Ada beragam obat pereda nyeri luka yang dapat digunakan. Meski begitu, obat pereda nyeri luka perlu disesuaikan dengan jenis lukanya. Dengan begitu, bukan hanya rasa nyerinya bisa segera hilang, penyembuhan luka juga akan lebih baik.
Selama beberapa hari pertama, luka akan berwarna kemerahan, membengkak, dan menimbulkan rasa nyeri. Kondisi tersebut wajar terjadi dan bagian dari proses penyembuhan luka.
Meski begitu, rasa nyeri pada luka bisa saja terasa berat dan tidak tertahankan. Untuk meredakannya, Anda bisa mengonsumsi obat pereda nyeri luka. Namun, penggunaan obat ini sebaiknya disesuaikan dengan derajat keparahan luka dan dikonsumsi sesuai anjuran dokter untuk menghindari efek samping yang mungkin timbul.
Macam-Macam Obat Pereda Nyeri Luka
Berikut ini adalah beberapa pilihan obat pereda nyeri luka yang bisa dikonsumsi apabila nyeri tidak tertahankan:
1. Paracetamol
Selain digunakan sebagai obat penurun demam, paracetamol juga dapat dikonsumsi sebagai obat pereda nyeri luka. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi produksi prostaglandin yang menyebabkan nyeri dan bengkak.
Paracetamol dijual bebas di apotek dan umumnya tidak menimbulkan efek samping yang serius. Oleh karena itu, obat ini cenderung aman dikonsumsi, asalkan sesuai dengan petunjuk yang tertera pada kemasan.
2. Ibuprofen
Ibuprofen termasuk dalam kelompok obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Obat ini juga dapat digunakan sebagai obat pereda nyeri luka. Sama dengan paracetamol, ibuprofen mampu meredakan nyeri dengan menghambat produksi prostaglandin dalam tubuh.
Obat ini umumnya tidak menimbulkan efek samping serius. Meski begitu, konsumsi ibuprofen dapat menyebabkan gejala iritasi saluran cerna, seperti sakit perut, mual, muntah, atau diare. Agar lebih aman, konsultasikan ke dokter lebih dahulu sebelum konsumsi obat pereda nyeri luka ini.
3. Celecoxib
Sama halnya dengan ibuprofen, celecoxib juga termasuk dalam kategori OAINS yang berperan dalam meredakan nyeri, termasuk akibat adanya luka. Celecoxib bukanlah obat yang dijual secara bebas. Oleh karena itu, konsultasikan ke dokter terlebih dahulu sebelum Anda mengonsumsi obat ini.
4. Opioid
Opioid adalah obat pereda nyeri luka yang bekerja dengan cara memengaruhi bagian otak yang mengidentifikasi rasa sakit. Obat ini termasuk dalam golongan narkotika, sehingga penggunaannya harus berada di bawah pengawasan dokter.
Opioid baru akan diberikan ketika obat antinyeri lainnya tidak mampu mengatasi rasa sakit atau rasa nyeri yang muncul begitu berat, misalnya akibat patah tulang, kanker, atau pascaoperasi.
5. Naproxen
Karena termasuk dalam kelompok OAINS, cara kerja naproxen sebagai obat pereda nyeri luka sama dengan ibuprofen, yaitu menghambat produksi prostaglandin. Umumnya, naproxen digunakan sebagai pilihan pertama untuk meredakan nyeri luka operasi sebelum pemberian opioid.
Dibandingkan dengan opioid, naproxen dianggap lebih aman dan efektivitasnya tidak kalah baik karena tidak berisiko menimbulkan kecanduan dan jarang disalahgunakan. Meski begitu, penggunaannya tetap harus berada di bawah pengawasan dokter.
Obat yang Harus Dihindari Saat Mengalami Luka
Hindari konsumsi aspirin ketika mengalami luka. Meski termasuk dalam kelompok OAINS yang dapat meredakan nyeri, aspirin juga memiliki fungsi lain, yaitu mengencerkan darah. Dengan begitu, proses penyembuhan luka akan terhambat apabila Anda menggunakan aspirin sebagai obat pereda nyeri luka.
Sesuaikan juga obat pereda nyeri luka dengan jenis luka yang dialami. Anda bisa mengonsumsi obat-obatan yang dijual bebas, misalnya paracetamol atau ibuprofen, untuk nyeri akibat luka yang ringan, seperti luka lecet atau luka bakar ringan.
Jika konsumsi obat pereda nyeri luka yang dibeli di apotek atau supermarket tidak mampu meredakan rasa sakit bahkan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, cobalah periksakan diri ke dokter sebelum mengonsumsi obat pereda nyeri luka lainnya.
Selain konsumsi obat pereda nyeri luka, pastikan Anda selalu merawat luka dengan benar agar luka segera sembuh dan terhindar dari infeksi. Jika luka yang Anda alami disertai perdarahan yang tidak kunjung berhenti, keluar nanah, nyeri makin hebat, atau demam tinggi, jangan tunda untuk memeriksakannya ke dokter.