Alergi bulu kucing merupakan reaksi alergi yang muncul saat tubuh bersentuhan dengan bulu kucing. Gejala yang ditimbulkan bisa ringan, bahkan berat sampai mengancam nyawa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara mengatasi gejala alergi yang muncul.
Pada sebagian orang, bulu kucing dapat menimbulkan reaksi alergi ketika terhirup atau bahkan menyentuh kulitnya. Saat terpapar bulu kucing, tubuh akan mengenali zat tersebut sebagai sesuatu yang berbahaya sehingga tubuh bereaksi dengan melepaskan histamin yang menimbulkan gejala alergi.
Berbagai Gejala Alergi Bulu Kucing
Gejala alergi bulu kucing umumnya sama seperti gejala alergi pada umumnya. Gejala yang timbul bisa ringan hingga berat, tergantung reaksi tubuh terhadap zat pada bulu kucing. Gejala ini dapat timbul dalam hitungan menit hingga jam setelah bersentuhan dengan bulu kucing.
Beberapa gejala ringan yang dapat muncul saat seseorang terkena alergi bulu kucing meliputi:
- Bersin-bersin
- Hidung gatal, berair, atau tersumbat
- Kulit kemerahan dan gatal
- Mata merah
- Batuk
- Bentol-bentol
- Kemerahan di kulit
- Kulit gatal
Sedangkan pada gejala yang berat, penderita alergi bulu kucing dapat mengalami gejala, seperti:
- Batuk yang makin memburuk
- Sulit bernapas
- Mengi atau napas berbunyi “ngik”
- Wajah tampak pucat
- Bibir dan kuku membiru
Gejala berat dari alergi bulu kucing umumnya dialami pada penderita alergi yang juga memiliki asma. Jadi, gejala alergi yang timbul dapat muncul bersamaan dengan serangan asma.
Cara Mengatasi Alergi Bulu Kucing
Sebenarnya cara terbaik untuk mengatasi alergi bulu kucing adalah tidak memelihara kucing atau menyentuhnya. Akan tetapi, bila alergi sudah muncul, dokter akan meresepkan obat, seperti:
- Antihistamin, seperti cetirizine, untuk menghambat efek histamin yang menimbulkan gejala alergi
- Dekongestan, seperti phenylprophanolamine, untuk meredakan hidung tersumbat
- Kortikosteroid, biasanya berbentuk tetes hidung, untuk mengatasi peradangan di saluran napas akibat alergi
Saat gejala alergi bulu kucing sering kambuh dan tidak bisa sembuh dengan obat-obatan di atas, dokter akan memberikan obat inhibitor leukotrien dalam bentuk pil atau tablet kunyah guna meredakan gejala alergi.
Untuk terapi jangka panjang, dokter akan menyarankan penderita alergi kucing untuk menjalani imunoterapi dengan menyuntikkan alergen dalam dosis kecil. Imunoterapi dilakukan agar tubuh terbiasa dengan zat alergen dan tidak terlalu menimbulkan reaksi parah saat terpapar zat tersebut.
Saat gejala alergi bulu kucing tergolong ringan, penderita dapat mengonsumsi obat antihistamin yang dijual bebas di apotek sebagai penanganan awal.
Namun, bila gejala alergi bulu kucing tidak kunjung membaik atau bahkan muncul gejala berat, pemeriksaan dan penanganan langsung dari dokter IGD atau rumah sakit terdekat perlu dilakukan. Dengan begitu, penderitanya terhindar dari kondisi yang bisa mengancam nyawa.