Ada beragam obat paru-paru yang dapat digunakan untuk mengatasi atau meredakan gejala penyakit paru. Obat ini terdiri dari berbagai jenis dengan cara kerja yang berbeda-beda, sehingga penggunaannya perlu disesuaikan dengan jenis penyakit paru serta gejala yang muncul.

Penggunaan obat paru-paru perlu dilakukan sesuai instruksi dokter agar penyakit paru-paru yang diderita bisa teratasi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kebiasaan merokok, paparan zat beracun, polusi udara, hingga infeksi bakteri, jamur, dan virus yang menyerang organ paru

6 Jenis Obat Paru-paru yang Umum Digunakan - Alodokter

Jenis penyakit paru-paru sendiri pun ada beragam, antara lain asma, pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis, bronkitis, emfisema, serta kanker paru-paru.

Beragam Jenis Obat Paru-paru

Obat paru-paru tidak boleh digunakan sembarangan agar obat dapat bekerja sesuai fungsinya. Oleh karena itu, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter terkait jenis obat paru-paru yang sebaiknya digunakan. Dengan begitu, penyakit paru-paru yang Anda derita dapat tertangani dan terkontrol dengan baik.

Berikut ini adalah beberapa jenis obat paru-paru yang dapat diresepkan oleh dokter:

1. Bronkodilator agonis beta-2 kerja cepat

Bronkodilator merupakan jenis obat paru-paru untuk melancarkan pernapasan, karena dapat melemaskan otot di paru-paru serta melebarkan saluran pernapasan. Salah satu jenis yang paling umum digunakan adalah agonis beta-2.

Cara kerja agonis beta-2 ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Agonis beta-2 kerja cepat (SABA), misalnya salbutamol dan terbutaline, kerap digunakan untuk mengatasi sesak napas yang mendadak, misalnya ketika mengalami serangan asma.

Meski demikian, efektivitasnya hanya bertahan selama 4–6 jam. Selain itu, bila terlalu sering digunakan sebagai pengobatan tunggal, SABA diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya sesak napas berulang.

2. Bronkodilator agonis beta-2 kerja lambat

Bronkodilator agonis beta-2 kerja lambat (LABA) memang bekerja lebih lama dibandingkan SABA, tetapi dapat bertahan selama 12 jam. Jenis bronkodilator ini digunakan sebagai terapi untuk mencegah sesak napas berulang dan mengontrol gejala pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) maupun asma.

Beberapa contoh LABA yang umum digunakan adalah formoterol dan salmeterol. Ada pula kombinasi antara LABA dengan obat-obatan lainnya, seperti kortikosteroid.

3. Antikolinergik

Obat antikolinergik sebenarnya juga termasuk bronkodilator yang berfungsi untuk mencegah dan mengontrol gejala sesak napas akibat penyakit paru, seperti asma, bronkitis, emfisema, dan PPOK.

Contoh obat paru-paru ini adalah ipratropium dan tiotropium. Obat-obatan tersebut tersedia dalam bentuk larutan maupun aerosol yang dihirup dengan bantuan nebulizer atau inhaler.

4. Kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan salah satu obat yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit paru-paru. Cara kerja kortikosteroid dalam mengatasi penyakit paru-paru adalah dengan mengurangi peradangan dan pembengkakan yang terjadi di saluran pernapasan.

Obat ini pun dapat dipakai untuk meredakan sesak napas. Untuk mengatasi penyakit paru-paru, penggunaan kortikosteroid terkadang dikombinasikan dengan bronkodilator agar bisa bekerja dengan lebih maksimal.

5. Antibiotik

Jika penyakit paru-paru yang diderita disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan meresepkan obat antibiotik. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri pemicu penyakit paru-paru.

Jenis obat antibiotik biasanya akan disesuaikan dengan bakteri penyebab infeksi dan tingkat keparahannya. Obat yang telah diresepkan perlu dikonsumsi sampai habis meski gejala penyakit yang diderita sudah mereda.

Hal ini dilakukan agar infeksi dapat tertangani sepenuhnya dan mencegah terjadinya resistensi antibiotik. Beberapa jenis obat antibiotik yang biasanya diresepkan untuk mengatasi penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri adalah azithromycin, clarithromycin, amoxicillin, doxycyline, atau erythromycin.

6. Antivirus

Dokter akan meresepkan obat antivirus jika penyakit paru-paru disebabkan oleh infeksi virus. Pemberikan obat antivirus umumnya disesuaikan dengan jenis virus penyebabnya.

Pemberian obat antivirus dapat meningkatkan imunitas tubuh, sehingga tubuh dapat melawan virus penyebab penyakit paru-paru dengan baik. Selain itu, obat ini juga mampu meredakan gejala dan menghentikan penyebaran virus.

Obat antivirus yang biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit paru-paru ada beragam, antara lain oseltamivir, zanamivir, dan peramivir.

Terapi Penunjang Obat Paru-paru

Selain meresepkan obat paru-paru di atas, dokter juga akan menganjurkan Anda untuk menjalani terapi penunjang guna mengatasi penyakit paru-paru yang diderita. Terapi penunjang yang mungkin disarankan meliputi:

Terapi oksigen

Terapi ini umumnya diperlukan bagi penderita penyakit paru-paru yang mengalami keluhan sesak napas atau bahkan sulit bernapas, sehingga tidak mampu menghirup oksigen dengan baik.

Rehabilitasi paru

Dokter juga mungkin menganjurkan penderita penyakit paru untuk menjalani rehabilitasi paru agar bisa bernapas dengan lebih baik. Salah satu jenis terapi yang dilakukan adalah latihan pernapasan.

Penderita penyakit paru akan dibimbing oleh seorang terapis untuk mempelajari berbagai jenis teknik pernapasan, baik dalam posisi duduk maupun berbaring.

Olahraga

Bila gejala sesak napas sudah mereda, penderita juga disarankan untuk berolahraga secara rutin. Pasalnya, aktivitas fisik dapat memperkuat otot pernapasan sehingga penderitanya dapat bernapas dengan lebih baik.

Itulah obat paru-paru beserta terapi penunjang lain untuk mengatasi penyakit paru. Perlu diingat bahwa pengobatan tersebut tidak boleh dilakukan secara sembarangan dan harus sesuai anjuran dokter.

Bila Anda sedang menjalani pengobatan dengan obat paru-paru atau dalam masa pemulihan dari penyakit paru-paru, jangan lupa kontrol kesehatan secara rutin ke dokter. Selain memantau penyakit paru yang sedang Anda derita, dokter juga akan menilai keberhasilan pengobatan dan kemungkinan adanya efek samping.