Setiap jenis leukosit mempunyai peran yang berbeda-beda tetapi vital dalam memelihara kekebalan tubuh. Berbagai jenis leukosit ini dapat bekerja sebagaimana mestinya jika jumlahnya berada dalam rentang yang normal.
Kadar leukosit atau sel darah putih dalam darah memang tidak tinggi, yaitu hanya sekitar 1% dari total darah. Meski demikian, peranan leukosit dalam sistem kekebalan tubuh sangat penting karena sel darah ini berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit.
Kadar normal leukosit untuk orang dewasa umumnya berkisar 4.000–11.000 per mikroliter darah. Leukosit tersusun dari berbagai jenis leukosit dengan fungsi yang berbeda dalam meningkatkan imunitas tubuh.
Mengenal Berbagai Jenis Leukosit
Berikut ini adalah beberapa jenis leukosit yang ada di dalam darah beserta fungsinya:
1. Neutrofil
Ini merupakan jenis leukosit yang paling banyak di dalam tubuh dengan jumlahnya mencapai 50–80% dari total sel darah putih. Neutrofil menjadi garda terdepan dalam melawan infeksi karena ia akan menjadi sel darah putih pertama yang melawan dan membunuh kuman-kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Neutrofil juga berfungsi merangsang jenis leukosit lain untuk bekerja lebih optimal dalam melawan infeksi dan penyakit. Kadar neutrofil orang dewasa normalnya adalah sekitar 2.500–7.000 per mikroliter darah.
Jika kadarnya lebih dari jumlah tersebut, Anda mungkin sedang mengalami neutrophilia. Kondisi ini umumnya terjadi karena adanya infeksi atau peradangan pada tubuh.
Selain itu, stres fisik dan mental, patah tulang, rheumatoid arthritis, kebiasaan merokok, atau olahraga berat juga dapat membuat kadar neutrofil meningkat. Beberapa penyakit juga bisa menyebabkan kadar neutrofil menjadi tinggi, seperti kanker darah, trombositosis esensial (ET), dan polisitemia vera.
Sementara itu, kadar neutrofil rendah bisa disebabkan oleh:
- Infeksi, seperti hepatitis, tuberkulosis, sepsis, dan penyakit Lyme
- Kekurangan vitamin tertentu, seperti vitamin B12, folat, dan tembaga
- Penyakit autoimun, seperti Crohn, lupus, dan arthritis rheumatoid
- Efek kemoterapi
- Gangguan sumsum tulang atau leukemia
2. Eosinofil
Eosinofil adalah jenis leukosit yang paling banyak ditemukan di saluran pencernaan serta berperan penting dalam melawan bakteri serta parasit, seperti infeksi cacing. Sel darah putih ini bekerja dengan cara dengan melepaskan zat kimia dan protein beracun agar bakteri atau parasit mati dan tidak memicu penyakit.
Selain itu, eosinofil juga membantu mengontrol respon imun terhadap alergi. Dalam darah, jumlah normal eosinofil adalah 30–350 mikroliter atau sekitar 5% dari jumlah leukosit total.
Jumlah eosinofil bisa kurang dari angka tersebut karena infeksi bakteri akut, konsumsi alkohol berlebih, efek penggunaan obat golongan steroid, atau kelebihan hormon kortisol dalam tubuh. Eosinofil yang berada dalam kadar rendah tersebut dikenal dengan istilah eosinopenia.
Sementara itu, kadar eosinofil di atas normal disebut sebagai eosinofilia. Beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya eosinofilia adalah:
- Reaksi alergi
- Infeksi cacing
- Asma
- Dermatitis atopik atau eksim
- Gangguan autoimun
- Kanker tertentu, seperti leukemia, limfoma Hodgkin
- Reaksi obat tertentu
- Penyakit esofagitis
- Penyakit radang usus
3. Basofil
Ini merupakan jenis leukosit yang jumlahnya paling sedikit, tetapi perannya tidak kalah penting dalam sistem kekebalan tubuh. Pasalnya, basofil akan membantu melepaskan zat histamin untuk melindungi tubuh dari zat pemicu alergi, yaitu zat yang mengakibatkan timbulnya reaksi alergi.
