Abses peritonsil adalah kantong berisi nanah yang terbentuk pada pangkal tenggorokan, tepatnya di dekat amandel. Penyebab tersering abses peritonsil adalah komplikasi dari radang amandel.
Abses peritonsil bisa menyebabkan nyeri hebat dan pembengkakan pada amandel sehingga penderitanya sulit makan dan minum. Akibatnya, penderita abses peritonsil berisiko mengalami dehidrasi.
Jika tidak tertangani dengan baik, infeksi pada abses peritonsil juga dapat menyebar ke kepala dan leher. Selain itu, ukuran abses yang kian membesar bisa menyumbat saluran pernapasan dan berakibat fatal.
Penyebab Abses Peritonsil
Seperti yang telah disebutkan di atas, abses peritonsil paling sering terjadi karena komplikasi dari radang amandel (tonsilitis). Kondisi ini terjadi akibat infeksi bakteri Streptococcus group A yang menyebar ke jaringan di sekitar amandel dan menyebabkan terbentuknya kantong berisi nanah.
Bakteri lain yang dapat menyebabkan abses peritonsil adalah Staphylococcus, Pneumococcus, Actinomyces, Neisseria, dan Haemophilus.
Pada kasus yang jarang terjadi, abses peritonsil juga bisa disebabkan oleh komplikasi dari infeksi mononukleosis.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena abses peritonsil, yaitu:
- Penyakit gusi, seperti periodontitis dan gingivitis
- Batu amandel
- Kebiasaan merokok
- Kanker darah, misalnya leukemia limfositik kronis, yang menyebabkan kekebalan tubuh melemah
Gejala Abses Peritonsil
Gejala utama abses peritonsil adalah sakit tenggorokan. Selain itu, penderita abses peritonsil juga dapat mengalami gejala berikut:
- Demam dan menggigil
- Sulit membuka mulut (trismus) dan sulit menelan
- Pembengkakan pada salah satu area pangkal tenggorokan di sekitar amandel atau di dekat langit-langit mulut
- Nyeri telinga pada satu sisi yang sama dengan munculnya abses
- Leher kaku (torticollis)
- Suara parau
- Sakit kepala
- Keluar air liur atau ngeces
- Pembengkakan kelenjar getah bening pada sisi yang sama dengan lokasi terbentuknya abses
Kapan harus ke dokter
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika muncul gejala-gejala di atas. Pemeriksaan dan penanganan segera di IGD juga perlu dilakukan bila gejala abses peritonsil disertai kondisi berikut:
- Lemas
- Kesulitan bernapas
- Tidak bisa makan atau minum
- Air liur yang keluar sangat banyak
Diagnosis Abses Peritonsil
Untuk mendiagnosis abses peritonsil, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk melihat tenggorokan dengan bantuan senter dan alat penekan lidah (tongue depressor).
Umumnya, dokter dapat langsung mendiagnosis abses peritonsil dengan melihat kondisi tenggorokan dan amandel pasien. Namun, untuk memastikannya, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang, yang meliputi:
- Tes darah, untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi
- Endoskopi mulut, untuk melihat kondisi rongga mulut dan area sekitarnya menggunakan alat berupa selang berkamera
- CT scan kepala atau leher, untuk mendapatkan gambaran lokasi abses yang lebih jelas dan memastikan tidak ada gangguan saluran pernapasan
Pengobatan Abses Peritonsil
Pasien dengan abses peritonsil perlu menjalani perawatan di rumah sakit, karena obat antinyeri dan antibiotik yang digunakan sering kali diberikan melalui infus. Hal ini karena kebanyakan pasien abses peritonsil tidak bisa minum obat akibat trismus atau sulit membuka mulut.
Jika pasien lemas karena sulit makan dan minum, dokter akan terlebih dahulu memberikan infus cairan untuk mencegah dehidrasi.
Jika abses peritonsil menyebabkan sumbatan pada saluran pernapasan, dokter dapat membuat lubang di tenggorokan (trakeostomi) untuk pemberian oksigen.
Apabila kondisi pasien telah stabil, dokter dapat melakukan beberapa penanganan, seperti:
1. Pembedahan abses
Tindakan ini dilakukan untuk menyedot cairan dan nanah di dalam abses dengan menggunakan jarum suntik atau membuat sayatan kecil. Sebelum memulai operasi kecil, dokter akan memberikan obat bius lokal agar pasien tidak merasakan sakit selama menjalani prosedur ini.
Nanah yang disedot dari abses dapat diambil dokter untuk dikirim ke laboratorium. Selanjutnya, akan dilakukan tes kultur untuk menentukan obat antibiotik yang tepat.
2. Operasi pengangkatan amandel
Operasi angkat amandel atau tonsilektomi dapat dilakukan jika operasi kecil tidak efektif menangani abses peritonsil. Selain itu, tindakan bedah ini juga dianjurkan kepada pasien yang mengalami tonsilitis berulang atau pernah mengalami abses peritonsil yang kambuh.
3. Obat antinyeri dan antibiotik
Obat antinyeri diberikan untuk meredakan nyeri, baik sebelum maupun setelah operasi. Dokter juga akan memberikan obat antibiotik, seperti cephalexin, cefuroxime, clindamycin, atau amoxicillin, untuk membunuh kuman penyebab abses peritonsil.
Komplikasi Abses Peritonsil
Jika tidak segera ditangani, abses peritonsil dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
- Penyumbatan saluran pernapasan
- Dehidrasi karena sulit makan dan minum
- Selulitis pada leher, rahang, atau dada
- Pneumonia
- Sepsis
Jika abses peritonsil disebabkan oleh bakteri Streptococcus group A, komplikasi yang dapat terjadi adalah:
- Penyakit jantung rematik
- Demam rematik
- Radang ginjal (glomerulonefritis)
Pencegahan Abses Peritonsil
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena abses peritonsil, antara lain:
- Menjaga kesehatan mulut dengan rutin menyikat gigi dan berkumur
- Tidak merokok
- Menjalani pengobatan dan mengonsumsi obat antibiotik sampai habis sesuai anjuran dokter, jika terkena radang amandel
- Rajin mencuci tangan dan tidak menyentuh area hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci, agar tidak mudah terserang infeksi tenggorokan