Meski berasal dari tumbuh-tumbuhan, bukan berarti protein nabati lebih buruk dari protein hewani lho, Bun. Malahan, sumber protein nabati ini lebih rendah kolesterol dan harganya lebih terjangkau.
Protein, baik protein nabati maupun hewani, sama-sama dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak, yakni untuk mendukung pembentukan sel baru, membantu pembentukan tulang dan otot, serta menjaga dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Meski begitu, masih banyak orang tua yang hanya mengandalkan asupan protein dari produk hewani, seperti ikan, daging sapi, daging ayam, dan telur. Padahal, protein juga bisa didapatkan dari produk makanan nabati atau tumbuh-tumbuhan.
Pilihan Sumber Protein Nabati yang Baik untuk Dikonsumsi Si Kecil
Sejak Si Kecil mengonsumsi MPASI, Bunda bisa mulai memperkenalkan makanan yang mengandung protein nabati secara bertahap. Berikut ini adalah beberapa pilihan sumber protein nabati yang bisa Bunda olah menjadi masakan kesukaan Si Kecil:
1. Kacang kedelai
Siapa yang tidak suka tempe? Tempe adalah salah satu makanan olahan kacang kedelai yang memiliki rasa yang nikmat dan mengandung tinggi protein. Dalam 100 gram tempe, setidaknya terdapat sekitar 37 gram protein. Tidak hanya protein, di dalam tempe juga terkandung karbohidrat, serat, vitamin, dan mineral.
Olahan kacang kedelai lainnya adalah tahu. Sama seperti tempe, tahu juga mengandung protein, tetapi dengan kadar yang lebih rendah. Dalam 100 gram tahu, hanya terkandung sekitar 10 gram protein.
Kedua olahan kacang kedelai ini merupakan sumber protein nabati yang bisa diolah menjadi berbagai jenis masakan, mulai dari digoreng, ditumis, bahkan dibuat semur. Beragam pilihan pengolahan tahu dan tempe ini bisa meningkatkan selera makan Si Kecil sekaligus membantu memenuhi kebutuhan proteinnya.
2. Kacang hijau dan kacang merah
Dalam 100 gram kacang hijau, terdapat sekitar 8,7 gram protein. Tidak hanya itu, kacang hijau juga mengandung lemak, karbohidrat, serat, zat besi, dan asam folat.
Selain kacang hijau, kacang merah juga bisa dijadikan pilihan sumber protein nabati yang baik untuk anak. Dalam 100 gram kacang merah, terkandung 10 gram protein dan sejumlah nutrisi lain, seperti karbohidrat, lemak, dan serat.
3. Alpukat
Alpukat mengandung beragam nutrisi penting untuk anak, seperti lemak baik, serat, karbohidrat, dan protein. Dalam 100 gram alpukat tanpa kulit dan biji, terkandung sekitar 0,9 gram protein. Buah ini bisa diolah menjadi jus, isian roti lapis, campuran salad, atau dimakan langsung.
4. Jagung
Selain memiliki rasa yang manis, jagung juga mengandung protein. Dalam 100 gram jagung, setidaknya terdapat 9,8 gram protein. Tak hanya itu, jagung juga mengandung lemak, karbohidrat, dan serat.
Bunda bisa menjadikan jagung sebagai camilan untuk Si Kecil dengan cara merebus atau mengolahnya menjadi sup jagung untuk dikonsumsi bersama nasi.
5. Brokoli
Dalam 100 gram brokoli, setidaknya terkandung 2,8 gram protein. Brokoli juga mengandung serat, karbohidrat, serta beragam vitamin dan mineral. Salah satu cara yang sehat untuk mengolah brokoli adalah dengan mengukus, menumis, atau memanggangnya.
6. Kentang
Kentang juga merupakan sumber protein nabati yang baik untuk anak. Pasalnya, dalam 100 gram kentang, terdapat sekitar 2,1 gram protein. Selain protein, kentang juga kaya akan kandungan vitamin B, serat, dan kalium. Untuk mengolahnya, Bunda bisa memasak kentang dengan cara dipanggang atau direbus.
Perlu Bunda ingat, kebutuhan protein pada setiap anak berbeda-beda, tergantung usianya. Anak usia 4–6 tahun hanya membutuhkan sekitar 25 gram protein per hari, sedangkan anak usia 7–9 tahun membutuhkan protein sebanyak 40 gram per hari.
Selain bersumber dari tumbuhan atau protein nabati, untuk mendukung tumbuh kembang anak, Bunda juga tetap dianjurkan untuk memberikan Si Kecil protein hewani. Hal ini karena ada zat gizi yang justru lebih banyak ditemukan di sumber protein hewani, seperti vitamin B12.
Jika Bunda ingin menerapkan pola makan tertentu pada Si Kecil, misalnya pola makan vegetarian yang asupan proteinnya hanya berupa protein nabati, atau jika ia memiliki kondisi medis dan kebutuhan khusus, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter untuk mendapatkan saran yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Si Kecil.