Antikonvulsan atau antikejang adalah obat untuk mencegah dan mengatasi kejang, misalnya pada epilepsi. Di Indonesia, antikonvulsan tersedia dalam bentuk obat minum, suntik, dan enema. Obat ini hanya boleh digunakan sesuai resep dokter.
Pada keadaan normal, sel-sel saraf di dalam otak saling berkomunikasi satu sama lain melalui sinyal listrik. Saat aktivitas listrik yang ada di otak berlebihan, maka bisa muncul kejang. Obat antikonvulsan bekerja dengan cara menormalkan aktivitas listrik yang berlebihan di otak sehingga kejang dapat dicegah atau diatasi.
Selain bermanfaat untuk mengatasi kejang, beberapa jenis antikonvulsan juga bisa digunakan untuk meredakan nyeri akibat gangguan saraf (neuropati), mencegah dan mengobati sakit kepala, serta mengatasi gangguan bipolar.
Peringatan Sebelum Mengonsumsi Antikonvulsan
Antikonvulsan hanya boleh digunakan sesuai resep dokter. Sebelum menggunakan antikonvulsan, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan, yaitu:
- Jangan menggunakan obat antikonvulsan jika Anda alergi terhadap obat ini.
- Hindari konsumsi minuman beralkohol selama menggunakan obat antikonvulsan, karena dapat memperburuk efek samping.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, mungkin hamil, atau menyusui.
- Konsultasikan ke dokter mengenai alat kontrasepsi yang paling efektif selama menjalani pengobatan dengan obat ini. Segera konsultasikan ke dokter jika Anda hamil tanpa diduga, atau ingin merencanakan kehamilan selama menggunakan antikonvulsan.
- Jangan mengemudikan kendaraan atau melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan selama menggunakan obat antikonvulsan, karena obat ini dapat menyebabkan pusing.
- Beri tahu dokter tentang riwayat medis Anda, terutama penyakit hati, penyakit ginjal, diabetes, penyakit jantung, glaukoma, atau gangguan pernapasan, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau asma.
- Beri tahu dokter jika pernah atau sedang menderita penyalahgunaan NAPZA, gangguan suasana hati, memiliki keinginan untuk bunuh diri, atau menyakiti diri sendiri, serta penyakit mental, seperti depresi atau psikosis.
- Jangan mengubah dosis, mengganti jenis obat, dan memulai atau menghentikan konsumsi obat antikonvulsan tanpa berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan kejang kembali muncul atau memburuk.
- Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk herbal tertentu, untuk mengantisipasi terjadinya efek interaksi antarobat.
- Beri tahu dokter bahwa Anda sedang mengonsumsi antikonvulsan, jika Anda akan menjalani prosedur medis tertentu, seperti perawatan gigi atau operasi.
- Selama menjalani pengobatan dengan antikonvulsan, lakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin. Beberapa jenis obat antikonvulsan dapat menyebabkan ketergantungan sehingga tidak boleh digunakan dalam jangka panjang.
- Konsultasikan ke dokter jika terjadi kejang berulang atau kondisi Anda tidak kunjung membaik. Dokter mungkin akan mengevaluasi dosis dan jenis obat yang digunakan.
- Segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang mengganggu setelah menggunakan obat antikonvulsan.
Efek Samping dan Bahaya Antikonvulsan
Antikonvulsan dapat menimbulkan efek samping yang berbeda-beda pada tiap penggunanya. Beberapa efek samping yang sering muncul adalah:
- Gangguan penglihatan
- Gangguan koordinasi
- Kantuk
- Mual
- Muntah
- Pusing
- Sakit kepala
- Lemas atau lelah
- Tremor
- Berat badan naik
- Rambut rontok
- Sulit berkonsentrasi atau berpikir
Periksakan diri ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung reda atau malah memburuk. Segera temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang serius, antara lain:
- Perubahan suasana hati atau perilaku yang signifikan
- Kerusakan liver
- Gangguan pendengaran
- Pankreatitis akut
- Perdarahan atau mudah memar
- Penurunan fungsi ginjal, yang dapat ditandai dengan perubahan jumlah buang air kecil per hari
- Batu ginjal, yang dapat ditandai dengan nyeri pinggang dan kencing berdarah
- Ruam kulit, yang bisa menjadi tanda awal Sindrom Stevens-Johnson
Selain itu, penggunaan antikonvulsan dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan efek samping, seperti pengeroposan tulang (osteoporosis), pergelangan kaki bengkak, atau gangguan siklus menstruasi. Konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami efek samping tersebut.
Jenis, Merek Dagang dan Dosis Antikonvulsan
Berikut ini adalah jenis, merek dagang, dan dosis obat yang termasuk dalam golongan antikonvulsan:
1. Barbiturat
Barbiturat mencegah kejang dengan meningkatkan aktivitas asam gamma-aminobutirat (GABA), yaitu senyawa kimia di otak yang memunculkan efek sedatif atau penenang. Barbiturat digunakan untuk mengobati segala jenis kejang, kecuali absense seizure. Contoh obat barbiturat adalah:
Phenobarbital
Bentuk obat: Tablet, suntik
Merek dagang: Phenobarbital Sodium, Phenobarbital, Sibital
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat phenobarbital.
