Menangani anak yang perfeksionis memang agak tricky, terlebih jika sifat ini sudah terbentuk sejak lama pada dirinya. Namun, Bunda dan Ayah tak perlu bingung, ya, karena ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menangani anak yang perfeksionis.
Anak perfeksionis memiliki ekspektasi yang sangat tinggi terhadap dirinya sendiri dan juga orang lain. Sifat ini membuat mereka ingin selalu tampil sempurna dan memberikan yang terbaik, tapi sulit untuk menerima kesalahan.
Selain itu, anak-anak yang perfeksionis juga cenderung akan merasa sulit untuk mengontrol emosi, mudah marah, cepat tersinggung, serta sering mengkritik dirinya sendiri atau bahkan orang lain.
Ada banyak faktor yang bisa membentuk sifat perfeksionisme pada anak, di antaranya persaingan dan tuntutan akademik, self-esteem yang rendah, keinginan kuat untuk menyenangkan orang lain, pengaruh media sosial, memiliki orang tua yang perfeksionis, serta gangguan psikologis tertentu, seperti OCD.
Lakukan Cara Ini untuk Menangani Anak yang Perfeksionis
Sifat perfeksionisme bisa diibaratkan pedang bermata dua. Di satu sisi, sifat pefeksionis dapat memotivasi anak agar tekun belajar dan mencapai banyak keberhasilan, tapi di sisi lain, sifat ini juga bisa menimbulkan dampak yang buruk, jika anak tidak dapat mengontrolnya.
Sifat perfeksionis bisa membuat anak menjadi takut dan cemas berlebihan terhadap kegagalan serta kerap memendam perasaannya karena tidak ingin terlihat lemah.
Bila dibiarkan begitu saja, sifat perfeksionis yang berlebihan pada anak bisa membuat mereka rentan mengalami berbagai gangguan psikologis, seperti serangan panik, stres berat, perilaku melukai diri sendiri (self-injury), hingga gangguan kecemasan dan depresi.
Agar hal buruk akibat sifat perfeksionis tidak terjadi pada Si Kecil, Bunda dan Ayah harus ikut andil untuk menanganinya. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Bunda dan Ayah lakukan untuk menangani sifat perfeksionis pada anak:
1. Bantu anak untuk mengenali hal yang bisa dikendalikan dan tidak
Katakan pada Si Kecil tentang hal-hal apa saja yang bisa ia kendalikan dan tidak. Berikanlah contoh sederhana, seperti ia tidak bisa mengontrol tingkat kesulitan tugas yang diberikan oleh guru, atau ia tidak bisa mengendalikan seberapa baik kinerja teman-temannya. Yang bisa ia kendalikan hanyalah usaha dan tekadnya sendiri.
Jelaskan dengan bahasa sederhana yang bisa dimengerti Si Kecil bahwa tidak semua hal dapat berjalan sesuai rencananya, meski sudah dipersiapkan dengan matang. Justru dari kesalahan yang terjadi, ia bisa belajar untuk menjadi lebih baik.
Bunda dan Ayah juga bisa berbagi cerita tentang kegagalan yang pernah dialami. Jelaskan juga bagaimana Bunda dan Ayah mengatasi kegagalan tersebut. Berikan pemahaman bahwa hidup memang tidak sempurna dan tidak bisa dikontrol sepenuhnya.
2. Bangun rasa empati pada anak
Hal ini bisa menjadi salah satu cara yang baik untuk menangani dan mencegah terbentuknya sifat perfeksionis pada anak. Dengan terbentuknya empati, anak akan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan bisa menerima kekurangan dirinya sendiri dan orang lain, sekaligus menerima bahwa tidak ada orang yang sempurna.
Ada banyak cara yang bisa Bunda dan Ayah lakukan untuk menumbuhkan rasa empati pada anak, misalnya mengajak anak berpartisipasi dalam kegiatan amal atau sosial, mendidik anak agar tidak melakukan bullying, dan ajarkan anak untuk lebih bersyukur dan menghargai dirinya dan orang lain.
3. Ajarkan anak positive self-talk
Berdialog dengan diri sendiri menggunakan kalimat positif atau positive self-talk bisa membuat Si Kecil terbiasa untuk melihat segala hal dalam sudut pandang yang positif, meskipun itu tentang kesalahan atau kegagalan yang telah ia lakukan.
Cara ini juga bisa membantu Si Kecil untuk mendorong sikap optimis, percaya diri, lebih produktif, serta menumbuhkan perasaan nyaman pada dirinya sendiri.
4. Berikan pujian atas kerja kerasnya
Memberi pujian bisa membantu Si Kecil menghilangkan sikap perfeksionisnya, lho. Bunda dan Ayah jangan hanya memuji Si Kecil ketika ia berhasil saja. Namun, berikan juga ia pujian karena telah bekerja keras untuk mencapai suatu hal, meskipun hasil yang didapatkan belum sesuai harapan.
Hal ini akan membuat Si Kecil mengerti bahwa Bunda dan Ayah menghargai usahanya serta tetap bangga padanya. Memberikan pujian juga bisa sebagai bentuk hadiah agar Si Kecil lebih termotivasi untuk terus berprestasi. Cara ini juga bisa dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri atau self-esteem anak.
5. Hindari memberi tuntutan berlebihan pada anak
Mungkin masih banyak orang tua yang masih menuntut anaknya untuk menjadi seperti yang mereka inginkan. Alasannya, karena mereka ingin yang terbaik untuk anaknya. Hal ini tidak sepenuhnya salah. Namun, harapan tersebut haruslah disesuaikan dengan kemampuan sang anak.
Jadi, sebisa mungkin Bunda dan Ayah hindari menuntut Si Kecil secara berlebihan, ya. Lebih baik, berikan dukungan penuh terhadap bakat atau keterampilan yang Si Kecil miliki.
Ingat juga untuk jangan membandingkan anak dengan orang lain, baik itu teman atau saudaranya sendiri, karena hal ini bisa membuat anak menjadi semakin perfeksionis dan tidak baik untuk pembentukan karakternya.
6. Jadilah panutan yang baik
Anak biasanya akan meniru tingkah laku atau perbuatan yang ditunjukkan oleh orang tuanya. Jika Bunda dan Ayah masih menjadi seorang yang perfeksionis, besar kemungkinan sifat ini juga akan tertanam pada diri Si Kecil.
Jadi, untuk menghilangkan sifat ini pada diri Si Kecil, berilah contoh padanya. Misalnya dengan selalu mencoba lagi ketika gagal dan tidak menyalahkan diri sendiri saat berbuat kesalahan.
Menghadapi anak yang perfeksionis memang tidak mudah dan dibutuhkan kesabaran yang ekstra agar Si Kecil bisa mengerti apa yang Bunda dan Ayah ajarkan dan harapkan dari dirinya.
Bila sikap perfeksionis Si Kecil masih sulit terkontrol atau bahkan sudah mengganggu proses belajar atau kesehatannya padahal Bunda dan Ayah sudah mencoba berbagai cara, sebaiknya konsultasikan masalah ini ke psikolog atau psikiater, ya.