Salah satu hal yang mungkin ditakuti kaum Adam adalah menjadi seorang ayah. Ketakutan tersebut bisa berasal dari mitos mengenai pengasuhan anak yang banyak beredar di masyarakat. Yuk, ketahui apa saja mitos pengasuhan anak yang tidak seharusnya dipercayai oleh para ayah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa hidupmu pasti akan mengalami perubahan setelah menyandang status ayah. Namun, hal tersebut tidak seburuk yang kamu pikirkan, kok. Hidupmu tetap bisa dijalani dengan baik asal kamu tidak terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran keliru yang justru bisa menjauhkan dirimu dari Si Kecil.
Mitos tentang Mengasuh Anak yang Harus Diketahui Ayah
Berikut ini adalah beberapa mitos dan pemikiran keliru yang harus ditepis oleh para ayah, di antaranya:
1. Bayi hanya membutuhkan sosok ibu
Tak sedikit pria yang berpikir bahwa bayi lebih butuh sentuhan hangat seorang ibu. Padahal, kedekatan ayah dan bayi juga harus terjalin dengan baik karena peran ayah juga penting dalam kehidupannya.
Menurut penelitian, anak yang memiliki kedekatan dengan ayahnya cenderung memiliki kepribadian dan kecerdasan yang lebih baik, daripada yang tidak.
Untuk membangun kedekatan dengan Si Kecil, gunakanlah caramu sendiri sebagai seorang ayah, misalnya dengan memberinya susu dari botol selagi istrimu memerah air susu ibu (ASI), mengajaknya bermain, membacakan dongeng, atau melakukan kegiatan bersama.
2. Pria tidak bisa mengasuh bayi
Hanya ada satu hal yang tidak bisa kamu lakukan dalam mengasuh bayi, yakni menyusui bayimu. Selain hal tersebut, kamu bisa kok mempelajari segala hal yang berkaitan dengan pengasuhan bayi.
Kamu bisa belajar mengganti popok, memandikan bayi, memberi makan, menidurkan, serta menenangkan saat menangis. Selama ada kemauan, kamu pasti bisa melakukannya.
3. Tidak bisa lagi berprestasi
Kamu berpikir bahwa kariermu dapat terhambat atau tidak bisa lagi menuai prestasi karena memiliki anak? Mulai sekarang, buang jauh-jauh deh pemikiran tersebut. Faktanya, ada banyak sekali sosok ayah yang juga sukses dalam pekerjaannya.
Kesuksesan bisa tetap ada di tanganmu karena semuanya tergantung dari bagaimana kamu bisa menyeimbangkan antara kehidupan karier dan keluarga. Jangan lupa bahwa menjadi ayah yang baik juga merupakan sebuah prestasi yang sangat luar biasa, lho.
4. Kehilangan waktu bergaul dengan teman
Ketika baru memiliki anak, kamu memang sudah tidak bisa bebas bermain seperti sebelumnya. Namun, kamu tetap bisa bergaul dengan teman-temanmu, meski tidak sesering biasanya. Intinya, saat sudah menjadi seorang ayah, kamu harus lebih bijak dalam mengatur waktu.
Laipula, kamu tidak perlu takut akan kehilangan teman-temanmu karena jarang bertemu. Soalnya, pertemanan sejati tidak akan rusak hanya karena hal tersebut.
5. Takut tidak bisa menjadi ayah yang baik
Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar “ayah yang baik”? Apakah menurutmu menjadi ayah yang baik itu harus sempurna dalam mengasuh anak? Jawabannya adalah tidak.
Menjadi ayah yang baik tidak selalu berkaitan dengan seberapa pintar kamu menggendong atau memandikan bayi. Ayah yang baik bermula dari menjadi suami yang baik dan siaga sejak masa kehamilan, serta menciptakan keluarga yang dipenuhi kehangatan dan cinta.
Jadi, untuk para calon ayah, mulai sekarang jangan lagi memusingkan mitos yang salah seputar pengasuhan anak, ya. Jalani saja peran barumu tersebut dengan santai, tetapi dengan penuh tanggung jawab.
Ingatlah bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang bisa menjadi ayah yang sempurna. Yang terpenting adalah tekad kamu untuk belajar dan mempraktikkannya. Kalau kamu masih memiliki kecemasan terkait peranmu menjadi seorang ayah, kamu bisa mengonsultasikan hal tersebut kepada psikolog.