2. Benzodiazepine
Sama seperti phenobarbital, benzodiazepine bekerja dengan meningkatkan aktivitas GABA. Namun, benzodiazepine memiliki efek kerja yang lebih luas. Oleh karena itu, selain mencegah kejang, benzodiazepine juga dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan. Contoh obat benzodiazepine antara lain:
Diazepam
Bentuk obat: Tablet, kaplet, sirop, suntik, enema
Merek dagang: Analsik, Diazepam, Metaneuron, Neurodial, Nozepav, Opineuron, Proneuron, Stesolid, Valdimex, Valisanbe, Valium
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat diazepam.
Clonazepam
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Clonazepam, Riklona 2
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat clonazepam.
Lorazepam
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Ativan, Lorazepam, Loxipaz, Merlopam, Renaquil
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat lorazepam.
Clobazam
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Anxibloc, Asabium, Clobazam, Clofritis, Frisium, Proclozam
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat clobazam.
3. Dibenzazepine
Dibenzapine bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas GABA dan menghambat aliran impuls listrik di dalam sel saraf. Dengan begitu, aktivitas listrik berlebihan di otak yang menyebabkan kejang dapat menurun. Contoh obat dibenzazepine adalah:
Carbamazepine
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Bamgetol, Carbamazepine, Tegretol CR, Tegretol
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat carbamazepine.
Oxcarbazepine
Bentuk obat: Tablet, kaplet, suspensi
Merek dagang: Barzepin, Prolepsi, Trileptal
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat oxcarbazepine.
Rufinamide
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Inovelon
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat rufinamide.
4. Hydantoin
Hydantoin menghentikan kejang dengan cara menghambat rangsangan berulang pada sel saraf yang menyebabkan kejang. Contoh obat hydantoin adalah:
Phenytoin
Bentuk obat: Kapsul, suntik
Merek dagang: Decatona, Dextoin, Dilantin, Ikaphen, Kutoin, Phenytoin Sodium, Sanbetoin
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat phenytoin.
5. Penghambat karbonik anhidrase
Obat ini mencegah kejang dengan menghambat enzim karbonik anhidrase, yaitu enzim yang memengaruhi kadar air dan elektrolit di dalam tubuh. Contoh obat penghambat karbonik anhidrase adalah:
Acetazolamide
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Cendo Glaucon, Glauseta
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat acetazolamide.
Topiramate
Bentuk obat: Tablet, kapsul
Merek dagang: Epilep, Migratop, Topamax
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat topiramate.
Zonisamide
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Zonegran
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat zonisamide.
6. Turunan asam lemak
Obat ini mengatasi kejang dengan cara menghambat enzim penghancur asam gamma-aminobutirat (GABA) sehingga kadar GABA di otak meningkat. Selain itu, obat ini juga dapat menurunkan aktivitas listrik otak dengan menghambat elektrolit yang berperan dalam penghantaran impuls listrik. Contoh obat turunan asam lemak adalah:
Asam valproate
Bentuk obat: Sirop
Merek dagang: Berval, Epilepsan, Ikalep, Phalsy, Sodium Valproate, Valepsi, Valeptik, Valkene, Valproic Acid
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat asam valproat.
Divalproex
Bentuk obat: Tablet, kaplet
Merek dagang: Depakote, Divalpi EC, Divalproex Sodium, Epilepsan, Falpro, Forlepsi ER, Ikalep, Velpraz
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat divalproex.
7. Analog asam gamma-aminobutirat
Obat ini bekerja dengan meningkatkan respons sel-sel saraf dalam otak terhadap GABA dan meningkatkan produksi GABA sehingga aktivitas listrik yang berlebihan dapat ditekan. Contoh obat analog asam gamma-aminobutirat adalah:
Gabapentin
Bentuk obat: Kapsul
Merek dagang: Alpentin, Epiven, Gabapentin, Gabesci, Ganin, Neurontin, Neurosantin, Simtin, Sipentin, Tineruron
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat gabapentin.
Pregabalin
Bentuk obat: Kapsul
Merek dagang: Gabatrop, Gamalix, Lyrigad, Nulyn, Opibalin, Pregabalin, Pregamep, Prelin, Progalin, Provelyn
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat pregabalin.
8. Pyrrolidine
Pyrrolidine bekerja mengatasi epilepsi dengan cara memperlambat aliran listrik antar saraf saraf. Biasanya, obat dalam golongan ini digunakan sebagai terapi tambahan. Contoh obat pyrrolidine adalah:
Levetiracetam
Bentuk obat: Tablet, kaplet
Merek dagang: Antilep, Epilev XR, Kepra, Lepsy, Lethira, Levetiracetam, Levexa
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat levetiracetam.
9. Triazine
Triazine bekerja dengan menghambat pelepasan neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas otak, seperti glutamat dan aspartat. Contoh obat ini adalah:
Lamotrigine
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Lamictal, Lamiros
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat lamotrigine.
10. Antagonis reseptor AMPA
Dalam mengatasi kejang, antagonis reseptor AMPA menghambat aktivitas glutamat yang bisa merangsang aktivitas listrik yang berlebihan di otak. Contoh obat antagonis reseptor AMPA adalah:
Perampanel
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Fycompa
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat perampanel.
11. Obat antikonvulsan lain
Selain jenis-jenis obat di atas, ada juga obat golongan antikonvulsan jenis lain, yaitu:
Magnesium sulfat
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Otsu MgSO4
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat magnesium sulfat.