Efek samping KB IUD bisa terjadi karena proses pemasangan IUD atau reaksi tubuh terhadap jenis IUD yang digunakan. Sebelum Anda memilih metode kontrasepsi ini, penting untuk mengetahui apa saja efek samping KB IUD yang dapat terjadi.

KB spiral atau intrauterine device (IUD) adalah alat kontrasepsi berbahan dasar plastik dan berbentuk seperti huruf T. IUD digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam rahim. Di Indonesia, IUD juga dikenal dengan istilah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

8 Efek Samping KB IUD dan Cara Mengatasinya - Alodokter

IUD terbagi menjadi dua jenis, yaitu IUD berlapis tembaga (nonhormonal) dan IUD yang mengandung hormon. Risiko terjadinya efek samping KB IUD mungkin dapat sedikit berbeda pada tiap wanita tergantung dari jenis IUD yang digunakan.  

Jenis KB IUD

Alat kontrasepsi ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

IUD hormonal

IUD hormonal mengandung progestin, yaitu bentuk sintetis dari progesteron. Hormon tersebut dapat mencegah kehamilan dengan cara mengentalkan lendir serviks, sehingga sperma sulit mencapai sel telur dan membuahinya.

Selain itu, hormon ini juga dapat menipiskan lapisan dinding rahim, sehingga mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim. Kontrasepsi IUD hormonal bisa mencegah kehamilan hingga sekitar 5 tahun.

IUD berlapis tembaga

Jenis KB IUD yang satu ini dilapisi dengan tembaga. Kandungan tembaga yang dilepaskan ke dalam rahim tersebut akan mencegah sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya. Dengan demikian, kehamilan pun bisa dicegah.

KB jenis ini juga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat untuk mencegah pembuahan. Namun, pemasangan KB harus dalam jangka waktu 5 hari setelah berhubungan seksual. IUD berlapis tembaga dapat digunakan hingga 10 tahun sejak pemasangan.

Efek Samping KB IUD yang Dapat Terjadi

Meski umumnya aman untuk digunakan, ada beberapa efek samping KB IUD yang mungkin terjadi, yaitu:

1. Nyeri dan kram perut

Efek samping KB IUD bisa menyebabkan nyeri dan kram perut yang terjadi selama pemasangan maupun setelahnya. Kram yang dirasakan bisa bersifat ringan hingga berat.

Intensitas kram akan berkurang secara bertahap, tetapi bisa juga bertahan hingga beberapa minggu. Efek samping KB IUD ini biasanya akan benar-benar hilang dalam waktu 3–6 bulan setelah pemasangan IUD. 

2. Pusing

Pusing atau sakit kepala umumnya dialami oleh wanita yang menggunakan IUD hormonal. Hal ini diduga terjadi karena hormon progestin dalam IUD hormonal dapat memengaruhi zat kimia di otak, sehingga memicu sakit kepala.

3. Menstruasi tidak teratur

Perubahan siklus menstruasi merupakan efek samping KB IUD yang sering terjadi. IUD hormonal biasanya membuat menstruasi menjadi lebih ringan dan pendek. Bahkan, IUD hormonal dapat membuat penggunanya tidak mengalami menstruasi sama sekali.

Di sisi lain, IUD berlapis tembaga dapat membuat menstruasi menjadi lebih berat. Beberapa wanita juga mungkin mengalami perdarahan di luar siklus menstruasi. Namun, siklus haid umumnya akan kembali normal dalam waktu 6 bulan.

4. Kista ovarium

Kemunculan kista ovarium dapat terjadi pada tahun pertama setelah pemasangan IUD. Sebagian besar kista ini tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala apa pun.

Namun, sebagian wanita mungkin mengalami keluhan, seperti kembung atau nyeri di perut bagian bawah. Kista biasanya hilang dengan sendirinya dalam waktu 3 bulan, meski ada juga yang menyebabkan nyeri hebat hingga membutuhkan pembedahan. 

5. Infeksi

Infeksi juga termasuk sebagai salah satu efek samping KB IUD. Infeksi bakteri bisa terjadi ketika IUD dipasang ke dalam rahim. Risiko terjadinya infeksi ini akan lebih tinggi jika pemasangan IUD dilakukan dengan tidak steril. Namun, jika dilakukan dengan benar, risiko terjadinya infeksi tergolong kecil.

