Stres pada anak bisa disebabkan oleh rutinitas baru yang harus dihadapinya saat mulai bersekolah, bullying, tuntutan nilai akademis, sampai masalah keluarga di rumah. Stres pada anak harus diatasi karena akan membawa dampak buruk terhadap kesehatan mentalnya bila dibiarkan terjadi.
Gejala stres pada anak memang tidak mudah untuk dikenali. Sebagian anak yang stres bisa saja tidak menunjukkan gejala atau keluhan yang spesifik. Meski demikian, ada beberapa tanda yang patut dicurigai karena bisa menjadi gejala stres pada anak.
\
Beberapa tanda tersebut antara lain anak tiba-tiba susah tidur, kurang nafsu makan, emosi berubah-ubah, sulit berkonsentrasi saat belajar, atau kesulitan mengerjakan tugas sekolah.
Selain itu, anak yang sedang stres juga bisa mengalami gejala fisik tertentu, misalnya sakit perut, sakit kepala, sembelit, atau sering merasa tidak enak badan.
Penyebab Stres pada Anak
Berikut ini adalah beberapa penyebab stres pada anak yang cukup umum terjadi:
1. Aktivitas yang terlalu padat
Aktivitas anak di sekolah bisa menyedot sebagian besar tenaganya. Meski sudah kelelahan, sebagian anak ada yang masih diminta untuk mengikuti pelajaran tambahan lewat les atau kursus setelah jam sekolah usai.
Niat Anda sebagai orang tua mungkin baik, tetapi ini bisa memicu stres pada anak karena les atau kursus tambahan bisa membuat Si Kecil tidak memiliki waktu untuk bersantai atau bermain. Efeknya, ia menjadi kelelahan dan stres.
Karena terlalu banyak aktivitas bisa menyebabkan stres pada anak, Anda perlu memastikan Si Kecil tetap bisa bersantai dan beristirahat. Jika perlu, kurangilah jadwal kegiatan yang harus dilakukannya setelah selesai sekolah, apalagi jika ia terlihat begitu lelah.
2. Paparan konten dewasa
Seiring kemajuan teknologi, berbagai informasi bisa didapat dengan mudah. Anak bisa saja terpapar konten atau informasi untuk orang dewasa, seperti berita yang menyeramkan, video kekerasan, atau bahkan pornografi.
Paparan konten dewasa ini bisa membuat anak merasa tertekan. Oleh karena itu, para orang tua dianjurkan untuk lebih selektif dalam memilah konten informasi dan hiburan yang diperoleh anak.
Selain itu, usahakan untuk selalu mendampingi dan memberikan pemahaman kepada anak mengenai konten yang ditontonnya.
3. Kurang tidur
Anak memerlukan istirahat yang cukup, terutama setelah seharian beraktivitas di sekolah. Oleh karena itu, pastikan Si Kecil mendapatkan cukup waktu istirahat dan jangan sampai ia kurang tidur.
Ini penting untuk diperhatikan karena kurang tidur bisa berdampak buruk terhadap mood, perilaku, kemampuan menilai, serta daya ingat anak. Saat tiba waktu istirahat, jauhkan Si Kecil dari gadget atau televisi. Waktu tidur yang direkomendasikan untuk anak usia sekolah adalah 10−11 jam setiap malam.
4. Intimidasi
Intimidasi atau bullying yang menimpa anak, baik secara fisik, verbal, maupun emosional, juga bisa menjadi penyebab stres pada anak. Oleh karena itu, jika Anda mendapati tanda-tanda bullying pada Si Kecil, seperti enggan ke sekolah tanpa alasan yang jelas, cobalah untuk mengajak Si Kecil berbicara dari hati ke hati mengenai hal tersebut.
Begitu juga jika ia mengalami tanda bullying lain, seperti penurunan prestasi di sekolah, tidak memiliki teman, atau sering muncul luka atau cedera saat pulang sekolah, tanyakan kepadanya mengenai apa yang ia alami di sekolah sampai hal-hal tersebut terjadi padanya.
Apabila ia mengaku mendapatkan intimidasi dari temannya, berikan ia pelukan dan dukungan. Ini dilakukan agar Si Kecil bisa lebih percaya diri dalam menjalani hari-harinya di sekolah atau lingkungannya.
Bicarakan juga mengenai hal ini kepada pihak sekolah agar pelaku bullying mendapatkan tindakan atau teguran. Dengan demikian, bullying terhenti dan anak tak lagi mengalami stres.
