Konsumsi obat sakit haid bisa meredakan keluhan yang dirasakan selama menstruasi, termasuk sakit perut dan sakit punggung bawah. Namun, untuk memaksimalkan efek obat, ketahui dulu cara kerja dan efek samping dari masing-masing obat sebelum mengonsumsinya.
Nyeri haid atau dismenore adalah keluhan yang umum terjadi pada siklus menstruasi wanita. Nyeri haid biasanya terjadi di perut dan bisa menjalar ke punggung dan paha.
Tingkat keparahan nyeri haid berbeda-beda pada setiap wanita. Ada nyeri haid yang bersifat ringan, ada pula sakit yang terasa cukup berat hingga menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Jika Anda menderita nyeri haid, mengonsumsi obat sakit haid bisa menjadi solusi agar Anda dapat beraktivitas seperti biasa.
Berbagai Pilihan Obat Sakit Haid
Obat sakit haid yang umum digunakan adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang berguna untuk mengurangi peradangan dan meredakan nyeri. Cara kerja OAINS sebagai obat sakit haid adalah dengan menekan produksi senyawa prostaglandin dalam tubuh, sehingga nyeri bisa dikurangi.
Berikut ini adalah beberapa pilihan obat sakit haid untuk mengatasi nyeri saat menstruasi:
1. Asam mefenamat
Asam mefenamat merupakan obat sakit haid untuk mengobati nyeri ringan hingga sedang. Obat ini bisa dikonsumsi dengan dosis 500 mg ketika gejala PMS dimulai, dan bisa diulang hingga 3 kali dalam sehari, bila perlu.
Namun perlu diingat, obat sakit haid ini tidak boleh dikonsumsi lebih dari 3 hari karena bisa menimbulkan kemungkinan efek samping berupa sakit perut, mual, muntah, diare, hingga telinga berdenging.
2. Ibuprofen
Obat sakit haid yang mudah ditemukan di apotik dan bisa dibeli tanpa resep dokter adalah ibuprofen. Anda bisa menggunakan obat ini sehari sebelum menstruasi dimulai agar dapat membantu mengontrol nyeri haid.
Dosis penggunaan obat ibuprofen yang dianjurkan adalah 200–400 mg dan dapat diulang setiap 4–6 jam sekali. Obat sakit haid ini dapat menimbilkan efek samping berupa masalah pencernaan, seperti kembung, mual, muntah, dan diare.
3. Paracetamol
Paracetamol bisa mengobati rasa sakit ringan, termasuk nyeri haid. Obat sakit haid ini bisa didapatkan secara bebas dan mudah ditemukan di apotek.
Meskipun sama-sama tergolong obat OAINS, kemampuan paracetamol dalam meredakan nyeri dinilai lebih rendah daripada ibuprofen. Namun, paracetamol lebih aman dikonsumsi dan tidak menyebabkan gangguan lambung, terutama pada penderita maag.
Dosis obat sakit haid ini adalah 500 mg atau 1 tablet, setiap 4–6 jam sekali dalam sehari. Jangan mengonsumsi paracetamol lebih dari 8 tablet dalam sehari karena bisa menyebabkan risiko terjadinya gagal hati.
4. Natrium diclofenac
Natrium diclofenac juga termasuk golongan OAINS yang berguna untuk mengatasi nyeri saat haid. Dosis yang dianjurkan untuk meminum obat sakit haid ini adalah 50 mg dan diulang sebanyak 2–3 kali per hari, atau tergantung tingkat keparahan nyeri haid.
Pastikan Anda mengikuti dosis yang telah dianjurkan guna menghindari kemungkinan efek samping berupa heartburn, kembung, sakit perut, dan sakit kepala.
5. Aspirin
Masih satu golongan dengan ibuprofen, aspirin juga bisa dijadikan sebagai obat sakit haid untuk meredakan nyeri haid ringan. Tidak seperti obat sakit haid lainnya, aspirin harus digunakan sesuai resep dokter dan dikonsumsi setelah makan guna menghindari efek samping berupa sakit perut.
Umumnya, dosis aspirin yang bisa digunakan untuk mengurangi rasa nyeri adalah 300 mg per hari.
6. Naproxen
Naproxen juga tergolong obat OAINS yang diresepkan dokter sebagai obat sakit haid. Dosis naproxen sebagai obat sakit haid adalah sebanyak 550 mg, diminum sebanyak 3 kali sehari. Obat ini sebaiknya diminum setelah makan untuk menghindari efek samping berupa sakit maag, heartburn, mual, muntah, dan sakit perut.
7. Ketoprofen
Obat sakit haid lainnya yang bisa dibeli dengan resep dokter adalah ketoprofen. Dosis dan frekuensi minum obat ini bergantung pada jenis sediaan obatnya. Jadi, pastikan Anda mengonsumsi ketoprofen sesuai dengan dosis, frekuensi, dan aturan minum yang dianjurkan oleh dokter.
Obat ini tidak boleh digunakan dalam jangka panjang karena bisa meningkatkan risiko ternyadinya penyakit jantung dan stroke.
8. Pil KB
Selain mengonsumsi obat pereda nyeri, pil kontrasepsi atau pil KB juga bisa digunakan untuk mengatasi kram perut saat menstruasi. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi produksi prostaglandin untuk membuat otot rahim berkontraksi. Dengan begitu, nyeri saat haid pun berkurang dan menstruasi menjadi lebih lancar.
Perlu diingat bahwa penggunaan pil KB sebagai obat sakit haid harus dibawah pengawasan dokter. Pasalnya, pada sebagian wanita, obat ini dapat meningkatkan risiko terkena tekanan darah dan risiko terjadinya penggumpalan darah.
Nyeri haid adalah keluhan yang normal dialami oleh seorang wanita, dan biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam 2–3 hari. Jadi, penggunaan obat sakit haid di atas tidak dianjurkan digunakan secara rutin, kecuali jika nyeri haid yang dialami cukup parah, sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Untuk mengurangi risiko terjadinya efek samping dari penggunaan obat sakit haid di atas, sebaiknya gunakan obat tersebut sesuai dengan anjuran dokter atau cara pakai yang tertera pada kemasan. Hal ini terutama penting dilakukan oleh orang yang alergi terhadap obat OAINS atau memiliki kondisi medis tertentu, seperti penyakit maag, asma, penyakit ginjal, penyakit jantung, dan penyakit hati.
Selain mengonsumsi obat-obatan, ada beberapa cara alami yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi keluhan nyeri haid, yaitu:
- Menghindari konsumsi minuman yang mengandung kafein dan alkohol
- Menghindari makan tinggi akan lemak dan garam
- Mengonsumsi teh herbal, seperti teh chamomile, jahe, atau kayu manis
- Mencukupi asupan cairan dengan minum air putih setidaknya 8 gelas per hari
- Melakukan olahraga secara rutin, misalnya yoga
- Memijat perut dengan minyak esensial seperti lavender
- Mengompres perut dengan air hangat
- Mandi air hangat
Jika setelah mengonsumsi obat sakit haid atau menerapkan berbagai cara mengatasi sederhana di atas tetapi nyeri haid tidak kunjung membaik, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Dengan demikian, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab nyeri haid dan memberikan penanganan yang tepat.