Hingga sekarang, masih ada saja yang melakukan fat shaming terhadap orang yang memiliki berat badan di atas rata-rata. Padahal, perlakuan tidak sopan ini bisa menimbulkan beragam dampak buruk bagi korbannya, mulai dari menurunkan self-esteem korban hingga memicu munculnya gangguan mental.
Fat shaming adalah perilaku menjelek-jelekan, mengkritik, atau mengomentari bentuk tubuh dan kebiasaan makan orang yang memiliki berat badan di atas rata-rata.
Beberapa contoh ungkapan yang bernada fat shaming adalah, ”Kok kamu sekarang gendut banget, sih? Enggak pernah olahraga, ya?”, atau ”Ih, makanmu banyak banget, nanti makin gendut, lho!”
Melakukan fat shaming seperti di atas kerap dibenarkan karena dianggap dapat memotivasi orang yang memiliki kelebihan berat badan untuk bisa menurunkan berat badannya. Padahal, alih-alih memotivasi, fat shaming justru bisa membawa beragam dampak buruk bagi korbannya.
Dampak Fat Shaming bagi Korbannya
Stigma, penghinaan, dan perlakuan tidak menyenangkan dalam bentuk fat shaming bisa menimbulkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan mental maupun fisik orang yang mengalami perlakuan ini.
Berikut ini adalah beberapa dampak buruk yang bisa dialami oleh korban fat shaming:
1. Lebih sulit mengontrol berat badan
Fat shaming bisa menyebabkan stres pada korbannya. Bukannya termotivasi untuk memperbaiki pola makannya, stres yang dialami korban fat shaming justru bisa mendorong mereka untuk makan lebih banyak, sehingga mereka pun semakin sulit untuk mengontrol berat badannya dan mencapai berat badan yang ideal.
Kondisi ini disebut dengan stress eating. Kebiasaan ini lama kelamaan juga berisiko membuat mereka mengalami gangguan makan yang disebut binge eating disorder.
Selain itu, obesitas yang tidak terkontrol juga bisa berbahaya bagi kesehatan korban secara menyeluruh dan meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, sindrom metabolik, stroke, penyakit jantung, dan kanker.
2. Berkurangnya self-esteem
Berbagai komentar negatif yang diterima korban fat shaming, baik secara langsung maupun via media sosial (cyber bullying), juga dapat menyebabkan mereka mengalami penurunan self-esteem atau memandang dirinya rendah. Ini bisa terjadi karena mereka merasa tidak diterima di lingkungan sekitarnya.
Ketika mendapatkan perlakuan fat shaming, korban perlakuan ini bisa menjadi kurang percaya diri, merasa malu terhadap jati dirinya, atau bahkan membenci dirinya sendiri.
3. Lebih berisiko terkena gangguan mental
Stres dan tekanan mental akibat fat shaming bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan mental korbannya. Berbagai riset menyebutkan bahwa orang yang sering mengalami perlakuan fat shaming berisiko tinggi mengalami gangguan mental, seperti depresi, gangguan cemas, atau bahkan percobaan bunuh diri.
Selain itu, para korban fat shaming juga lebih rentan untuk mengalami gangguan penerimaan bentuk tubuh atau body image distortion.
4. Lebih berisiko mengalami gangguan makan
Sebagian orang yang mengalami fat shaming memang bisa melampiaskan amarah atau emosi negatifnya dengan makan berlebihan, tapi ada juga yang justru menjadi terlalu terobsesi untuk kurus dan melakukan segala cara untuk mencapainya.
Pada akhirnya, hal ini bisa membuat mereka rentan mengalami gangguan makan, seperti bulimia. Jika tidak ditangani dengan baik, bulimia bisa memicu terjadinya masalah kesehatan lain yang lebih serius, seperti penyakit lambung serta malnutrisi.
Bentuk tubuh gemuk memang kerap dianggap tidak identik dengan beauty standards yang kini dipahami banyak orang. Namun, hal ini bukan berarti penderita obesitas pantas mendapatkan perlakuan yang tidak sopan karena bentuk tubuhnya.
Daripada memperlakukan orang yang obesitas dengan fat shaming, berilah mereka motivasi dengan cara yang lebih positif agar bisa memiliki berat badan ideal, misalnya mengajak mereka berolahraga, menyarankan untuk mencoba diet, dan yang terpenting, cobalah untuk memberi empati dan menerima mereka apa adanya.
Mengingat ada banyaknya dampak buruk fat shaming yang bisa terjadi pada korbannya, mulai sekarang cobalah untuk berhenti melakukan fat shaming kepada orang yang memiliki tubuh tambun, baik itu teman, keluarga, atau rekan kerjamu, ya.
Jika kamu atau orang di sekitarmu kerap menerima fat shaming dan merasa mengalami gangguan psikologis, seperti depresi, gangguan cemas, gangguan makan, atau membenci diri sendiri, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau dokter.