Akathisia adalah suatu gangguan pergerakan tubuh yang membuat penderitanya tidak bisa diam dan terus melakukan gerakan tanpa henti. Kondisi ini perlu ditangani karena dapat sangat mengganggu aktivitas penderitanya. Mari kenali penyebab akathisia dan cara penanganannya.
Akathisia berasal dari kata Yunani ‘akathemi’ yang berarti ‘tidak pernah duduk’. Akathisia umumnya terjadi akibat efek samping dari obat antipsikotik yang digunakan untuk mengobati gangguan kesehatan mental, seperti gangguan bipolar, skizofrenia, dan depresi berat.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, akathisia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu akathisia akut yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan, akathisia kronis yang berlangsung lebih dari 6 bulan, serta akathisia tardif yang gejalanya baru muncul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah mengonsumsi obat antipsikotik.
Ragam Gejala Akathisia
Orang dengan akathisia biasanya selalu merasa gelisah, tegang, dan mengalami dorongan tidak terkendali untuk terus bergerak. Beberapa gerakan yang biasanya muncul akibat akathisia ini meliputi:
- Berjalan mondar-mandir
- Mengayun-ayunkan tangan dan seluruh tubuh, baik sambil berdiri atau duduk
- Memindahkan beban badan dari satu kaki ke kaki lainnya ketika berdiri
- Menyeret kaki sambil berjalan
- Mengangkat lutut seperti sedang baris-berbaris
- Mengulurkan kaki atau mengayunkan kaki sambil duduk
Waspadai Penggunaan Obat-obatan Penyebab Akathisia
Meski tidak semua pengguna obat antipsikotik akan mengalami akathisia, hampir 50% orang yang mengonsumsi obat tersebut akan mengalami efek samping ini, terutama dalam beberapa minggu pertama setelah memulai pengobatan.
Selain obat antipsikotik, akathisia juga bisa disebabkan oleh beberapa jenis obat lain. Namun, sebagian besar akathisia disebabkan oleh obat antipsikotik. Beberapa jenis obat-obatan yang juga dapat menyebabkan efek samping akathisia adalah:
- Obat antipsikotik, seperti chlorpromazine, haloperidol, dan clozapine
- Obat penurun tekanan darah golongan antagonis kalsium
- Obat antidepresan, seperti antidepresan trisiklik dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI)
- Obat pereda mual dan muntah, seperti prochloperazine
Hingga kini, belum bisa dipastikan mengapa efek samping ini bisa terjadi. Beberapa ahli berasumsi bahwa efek samping ini terjadi karena obat antipsikotik memblokir reseptor otak yang sensitif terhadap dopamine, yakni zat kimia otak yang berfungsi sebagai pengantar pesan untuk membantu mengendalikan gerakan.
Risiko mengalami akathisia akan meningkat jika seseorang menggunakan obat antipsikotik generasi lama, seperti haloperidol dan chlorpromazine, dengan dosis yang tinggi. Kondisi ini umumnya dialami oleh orang dewasa dan lansia.
Selain itu, ada juga beberapa kondisi medis yang dianggap dapat meningkatkan risiko terjadinya akathisia, seperti penyakit Parkinson, ensefalitis (radang otak), dan cedera otak.
Penanganan Medis Akathisia
Orang yang mengalami akathisia perlu mendapatkan pertolongan medis segera saat mulai menunjukkan gejala. Dalam kebanyakan kasus, dokter mungkin akan menurunkan dosis obat yang diduga menyebabkan akathisia atau mengganti obat tersebut dengan jenis obat lain.
Sejauh ini, belum ada pengobatan untuk menyembuhkan akathisia. Namun, ada beberapa obat yang dinilai dapat meringankan gejala akathisia, antara lain:
- Obat penenang golongan benzodiazepine, misalnya lorazepam
- Obat penghambat beta, seperti propranolol
- Obat penghambat adrenergik, seperti clonidine
- Obat antikolinergik, seperti trihexyphenidyl
- Obat antihistamin, seperti promethazine
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vitamin B6 juga dapat meredakan gejala akathisia. Kendati demikian, tidak semua kasus akathisia bisa diatasi dengan obat-obatan tersebut.
Meski terkesan ringan dan tidak mengancam nyawa, akathisia tetap tidak boleh disepelekan. Jika terlambat atau tidak diobati, akathisia berisiko menimbulkan stres, gangguan perilaku, psikosis berat, bahkan muncul keinginan untuk bunuh diri atau melakukan tindak kekerasan.
Oleh sebab itu, apabila muncul gejala akathisia setelah menggunakan obat-obatan tertentu, segeralah konsultasikan ke dokter untuk mendapat penanganan.