5. Penyakit tertentu
Sama halnya ketika melihat atau mengetahui orang tuanya menderita penyakit serius, anak juga bisa mengalami stres ketika mengetahui bahwa dirinya terkena penyakit, misalnya diabetes, obesitas, asma, dan kanker atau leukemia.
Bila Si Kecil mengalami penyakit tersebut, ia bisa saja merasa terasing dari pergaulannya atau kegiatan sekolahnya karena harus menjalani pengobatan. Oleh karena itu, berikan dukungan moral kepada anak agar ia bisa melewati masa-masa sulit tersebut.
Berikan pemahaman pula bahwa Anda akan selalu ada dan menyayanginya sehingga ia tidak merasa sendirian.
6. Perceraian orang tua
Agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, anak-anak perlu mendapatkan asuhan dan kasih sayang dari keluarganya. Ketika orang tua bercerai, anak akan menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Jika perceraian Anda dengan pasangan tidak bisa dihindari, jelaskanlah secara hati-hati dengan bahasa yang mudah dipahami mengenai perceraian tersebut. Berikan juga pemahaman kepada Si Kecil bahwa dengan berpisah, ayah dan bundanya akan dapat lebih bahagia.
Namun, ia tidak perlu khawatir karena cinta kalian kepadanya juga tidak akan berubah, begitu pula dengan perhatian dan kasih sayang. Dalam menghadapi perceraian, Anda dianjurkan untuk tidak menempatkan Si Kecil pada posisi di mana ia harus memilih salah satu dari kedua orang tuanya karena ini hanya akan membuatnya merasa bingung, tertekan, dan makin stres.
Selain berbagai penyebab di atas, tipe kepribadian atau sifat tertentu, misalnya perfeksionis, juga bisa membuat anak lebih mudah stres.
Cara Mencegah Stres pada Anak
Agar anak tidak mengalami stres, ada beberapa langkah pencegahan yang bisa orang tua lakukan, di antaranya:
Luangkan waktu bersama anak
Sesibuk apa pun, Anda harus tetap meluangkan waktu untuk berbincang sejenak dengan Si Kecil. Sempatkan diri untuk menanyakan aktivitas yang ia jalani setiap hari, termasuk bagaimana perasaannya, seperti saat sedang makan malam bersama. Hal ini akan membuat Si Kecil merasa diperhatikan.
Kurangi aktivitas anak
Apabila ada aktivitas yang membuat Si Kecil mengalami stres, coba diskusikan dengannya. Ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas apa yang perlu untuk dikurangi. Anak juga membutuhkan waktu untuk bersantai, bermain, atau melakukan hal yang disenanginya supaya tidak mudah untuk mengalami stres.
Ciptakan suasana rumah yang nyaman
Agar Si Kecil merasa nyaman di rumah, hindari bertengkar di depannya. Kendalikan emosi dan bicarakan baik-baik masalah yang terjadi antara Anda dan pasangan saat anak sudah tidur. Ini memang tidak mudah, tetapi Anda tetap harus mengusahakannya, ya.
Dengarkan setiap cerita anak
Dengarkanlah setiap kali Si Kecil ingin menyampaikan sesuatu. Dengan cara ini, stres bisa terhindarkan atau berkurang. Dengan mendengarkan Si Kecil bercerita, Anda juga jadi tahu masalah apa yang sedang dihadapinya saat itu.
Ini bisa menjadi ruang untuk Anda membantu Si Kecil mengatasi permasalahan yang mungkin dapat membuatnya mengalami stres.
Dampingi anak sebisa mungkin
Saat Si Kecil sedang merasa stres dan sedih, cobalah untuk selalu mendampinginya agar ia merasakan adanya dukungan penuh dari orang tuanya. Dengan melakukan hal ini, ia bisa kembali bersemangat, merasa lebih tenang, dan mampu menghadapi masalahnya dengan lebih baik.
Stres pada anak penting untuk segera dikenali dan diatasi. Jika dibiarkan berkepanjangan, stres bisa menumpuk dan membuat anak berisiko mengalami masalah psikologis tertentu, mulai dari gangguan cemas, depresi, hingga perilaku menyakiti diri sendiri (self-harm) atau bahkan bunuh diri.
Jika Si Kecil mengalami berbagai hal yang membuatnya stres atau stres yang dialaminya cukup berat, sehingga ia sulit belajar atau beraktivitas, coba konsultasikan kepada dokter melalui Chat Bersama Dokter.
Anda juga bisa mencoba untuk mengajak Si Kecil berkonsultasi dengan psikolog. Melalui konseling, diharapkan stres pada anak bisa teratasi.