Konsumsi obat jantung bengkak merupakan salah satu cara untuk mengatasi jantung yang mengalami pembesaran. Kondisi ini dapat terjadi akibat penyakit tertentu, salah satunya tekanan darah tinggi. Pengobatannya pun perlu disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya.
Jantung bengkak atau kardiomegali bukanlah penyakit, melainkan gejala dari suatu penyakit. Pembengkakan jantung terjadi ketika otot jantung harus memompa darah ke seluruh tubuh lebih keras. Lama-kelamaan, hal ini bisa menyebabkan penebalan otot jantung sehingga jantung menjadi lebih besar.
Kardiomegali bisa disebabkan oleh gangguan di pembuluh darah maupun jantung itu sendiri, seperti tekanan darah tinggi, aritmia, gagal jantung, penyakit katup jantung, dan kardiomiopati. Kehamilan juga bisa menyebabkan jantung bengkak, tetapi biasanya hanya bersifat sementara.
Mengingat kardiomegali dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, penggunaan obat jantung bengkak akan menyesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.
Berbagai Jenis Obat Jantung Bengkak
Berikut ini adalah beberapa jenis obat jantung bengkak yang umumnya diresepkan oleh dokter:
1. Diuretik
Obat jantung bengkak yang umum digunakan adalah diuretik. Obat ini bekerja dengan cara membuang kelebihan air dan garam dari dalam tubuh melalui urine, sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Karena cara kerjanya, diuretik bisa membuat orang yang mengonsumsinya sering buang air kecil dan rentan mengalami kekurangan cairan. Oleh karena itu, Anda juga dianjurkan untuk mencukupi asupan cairan.
Obat diuretik juga dapat menimbulkan efek samping berupa pusing, sakit kepala, mulut kering, kram otot, sembelit, dan peningkatan kadar asam urat maupun gula darah. Beberapa contoh obat diuretik yang umum diresepkan adalah furosemid, hydrochlorothiazide, dan spironolactone.
2. ACE Inhibitor (angiotensin-converting enzyme inhibitor)
ACE inhibitor juga dapat menjadi pilihan obat jantung bengkak yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan hormon angiotensin II, yaitu hormon yang menyempitkan pembuluh darah dan membuat jantung bekerja lebih keras, sehingga tekanan darah lebih stabil dan meringankan kerja jantung.
Contoh obat ACE inhibitor adalah captopril, ramipril, dan benazepril. Beberapa efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan obat ini meliputi batuk kering, sakit kepala, dan tekanan darah rendah.
Orang dengan batuk kronis, misalnya pada peradangan paru obstruktif kronis (PPOK), biasanya tidak diresepkan obat golongan ini untuk mencegah respons batuk yang berlebihan.
3. ARB (angiotension II receptor blockers)
Obat jantung bengkak satu ini biasanya digunakan pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi ACE inhibitor. Cara kerja kedua obat tersebut berbeda tetapi memberikan efek yang mirip, yaitu menurunkan tekanan darah dan meringankan kerja jantung.
Beberapa jenis ARB yang umum diresepkan adalah candesartan, losartan, dan valsartan. Sama halnya dengan ACE inhibitor, ARB juga dapat menimbulkan efek samping berupa pusing, tekanan darah rendah, dan sulit tidur.
4. Penghambat beta (beta-blockers)
Obat jantung bengkak selanjutnya adalah penghambat beta. Obat ini bekerja dengan cara menghambat hormon epinephrine, yaitu hormon yang berfungsi untuk meningkatkan detak jantung dan memicu kerja otot jantung.
Dengan begitu, obat ini bias membuat jantung berdenyut lebih lambat dan tekanan darah akan menurun. Contoh obat penghambat beta yang umum diberikan dokter, yaitu propranolol, bisoprolol, betaxolol, atau acebutolol.
Efek samping yang mungkin timbul selama mengosumsi obat ini adalah pusing, rasa kantuk berlebih, tangan dan kaki terasa dingin, serta kenaikan berat badan. Selain itu, obat ini biasanya tidak diberikan untuk penderita asma karena bisa memicu kekambuhan.
5. Antiaritmia
Antiaritmia digunakan sebagai obat jantung bengkak yang disebabkan oleh irama jantung yang tidak teratur, bisa terlalu cepat atau terlalu lambat. Obat ini bekerja dengan menjaga detak jantung tetap normal.
Beberapa gejala umum yang mungkin bisa timbul saat mengonsumsi obat ini adalah mual, mulut terasa pahit, napas terasa sesak, mudah lelah, diare, dan lebih sensitif terhadap sinar matahari.
6. Antikoagulan
Antikoagulan atau pengencer darah mungkin juga diresepkan bersama beberapa jenis obat jantung bengkak di atas. Obat ini mampu mencegah kemungkinan terjadinya penggumpalan darah akibat masalah pompa jantung maupun irama jantung.
Warfarin adalah salah satu contoh obat antikoagulan yang umum diresepkan oleh dokter. Selain mencegah darah yang menggumpal, obat ini juga dapat menimbulkan efek samping berupa mimisan berulang, batuk atau muntah berdarah, tinja berdarah, dan luka menjadi lama sembuh.
Selain penggunaan obat-obatan di atas, penderita jantung bengkak juga disarankan untuk menghindari pantangannya dan melalukan perubahan gaya hidup lebih sehat, misalnya mengonsumsi makanan rendah gula dan garam, menjaga berat badan ideal, serta menghindari konsumsi minuman berakohol atau berkafein.
Itulah beragam jenis obat jantung bengkak yang umumnya diresepkan oleh dokter. Jangan lupa untuk rutin kontrol sesuai anjuran dokter guna menilai efektivitas terapi dan adanya kemungkinan efek samping yang mengganggu.
Bila Anda sedang dalam menjalani terapi dengan obat jantung bengkak dari dokter, lalu mengalami nyeri dada seperti ditimpa benda berat dan menetap, sesak napas, atau sensasi akan pingsan, segeralah ke IGD di rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan.