Efek samping KB IUD dapat terjadi akibat proses pemasangan IUD maupun reaksi tubuh terhadap jenis IUD yang digunakan. Pada dasarnya, setiap jenis kontrasepsi memiliki kelebihan dan efek samping tersendiri. Sebelum memilih metode kontrasepsi ini, penting untuk mengetahui apa saja efek samping KB IUD yang dapat terjadi.
KB spiral atau intrauterine device (IUD) adalah alat kontrasepsi berbahan dasar plastik dengan bentuk seperti huruf T. IUD digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam rahim. Di Indonesia, IUD juga dikenal dengan istilah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
IUD terbagi menjadi dua jenis, yaitu IUD berlapis tembaga (nonhormonal) dan IUD yang mengandung hormon. Risiko terjadinya efek samping KB IUD mungkin dapat sedikit berbeda pada tiap wanita tergantung pada jenis IUD yang digunakan.
Jenis KB IUD
Dalam mencegah kehamilan, masing-masing jenis IUD bekerja dengan cara berbeda. Berikut adalah perbedaan antara kedua jenis IUD:
IUD hormonal
IUD hormonal mengandung progestin, yaitu bentuk sintetis dari progesteron. Hormon tersebut dapat mencegah kehamilan dengan cara mengentalkan lendir serviks, sehingga sperma sulit mencapai dan membuahi sel telur.
Selain itu, hormon ini juga dapat menipiskan lapisan dinding rahim, sehingga mencegah sel telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim. Kontrasepsi IUD hormonal bisa mencegah kehamilan hingga sekitar 5 tahun.
IUD berlapis tembaga
KB IUD ini dilapisi oleh tembaga. Kandungan unsur tembaga yang dilepaskan ke dalam rahim akan membuat sperma tidak dapat mencapai dan membuahi sel telur. Dengan demikian, kehamilan pun bisa dicegah.
KB jenis ini juga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat untuk mencegah pembuahan. Namun, pemasangan KB harus dalam 5 hari setelah berhubungan seksual. IUD berlapis tembaga dapat digunakan hingga 10 tahun sejak pemasangan.
Efek Samping KB IUD yang Dapat Terjadi
Meski umumnya aman, ada beberapa efek samping KB IUD yang mungkin terjadi, yaitu:
1. Nyeri dan kram perut
Efek samping KB IUD berupa nyeri dan kram perut kerap terjadi selama pemasangan maupun setelahnya. Kram yang dirasakan dapat bersifat ringan hingga berat.
Intensitas kram akan berkurang secara bertahap, tetapi dapat juga bertahan hingga beberapa minggu. Efek samping KB IUD ini biasanya akan benar-benar hilang dalam waktu 3–6 bulan setelah pemasangan IUD.
2. Pusing
Pusing atau sakit kepala umumnya dialami oleh wanita yang menggunakan IUD hormonal. Hal ini diduga terjadi karena hormon progestin dalam IUD hormonal dapat memengaruhi zat kimia di otak, sehingga memicu sakit kepala.
3. Menstruasi tidak teratur
Perubahan siklus menstruasi menjadi efek samping KB IUD yang banyak terjadi. IUD hormonal biasanya membuat menstruasi menjadi lebih ringan dan pendek. Bahkan, IUD hormonal dapat membuat penggunanya tidak mengalami mestruasi sama sekali.
Di sisi lain, IUD berlapis tembaga dapat membuat menstruasi menjadi lebih berat. Beberapa wanita juga mungkin mengalami perdarahan di luar siklus menstruasi. Siklus haid umumnya akan kembali normal dalam waktu 6 bulan.
4. Kista ovarium
Kemunculan kista ovarium dapat terjadi pada tahun pertama setelah pemasangan IUD. Sebagian besar efek samping KB IUD ini biasanya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala apa pun.
Namun, sebagian wanita mungkin mengalami keluhan seperti kembung atau nyeri di perut bagian bawah. Kista biasanya hilang dengan sendirinya dalam waktu 3 bulan, meski ada juga yang menyebabkan nyeri hebat hingga membutuhkan pembedahan.
5. Infeksi
Ini juga termasuk salah satu risiko dari pemasangan KB IUD. Infeksi bakteri bisa terjadi ketika IUD dipasang ke dalam rahim.
Risiko terjadinya infeksi ini akan lebih tinggi jika pemasangan IUD dilakukan dengan tidak steril. Namun, jika dilakukan dengan benar, risiko terjadinya infeksi tergolong kecil.
Pada kasus tertentu, efek samping KB IUD ini bisa menimbulkan kondisi radang panggul. Penyakit ini bisa menyebabkan wanita mengalami gejala berupa nyeri perut, nyeri saat berhubungan seks, keluar lendir berbau dari vagina, perdarahan hebat, dan demam.
6. IUD berpindah tempat atau keluar
IUD berpindah tempat atau bahkan keluar dari rahim sebenarnya jarang terjadi. Namun, efek samping KB IUD ini bisa terjadi pada beberapa bulan pertama setelah pemasangan. Risiko ini lebih tinggi dialami oleh wanita yang belum pernah melahirkan sebelumnya.
Posisi IUD yang bergeser dapat disebabkan oleh kontraksi rahim yang kuat selama menstruasi, rahim miring ke belakang ke arah tulang belakang, terdapat rongga kecil di rahim, atau IUD dipasang oleh tenaga kesehatan yang kurang berpengalaman.
7. IUD menembus dinding rahim
IUD yang bergeser dapat meningkatkan risiko terjadinya perforasi. Ini adalah kondisi ketika IUD menembus dinding rahim. Efek samping KB IUD ini umumnya tidak bergejala, tetapi bisa juga menimbulkan keluhan seperti nyeri dan perdarahan.
Meski terdengar menakutkan, kondisi ini sangat jarang terjadi. Namun, risiko terjadinya efek samping ini dapat meningkat jika IUD dipasang ketika wanita baru saja melahirkan.
IUD yang menembus dinding rahim dapat membahayakan nyawa dan harus segera dikeluarkan dari tubuh.
8. Kehamilan ektopik
IUD bekerja dengan cara menghambat pertemuan sel telur dan sperma di dalam rahim. Jika dipasang dengan tepat, IUD umumnya memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan.
Namun, beberapa studi menyebutkan bahwa metode kontrasepsi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Ini adalah kondisi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel dan berkembang di luar rahim.
Tanda kehamilan ektopik serupa dengan kehamilan biasa. Namun, pada tahap lanjut, kehamilan ektopik menimbulkan keluhan berupa nyeri perut dan perdarahan. Efek samping KB IUD ini harus segera ditangani untuk mencegah perdarahan berat yang dapat mengancam nyawa.
Cara Mengatasi Efek Samping KB IUD
IUD merupakan salah satu metode kontrasepsi yang aman. Terkait efek samping KB IUD yang dapat terjadi, Anda tidak perlu khawatir karena tidak semua penggunanya mengalami efek samping. Selain itu, tak semua penggunanya mengalami efek samping yang sama.
Untuk mengatasi keluhan terkait efek samping KB IUD, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan:
- Konsumsi obat pereda nyeri seperti, paracetamol atau ibuprofen, beberapa jam sebelum tindakan pemasangan. Obat pereda nyeri juga dapat diminum jika nyeri masih dirasakan setelah IUD dipasang.
- Gunakan kompres hangat untuk meredakan kram perut.
- Konsumsi antibiotik yang diresepkan dokter jika mengalami infeksi.
- Jalani pembedahan jika kista menimbulkan nyeri hebat.
Untuk mencegah risiko terjadinya efek samping KB IUD yang berbahaya, pastikan untuk melakukan kontrol secara berkala, terutama jika Anda mengalami hal berikut:
- Gejala kehamilan, seperti mual, muntah, lemas, dan nyeri payudara
- Tidak lagi merasakan benang IUD atau benang IUD terasa lebih pendek, panjang, runcing, ataupun bengkok
- Sakit perut atau kram yang parah
- Nyeri saat berhubungan seks
- Perdarahan selama atau setelah berhubungan seks
- Keputihan yang berbau dalam jumlah banyak
- Demam atau menggigil
- Kesulitan bernapas
Jika Anda berencana untuk menggunakan kontrasepsi, termasuk KB IUD, sebaiknya konsultasikan terlebih dulu dengan dokter kandungan untuk memastikan kesesuaian metode ini dengan kondisi Anda.
Jika muncul efek samping KB IUD yang sangat mengganggu, Anda dapat berkonsultasi kembali ke dokter untuk mendapatkan penanganan atau penggantian metode kontrasepsi lain.