Obat batu empedu merupakan penanganan awal untuk memecah batu di empedu dan meredakan gejalanya. Obat ini umumnya diberikan kepada penderita batu empedu yang masih stabil dan mengalami gejala ringan.
Batu empedu dapat menimbulkan nyeri perut terus-menerus, khususnya perut bagian kanan atas. Keluhan ini terjadi ketika batu menyumbat saluran empedu. Bila dibiarkan tanpa penanganan, penyumbatan di saluran empedu dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi di kantong empedu (kolesistitis) yang berbahaya.
Meski demikian, komplikasi tersebut bisa dicegah dan batu empedu dapat diobati dengan berbagai pengobatan medis, termasuk konsumsi obat batu empedu.
Beragam Obat Batu Empedu
Bila ukuran batu masih kecil, ada beberapa pilihan obat batu empedu yang dapat diresepkan oleh dokter. Berikut ini adalah beberapa jenisnya:
1. Asam ursodeoksikolat
Asam ursodeoksikolat digunakan sebagai obat batu empedu, khususnya batu yang terbentuk dari kolesterol. Cara kerja obat ini adalah mengurangi produksi kolesterol dari organ hati dan meluruhkan batu empedu. Dengan begitu, batu yang awalnya keras dan melukai saluran empedu akan lebih lembek, bahkan pecah.
Penggunaan asam ursodeoksikolat membutuhkan waktu 6–12 bulan untuk meluruhkan batu empedu dan penderitanya perlu kontrol secara rutin ke dokter. Obat ini juga tidak bisa mencegah kambuhnya batu empedu secara total.
2. Asam kenodeoksikolat
Cara kerja asam kenodeoksikolat sama persis dengan asam ursodeoksikolat. Kedua obat ini memiliki efektivitas yang mirip, sehingga tidak ada yang lebih unggul untuk mengatasi batu empedu.
Baik asam ursodeoksikolat maupun asam kenodeoksikolat juga bisa menimbulkan efek samping, seperti konstipasi, mual, dan perut kembung. Efek ini biasanya terjadi di minggu awal pengobatan, tetapi bisa mereda seiring waktu.
Penting diketahui bahwa obat-obatan ini tidak boleh diminum bersama dengan antasida karena bisa mengurangi penyerapan obat batu empedu. Beri jeda setidaknya 1–2 jam setelah mengonsumsi antasida.
3. Diclofenac
Diclofenac merupakan obat untuk meredakan nyeri akibat haid atau radang sendi. Meski begitu, obat jenis antiradang ini juga digunakan untuk mengatasi nyeri perut yang merupakan gejala utama dari penyakit batu empedu.
Diclofenac bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandin, yaitu hormon yang memicu terjadinya nyeri, termasuk nyeri perut karena batu empedu. Dengan begitu, rasa nyeri pun dapat berkurang atau mereda.
Sama seperti obat lainnya, diclofenac juga dapat menimbulkan efek samping, seperti diare, mual, atau perih pada ulu hati. Minumlah obat ini 30 menit setelah makan untuk mencegah atau mengurangi efek sampingnya.
4. Celecoxib
Selain diclofenac, celecoxib juga bisa menjadi alternatif untuk mengatasi nyeri perut akibat batu empedu. Cara kerja obat ini sama dengan diclofenac, yaitu mengurangi produksi prostaglandin.
Celecoxib biasanya diberikan kepada penderita batu empedu yang memiliki gangguan lambung, seperti sakit maag atau iritasi lambung. Meski bisa mengatasi nyeri, bukan berarti kedua obat ini bisa mencegah nyeri.
Hentikan konsumsi celecoxib bila gejalanya sudah hilang. Faktanya, konsumsi obat antinyeri yang berlebihan dan tidak sesuai indikasi bisa membahayakan organ tertentu, seperti jantung dan hati.
5. Buprenorphine
Obat batu empedu satu ini biasanya digunakan pada penderita yang mengalami nyeri berat dan tidak bisa diatasi dengan obat antinyeri di atas. Buprenorphine bekerja dengan menekan senyawa kimia di otak yang berpengaruh terhadap rasa nyeri, sehingga rasa sakit mereda.
Obat antinyeri ini termasuk golongan narkotika, yang penggunaannya tidak boleh sembarangan. Efek samping yang bisa ditimbulkan bila dosisnya terlalu banyak adalah sesak napas, bahkan koma. Oleh karena itu, jangan menggunakan buprenorphine tanpa anjuran dokter.
6. Ciprofloxacin
Obat batu empedu selanjutnya adalah ciprofloxacin. Obat ini merupakan golongan antibiotik yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi komplikasi batu empedu, yaitu kolesistitis.
Pemberian ciprofloxacin bertujuan untuk mengendalikan infeksi bakteri agar tidak menimbulkan perburukan kolesistitis yang fatal, seperti pecahnya kantung empedu. Meski bisa menimbulkan mual dan diare, efek samping obat ini biasanya hanya sementara dan bisa dihindari dengan mengonsumsinya setelah makan.
Semua obat batu empedu di atas efektif untuk mengatasi batu empedu, khususnya yang berukuran kecil. Selama masa pengobatan, dokter akan menyarankan Anda untuk kontrol secara rutin, biasanya sebulan sekali.
Ketika kontrol, dokter akan menilai hasil pengobatan dan biasanya diiringi dengan pemeriksaan USG perut. Dokter akan melihat ukuran batu empedu dan menilai gejala maupun efek samping pengobatan yang mungkin dialami pasien.
Bila konsumsi obat batu empedu saja tidak efektif, efek samping obat lebih besar dari manfaatnya, atau batu empedu makin besar, dokter akan menyarankan tindakan medis, seperti terapi gelombang kejut atau ESWL maupun operasi pengangkatan kantung empedu.