Salah satu jenis leukosit yang diproduksi di sumsum tulang belakang ini juga berfungsi melindungi tubuh dari bakteri, virus, cacing gelang, atau parasit lain yang menginfeksi saluran cerna, maupun racun yang berasal dari gigitan hewan. Basofil juga mampu melepaskan enzim heparin, yaitu enzim yang mencegah pembekuan darah pada area tubuh yang terkena infeksi.
Pada kadar yang normal, jumlah basofil berada pada kisaran 0–300 per mikroliter darah atau setara dengan 0,5–1% dari jumlah total sel darah putih.
Jumlah basofil yang melebihi angka tersebut mungkin disebabkan oleh cacar air, reaksi alergi, penyakit sumsum tulang belakang, hipertiroidisme, atau leukemia mielogenus kronik. Sementara itu, jumlah basofil yang kurang dari angka tersebut bisa karena cedera serius, infeksi akut, tirotoksikosis, atau penyakit kanker.
4. Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit yang ditemukan di dalam darah dan sistem limfatik, seperti amandel, kelenjar timus, limpa, dan kelenjar getah bening. Limfosit terbagi menjadi 3 jenis dengan fungsi yang berbeda, yaitu:
- Sel T, berfungsi mengatur semua jenis leukosit untuk melawan virus dan bakteri yang masuk ke tubuh, membunuh sel yang telah terinfeksi, dan mencegah sel darah putih membunuh sel-sel normal saat terjadi infeksi
- Sel B, berfungsi membentuk antibodi untuk melawan patogen atau mikroorganisme yang menyebabkan infeksi di dalam tubuh, terutama yang sudah pernah menginfeksi sebelumnya
- Natural killer cells, sel yang berfungsi menghancurkan sel tubuh yang terinfeksi, atau bermutasi menjadi sel kanker.
Normalnya, jumlah limfosit orang dewasa adalah 1.000–4.800 per mikroliter darah atau sekitar 20–40% dari total leukosit. Jumlah sel darah putih ini di bawah angka tersebut bisa menandakan Anda mengalami gizi buruk atau mengonsumsi alkohol secara berlebih.
Sejumlah penyakit juga bisa membuat kadar limfosit berada di bawah batas normal, misalnya anemia aplastik, penyakit Hodgkin, HIV, TBC, pneumonia, atau gangguan autoimun, seperti lupus. Rendahnya kadar limfosit dalam darah tersebut dikenal sebagai limfopenia.
Sementara itu, kadar limfosit yang tinggi (limfositosis) bisa disebabkan oleh hepatitis, mononukleosis, tuberkulosis, batuk rejan, leukemia, limfoma, atau multiple myeloma.
5. Monosit
Ini merupakan jenis leukosit yang berfungsi menghancurkan atau membunuh virus, bakteri, dan jamur yang masuk ke dalam tubuh. Monosit juga berfungsi membuang sel yang terinfeksi serta membantu proses penyembuhan tubuh dari infeksi.
Dalam kondisi normal, monosit berjumlah 200–800 per mikroliter darah atau sekitar 2–8% dari total leukosit. Namun, jumlah monosit dapat melebihi batas tersebut akibat infeksi bakteri, jamur, atau virus.
Kondisi yang disebut juga sebagai monositosis tersebut juga bisa disebabkan oleh stres yang tidak terkelola dengan baik, penyakit jantung, gangguan produksi sel darah, dan kanker.
Sementara itu, kadar monosit juga bisa berada di bawah ambang normal dan disebut sebagai monositopenia. Monositopenia biasanya terjadi akibat infeksi darah, kemoterapi, luka bakar, anemia aplastik, dan penyakit HIV.
Setiap jenis leukosit memiliki fungsi yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga imunitas tubuh sehingga Anda tidak mudah terserang penyakit.
Kadar leukosit dapat diketahui dengan menjalani tes darah. Untuk menjaga kadar leukosit tetap pada batas yang normal dan setiap jenis leukosit berfungsi secara semestinya, Anda harus menjaga kebersihan dan kesehatan diri guna mencegah terjadinya infeksi.
Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara rutin, mengelola stres, berhenti merokok, dan menghindari konsumsi minuman beralkohol secara berlebih supaya kesehatan lebih terjaga.
Bila Anda masih memiliki pertanyaan mengenai jenis leukosit beserta fungsi-fungsinya, Anda bisa berkonsultasi dengan mudah tanpa tatap muka melalui Chat Bersama Dokter.