Aerophobia adalah ketakutan berlebih untuk bepergian dengan pesawat terbang. Penderita aerophobia dapat mengalami mual, gemetar, hingga serangan panik saat naik pesawat terbang atau bahkan sebelum pesawat lepas landas.
Penderita aerophobia dapat merasa takut terhadap beragam hal yang terjadi dalam penerbangan, seperti proses lepas landas, mendarat, atau ketika terjadi turbulensi. Rasa takut yang muncul saat di dalam pesawat juga bisa berasal dari fobia lain, misalnya fobia terhadap ketinggian atau ruang sempit.
Bagi orang yang jarang bepergian dengan pesawat, aerophobia mungkin tidak berdampak besar dalam hidupnya. Namun, pada titik tertentu, kondisi ini dapat menimbulkan gangguan yang dapat mengganggu kehidupan sosial atau produktivitasnya.
Penyebab Aerophobia
Penyebab aerophobia bisa berbeda-beda antara satu penderita dengan penderita yang lain. Hal ini tergantung pada kesehatan fisik, psikis, dan faktor sosial. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan aerophobia adalah:
- Mengalami kejadian traumatis saat penerbangan
- Membaca berita tentang kecelakaan pesawat
- Memiliki keluarga yang juga mengalami aerophobia
- Memiliki ingatan akan kejadian buruk yang melibatkan penerbangan, misalnya pernah naik pesawat untuk mengunjungi pemakaman orang terdekat
- Merasa takut bertemu penumpang lain di pesawat karena fobia sosial
- Memiliki fobia terhadap ketinggian (acrophobia)
- Menderita fobia ruang sempit (claustrophobia)
- Memiliki rasa takut berlebih terhadap kuman (mysophobia)
Sementara itu, munculnya rasa takut dan cemas saat penerbangan dapat dipicu oleh beberapa hal berikut:
- Getaran saat lepas landas, mendarat, dan turbulensi
- Cuaca buruk
- Kaget karena mendengar orang bersin atau batuk di pesawat
- Penundaan jadwal penerbangan
Pada kasus yang parah, rasa takut dan cemas berlebihan bisa muncul sebelum naik pesawat, misalnya ketika menerima informasi bahwa penderita harus naik pesawat untuk menghadiri acara tertentu.
Gejala Aerophobia
Penderita aerophobia akan melakukan upaya untuk menghindari segala hal yang terkait dengan penerbangan, seperti:
- Menghindari pekerjaan atau acara yang mengharuskannya naik pesawat
- Memaksa rekan atau keluarganya untuk menggunakan moda transportasi lain
- Tidak membaca berita atau menonton film yang membahas perjalanan udara
- Terobsesi mempelajari prosedur keamanan perjalanan udara
Saat di dalam pesawat, penderita aerophobia dapat mengalami serangan panik. Beberapa gejala serangan panik yang dapat timbul adalah:
- Gemetar
- Sesak nafas
- Merasa tercekik
- Keringat dingin
- Mual
- Jantung berdebar cepat
- Tidak bisa berpikir jernih
Kapan harus ke dokter
Jika Anda mengalami gejala seperti yang telah disebutkan di atas, sebaiknya konsultasikan ke dokter. Penanganan yang tepat diperlukan untuk mencegah kondisi aerophobia yang lebih parah, seperti terganggunya pekerjaan atau kehidupan sosial akibat menghindari bepergian dengan pesawat terbang.
Diagnosis Aerophobia
Dokter mungkin akan mendiagnosis pasien menderita aerophobia jika:
- Rasa takut berlebihan karena memikirkan bepergian dengan pesawat terbang sudah berlangsung selama 6 bulan atau lebih
- Kecenderungan melakukan segala upaya untuk tidak bepergian menggunakan pesawat terbang
- Rasa takut yang dialami menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, kehidupan sosial, atau pekerjaan
Pengobatan Aerophobia
Pengobatan aerophobia dapat dilakukan melalui beberapa metode di bawah ini:
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif dapat membantu pasien mengenali, serta mengubah pola pikir dan perilakunya terkait perjalanan udara. Pada terapi ini, dokter akan meminta pasien untuk menceritakan rasa takutnya tentang perjalanan udara.
Selanjutnya, dokter akan membantu pasien untuk mengubah pemikiran pasien dengan memberikan pemahaman bahwa rasa takutnya tidak rasional.
2. Terapi paparan
Terapi paparan (exposure therapy) bertujuan untuk membantu pasien terbiasa ketika menghadapi hal-hal terkait perjalanan udara. Misalnya, penderita aerophobia akan diberikan gambar atau video suasana saat naik pesawat atau diajak menggunakan virtual reality di dalam pesawat.
3. Teknik relaksasi
Dokter juga akan mengajarkan penderita aerophobia teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan atau serangan panik yang mungkin terjadi. Salah satunya adalah dengan latihan pernapasan atau dengan menutup mata dan memfokuskan pikiran kepada hal-hal yang menenangkan, seperti musik.
4. Obat-obatan
Pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi cemas yang muncul sebelum maupun pada saat pasien bepergian menggunakan pesawat terbang. Dokter dapat meresepkan obat golongan benzodiazepine, seperti alprazolam, diazepam, dan lorazepam.
Komplikasi Aerophobia
Aerophobia dapat mengganggu kehidupan sosial hingga karir penderitanya jika tidak ditangani. Penderita aerophobia dapat menarik diri dari lingkungan sosialnya karena menyadari bahwa ketakutannya bisa menyulitkan orang lain. Hal ini membuatnya lebih rentan mengalami gangguan mental lain, seperti depresi atau gangguan panik.
Pencegahan Aerophobia
Aerophobia merupakan bagian dari gangguan kecemasan. Oleh sebab itu, penderita aerophobia dapat mengurangi kecemasan dengan cara:
- Menghindari hal-hal yang dapat memperparah rasa cemas, seperti mengonsumsi minuman berkafein atau beralkohol
- Tidak membiarkan stres menumpuk
- Menceritakan ketakutan dan kecemasan yang dialami kepada orang-orang terdekat
- Berkonsultasi dan kontrol rutin ke dokter atau psikolog
- Menjalani gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang baik, dan berolahraga secara rutin
Guna menghindari timbulnya pikiran negatif dan mengurangi rasa takut saat bepergian menggunakan pesawat, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut:
- Membaca buku
- Mendengarkan musik
- Menonton film yang menenangkan
- Melakukan teknik relaksasi begitu duduk di bangku pesawat