Pada kasus tertentu, efek samping KB IUD yang satu ini bisa menimbulkan radang panggul. Penyakit ini bisa menyebabkan wanita mengalami gejala berupa nyeri perut, nyeri saat berhubungan seks, keluar lendir berbau dari vagina, perdarahan hebat, dan demam.

6. IUD berpindah tempat atau keluar dari rahim

IUD berpindah tempat atau bahkan keluar dari rahim sebenarnya jarang terjadi. Namun, efek samping KB IUD ini bisa terjadi pada beberapa bulan pertama setelah pemasangan. Risiko ini lebih tinggi dialami oleh wanita yang belum pernah melahirkan sebelumnya.

Posisi IUD yang bergeser dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kontraksi rahim yang kuat selama menstruasi, rahim miring ke belakang atau ke arah tulang belakang, terdapat rongga kecil di rahim, serta IUD dipasang oleh tenaga kesehatan yang kurang berpengalaman.

7. IUD menembus dinding rahim

IUD yang bergeser dapat meningkatkan risiko terjadinya perforasi. Ini adalah kondisi ketika IUD menembus dinding rahim. Efek samping KB IUD ini umumnya tidak bergejala, tetapi bisa saja menimbulkan keluhan, seperti nyeri dan perdarahan. 

Meski terdengar menakutkan, kondisi ini sangat jarang terjadi. Namun, risiko terjadinya efek samping ini dapat meningkat jika IUD dipasang ketika wanita baru saja melahirkan. IUD yang menembus dinding rahim dapat membahayakan nyawa dan harus segera dikeluarkan dari dalam tubuh.

8. Kehamilan ektopik

Beberapa studi menyebutkan bahwa KB IUD bisa meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik, yaitu kondisi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel dan berkembang di luar rahim.

Tanda kehamilan ektopik serupa dengan kehamilan biasa. Namun, pada tahap lanjut, kehamilan ektopik menimbulkan keluhan berupa nyeri perut dan perdarahan. Efek samping KB IUD yang satu ini harus segera ditangani untuk mencegah perdarahan berat yang dapat mengancam nyawa.

Cara Mengatasi Efek Samping KB IUD

IUD merupakan salah satu metode kontrasepsi yang aman. Terkait efek samping KB IUD yang dapat terjadi, Anda tidak perlu khawatir karena tidak semua penggunanya mengalami efek samping. 

Untuk mengatasi keluhan terkait efek samping KB IUD, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan:

  • Konsumsi obat pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen, beberapa jam sebelum pemasangan. Obat pereda nyeri juga dapat diminum jika nyeri masih terasa setelah IUD dipasang.
  • Gunakan kompres hangat untuk meredakan kram perut.
  • Konsumsi antibiotik yang diresepkan dokter jika mengalami infeksi.
  • Jalani pembedahan jika kista menimbulkan nyeri hebat.

Untuk mencegah risiko terjadinya efek samping KB IUD yang berbahaya, pastikan untuk melakukan kontrol secara berkala, terutama jika Anda mengalami hal berikut:

  • Gejala kehamilan, seperti mual, muntah, lemas, dan nyeri payudara
  • Tidak lagi merasakan benang IUD atau benang IUD terasa lebih pendek, panjang, runcing, ataupun bengkok
  • Sakit perut atau kram yang parah
  • Nyeri saat berhubungan seks
  • Perdarahan selama atau setelah berhubungan seks 
  • Keputihan yang menimbulkan bau dan dalam jumlah yang banyak
  • Demam atau menggigil
  • Kesulitan bernapas

Jika Anda berencana untuk menggunakan kontrasepsi, termasuk KB IUD, sebaiknya konsultasikan terlebih dulu dengan dokter kandungan untuk memastikan kesesuaian metode ini dengan kondisi Anda.

Dan jika setelah dipasang muncul efek samping KB IUD yang sangat mengganggu, Anda dapat berkonsultasi kembali ke dokter untuk mendapatkan penanganan atau penggantian metode kontrasepsi lain.