa hari. Untuk mengatasi keracunan jengkol, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Konsumsi jengkol sering kali meninggalkan bau mulut dan bau menyengat pada urine. Meski begitu, makanan ini tetap menjadi salah satu makanan yang disukai oleh sebagian orang, terutama masyarakat Indonesia. Jengkol juga mengandung beragam nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan.
Namun, mengonsumsi jengkol dalam jumlah banyak dan jangka panjang bisa menimbulkan efek toksik. Kondisi yang disebut keracunan jengkol atau kejengkolan ini terjadi karena jengkol secara alami mengandung asam jengkolat yang tinggi.
Apabila jumlahnya terlalu banyak atau cara pengolahannya tidak tepat, asam jengkolat dapat mengendap dan membentuk kristal tajam di ginjal atau saluran kemih. Inilah yang membuat gejala keracunan jengkol bisa terlihat mirip dengan gejala batu ginjal atau batu kandung kemih.
Kenali Gejala Keracunan Jengkol
Ada beberapa gejala keracunan jengkol yang umum terjadi, yaitu:
1. Nyeri di perut atau panggul
Pengendapan asam jengkolat yang membentuk kristal di ginjal atau kandung kemih bisa menimbulkan nyeri hebat di perut atau sekitar panggul. Nyeri dapat terasa seperti ditusuk-tusuk dan melilit, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Mual dan muntah
Selain nyeri perut, keracunan jengkol juga bisa disertai dengan mual dan muntah. Kondisi ini bisa menjadi cara tubuh merespons rasa sakit yang parah di sekitar perut. Jika Anda mengalami mual dan muntah setelah mengonsumsi jengkol dalam jumlah banyak, segera hentikan konsumsinya.
3. Nyeri saat buang air kecil
Kejengkolan juga ditandai dengan anyang-anyangan atau disebut juga disuria. Ini merupakan kondisi nyeri saat buang air kecil atau setelahnya.
Nyeri yang terjadi di awal buang air kecil bisa terjadi ketika kristal yang terbentuk dari asam jengkolat telah mengiritasi saluran kemih. Namun, apabila nyeri dirasakan setelahnya, ini bisa menjadi tanda adanya masalah pada kandung kemih.
4. Urine berdarah
Tidak hanya menimbulkan nyeri saat buang air kecil, keracunan jengkol juga bisa menyebabkan hematuria atau urine berdarah. Gejala ini muncul ketika ginjal tidak bisa menyaring sel darah merah, sehingga sel ini ikut keluar bersama urine.
5. Sulit buang air kecil
Sulit buang air kecil juga bisa menjadi tanda keracunan jengkol. Selain itu, volume urine yang keluar juga bisa menjadi lebih sedikit dari biasanya atau bahkan tidak keluar sama sekali.
Cara Mencegah dan Mengatasi Keracunan Jengkol
Jika Anda mengalami gejala keracunan jengkol, pertolongan pertama yang perlu dilakukan adalah minum air putih yang banyak hingga gejalanya mereda. Ini penting untuk membantu pengeluaran kristal asam jengkolat bersamaan dengan urine. Jadi, jangan menahan keinginan untuk berkemih.
Pada kasus yang parah, keracunan jengkol atau kejengkolan bisa menyebabkan gagal ginjal. Menurut beberapa penelitian, kejengkolan bahkan salah satu penyebab umum gagal ginjal akut yang terjadi di Asia Tenggara.
Untuk meminimalkan risiko kejengkolan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu:
- Rebus jengkol terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya untuk melarutkan asam jengkolat.
- Hindari konsumsi jengkol secara berlebihan dan dalam jangka panjang, terutama bagi orang yang menderita gangguan ginjal.
- Hindari konsumsi jengkol saat perut kosong atau bersamaan dengan makanan atau minuman lain yang bersifat asam.
Jengkol adalah makanan yang umumnya aman dikonsumsi, termasuk oleh ibu hamil asalkan Anda mengolahnya dengan tepat dan tidak mengonsumsinya secara berlebihan.
Jika Anda mengalami beberapa gejala keracunan jengkol setelah mengonsumsinya dan tidak kunjung membaik dengan minum air putih yang banyak, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.