Infeksi cacing kremi bersifat menular, terutama pada anak-anak. Sayangnya, masih banyak orang tua yang belum memahami cara penularan infeksi ini sehingga anak cukup rentan dari risiko penularan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui berbagai fakta seputar penularan cacing kremi.
Cacing kremi umumnya dapat bertelur, berkembang biak, dan menyebabkan infeksi di dalam usus. Namun, telur-telur cacing kremi bisa menyebar melalui kotoran dan menempel serta hidup di permukaan kuku atau benda, misalnya mainan anak.
Penularan infeksi cacing kremi atau keremian pun tergolong cepat dan mudah, yaitu dengan menelan atau menghirup telur cacing kremi. Setelah tertelan atau terhirup, telur cacing dapat masuk ke dalam tubuh dan menetap di usus hingga menetas menjadi cacing dewasa dan akhirnya keluar melalui anus.
Fakta Seputar Penularan Cacing Kremi
Sebagai orang tua, Anda perlu mengetahui cara penularan cacing kremi dan memperhatikan gejala keremian yang dialami Si Kecil. Setidaknya ada 9 fakta yang perlu diketahui seputar penularan cacing kremi, yaitu:
1. Anus gatal merupakan ciri-ciri utama
Cacing kremi dewasa dapat meninggalkan usus dan bertelur di sekitar anus. Inilah yang menyebabkan anus terasa gatal, sehingga anak terlihat resah dan menjadi susah tidur. Meski begitu, ada sebagian anak yang tidak merasakan gejala apa pun saat terinfeksi.
Infeksi cacing kremi juga bisa ditandai dengan adanya ruam merah dan iritasi kulit di sekitar anus, serta ditemukannya cacing kremi pada area anus dan tinja anak.
2. Cacing kremi bisa hidup di sprei tempat tidur
Sprei menjadi salah satu benda yang kerap menjadi tempat bagi cacing kremi untuk hidup dan bertelur. Telur cacing kremi dapat bertahan 2–3 minggu pada sprei.
Oleh karena itu, penting untuk mencuci sprei secara terpisah menggunakan air hangat untuk mencegah penyebaran infeksi. Setelah dicuci, jemur seprei di bawah sinar matahari.
3. Cacing kremi senang hidup di balik kuku yang panjang
Penularan penyakit akibat infeksi cacing kremi pada anak dapat menyebar melalui banyak cara, salah satunya melalui kuku tangan anak yang kotor. Hal ini karena telur cacing kremi sering kali bersembunyi di balik kuku yang panjang.
Oleh karena itu, selain menjaga kuku tetap pendek dan bersih, pastikan anak Anda menghindari kebiasan menggigit kuku dan ajarkan untuk selalu rajin mencuci tangan.
4. Hindari berbagi pakai handuk dan pakaian
Selain dari kuku tangan, penyebaran infeksi cacing kremi juga dapat terjadi melalui handuk dan pakaian yang terkontaminasi. Oleh karena itu, pastikan anak Anda tidak berbagi handuk mandi dan pakaian dengan orang lain, terutama celana dalam.
5. Penularan cacing kremi jarang terjadi di kolam renang
Kabar baiknya, infeksi cacing kremi tidak berisiko menyebar ketika anak berada di dalam kolam renang. Selain dilindungi oleh klorin, jumlah telur cacing kremi yang kalah banyak dibandingkan dengan volume air dalam kolam renang, membuat risiko terjadinya penularan infeksi jarang terjadi.
6. Cacing kremi tidak menular melalui hewan
Anda tidak perlu khawatir dan menduga bahwa hewan peliharaan dapat menularkan cacing kremi pada anak Anda. Hal ini karena cacing kremi hanya dapat hidup dalam tubuh manusia, tidak dalam tubuh hewan.
7. Cacing kremi bisa menyebar ke organ lain
Meski jarang terjadi, infeksi cacing kremi pada anak perempuan dapat menyebar dari anus ke dalam vagina, bahkan rahim. Hal ini bisa memicu peradangan di vagina atau lapisan rahim. Tanda-tandanya bisa berupa keputihan abnormal dari vagina dan nyeri perut bagian bawah.
Pada sebagian kasus yang berat dan tidak segera diobati, infeksi cacing kremi juga menyebabkan infeksi pada saluran kencing.
8. Anak menjadi kelompok usia paling berisiko
Infeksi cacing kremi sering kali terjadi pada balita dan anak usia sekolah, yaitu antara 5–10 tahun. Kondisi ini lebih rentan terjadi pada anak yang sering dititipkan di tempat penitipan anak, memiliki anggota keluarga yang terinfeksi, atau anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak menerapkan kebiasaan hidup bersih dan sehat.
9. Sebaiknya anak tidak mandi bersama
Sebaiknya hindari kebiasaan anak mandi bersama dengan temannya, sebab kebiasaan ini bisa meningkatkan risiko anak terinfeksi cacing kremi. Penularan infeksi cacing tersebut sering terjadi saat anak menggunakan air yang terkontaminasi dari bak mandi atau berbagi handuk dengan anak yang terinfeksi.
Infeksi cacing kremi dapat diatasi dengan obat anticacing yang dijual bebas. Namun, sesuaikan penggunaannya dengan anjuran dokter. Agar infeksi tidak datang kembali, penting untuk membiasakan anak mencuci tangan secara teratur serta mandi dan mengganti pakaian dalam setiap hari.
Pastikan pula Anda atau anggota keluarga selalu mencuci tangan sebelum mengolah makanan dan mengganti popok anak. Selain itu, telur cacing kremi umumnya sensitif terhadap sinar matahari. Oleh karena itu, biarkan ruangan dalam rumah Anda mendapat sinar matahari yang cukup.
Jika mengalami gejala-gejala infeksi cacing kremi pada anak Anda atau anggota keluarga lain, seperti timbul rasa gatal dan iritasi kulit pada area anus, disarankan untuk segera memeriksakannya ke dokter agar dapat diberikan penanganan yang tepat.