Gejala sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) yang paling sering dialami wanita adalah siklus menstruasi yang tidak teratur dan pertumbuhan rambut yang tidak normal. Selain itu, masih ada beberapa gejala lain yang sering kali terjadi.
Sindrom ovarium polikistik terjadi ketika kadar hormon androgen pada wanita melebihi batas normal. Bila dibiarkan terus-menerus, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan kecemasan, masalah kesuburan, bahkan kanker rahim.
Penyebab utama PCOS masih belum diketahui pasti. Namun, resistensi insulin diduga menjadi salah satu faktor yang dapat memperburuk gejala sindrom ovarium polikistik.
Gejala Sindrom Ovarium Polikistik
Gejala sindrom ovarium polikistik dapat terjadi pada remaja perempuan saat mengalami menstruasi untuk pertama kali. Namun, sindrom ini juga dapat terjadi setelah memasuki usia dewasa.
Pada kasus yang ringan, sindrom ini bisa tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, ketika menimbulkan keluhan, berikut ini adalah beberapa gejala sindrom ovarium polikistik yang mungkin terjadi:
1. Siklus menstruasi tidak teratur
Gejala yang paling sering dialami penderita sindrom ovarium polikistik adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Ketika wanita mengalami PCOS, produksi hormon androgen dalam tubuhnya menjadi berlebih, sehingga membuat proses ovulasi terganggu. Akibatnya, siklus menstruasi menjadi tidak teratur.
Peningkatan hormon androgen pada wanita dapat menyebabkan menstruasi yang berkepanjangan (menorraghia) atau tidak menstruasi sama sekali (amenore). Jika terjadi pada ibu hamil, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran atau bayi lahir prematur.
2. Kesulitan untuk hamil
Sindrom ovarium polikistik merupakan penyebab utama masalah kesuburan pada wanita usia produktif. Ketika mengalami PCOS, beberapa kondisi yang dapat mengganggu kesuburan, seperti terbentuknya kista di indung telur dan penebalan dinding rahim, bisa terjadi.
Selain itu, PCOS juga mengganggu sistem endokrin yang dapat menyebabkan perubahan kadar hormon reproduksi wanita, seperti hormon FSH dan hormon LH. Kondisi ini dapat menyebabkan terganggunya kesuburan wanita, sehingga kesulitan untuk hamil.
3. Tumbuh rambut berlebih
Gejala sindrom ovarium polikistik berikutnya adalah tumbuhnya rambut berlebih pada daerah yang tidak wajar, seperti di wajah, dada, dan punggung. Kondisi yang disebut hirsutisme ini dapat terjadi karena peningkatan kadar hormon androgen yang merangsang pertumbuhan rambut.
Pertumbuhan rambut berlebih memang tidak memengaruhi kesehatan penderita PCOS. Namun, hirsutisme dapat memengaruhi penampilan dan menurunkan kepercayaan diri.
4. Kista rahim
Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur yang sudah matang dari indung telur. Namun, hal ini dapat tidak berlangsung jika kadar hormon yang mendukung terjadinya proses ovulasi berkurang. Ketika ovulasi tidak terjadi, sel telur yang tidak dilepaskan dapat berkembang dan menjadi kista di indung telur.
Penumpukan kista membuat indung telur membesar dan tidak dapat berfungsi dengan normal. Gejala sindrom ovarium polikistik ini dapat membuat siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Meski begitu, kista rahim tidak selalu dialami oleh penderita PCOS, begitu pun sebaliknya.
5. Timbul jerawat
Gejala sindrom ovarium polikistik berikutnya berkaitan dengan perubahan hormon androgen dalam tubuh wanita. Selain memicu pertumbuhan rambut, kelebihan hormon androgen juga dapat merangsang produksi kelenjar minyak yang dapat memicu pertumbuhan jerawat. Kondisi ini membuat penderita PCOS dapat mengalami jerawat yang parah saat menstruasi.
6. Gangguan suasana hati
Beberapa gejala sindrom ovarium polikistik memang kebanyakan memengaruhi penampilan fisik penderitanya. Bila berlarut-larut, kondisi ini dapat membuat penderitanya mengalami tekanan sosial yang berdampak pada rasa percaya diri dan gangguan suasa hati.
Sebuah studi melaporkan bahwa penderita PCOS lebih rentan mengalami gangguan kecemasan dan depresi. Alasannya karena perubahan fisik, seperti terjadinya jerawat yang parah, pertumbuhan rambut berlebih pada area yang tidak normal, dan peningkatan berat badan, dapat membuat penderita PCOS merasa tidak memenuhi standar kecantikan.
Jika Anda mengalami gejala sindrom ovarium polikistik seperti siklus menstruasi yang tidak teratur selama 3 bulan beruturt-turut, bahkan kesulitan untuk hamil selama lebih dari 1 tahun, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Dengan begitu, dokter dapat melakukan pemeriksaan dan penanganan yang sesuai, termasuk mencegah risiko terjadinya komplikasi, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Beberapa penanganan yang bisa diberikan oleh dokter meliputi perubahan gaya hidup, seperti rutin olahraga dan pantangan makan, peresepan beberapa obat untuk menjaga kadar hormon tetap stabil, hingga operasi untuk meredakan dan mengatasi gejala sindrom ovarium polikistik.