Terdiagnosis radang usus buntu saat hamil dan perlu ditangani dengan operasi tentu dapat menimbulkan rasa khawatir. Hal ini mungkin membuat Bumil bertanya-tanya, apakah aman jika menjalani operasi usus buntu saat hamil? Untuk mengetahui jawabannya, yuk simak artikel ini, Bumil!
Gejala radang usus buntu saat hamil sering kali mirip dengan keluhan kehamilan, seperti tidak nafsu makan, mual, muntah, sulit atau sakit saat buang air kecil, serta kram perut. Namun, biasanya, salah satu gejala yang akan menonjol saat Bumil mengalami radang usus buntu adalah sakit perut kanan yang terasa berat.
Radang usus buntu yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua akan lebih mudah terdiagnosis dengan bantuan USG. Sementara itu, pada kehamilan trimester ketiga, diagnosisnya perlu dibantu dengan CT scan dan MRI.
Radang usus buntu saat hamil merupakan kondisi yang tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena bisa berbahaya bagi Bumil dan janin.
Keamanan Operasi Usus Buntu untuk Ibu Hamil
Bila Bumil terdiagnosis radang usus buntu dan perlu menjalani operasi, tak perlu risau, ya. Operasi usus buntu termasuk operasi yang dapat dilakukan selama hamil, kok.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, radang usus buntu harus segera mendapatkan penanganan. Jika ditunda atau penanganan yang dilakukan tidak tepat, hal ini bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi yang dapat membahayakan Bumil dan janin.
Komplikasi ini meliputi pecahnya usus buntu dan infeksi menyebar hingga ke seluruh rongga perut, keguguran, persalinan prematur, hingga bayi meninggal di dalam kandungan.
Kalau Bumil sedang mengandung pada trimester pertama atau kedua, Bumil akan disarankan menjalani operasi usus buntu dengan laparoskopi. Metode ini tergolong minim rasa sakit dan bekas luka sehingga Bumil bisa lebih cepat pulih dan kembali beraktivitas seperti sedia kala.
Akan tetapi, operasi dengan laparoskopi tidak memungkinkan untuk dilakukan jika usia kandungan Bumil berada di trimester ketiga. Pasalnya, ukuran rahim yang besar akan menyulitkan kelancaran prosedur. Jadi, Bumil akan disarankan untuk menjalani operasi apendektomi terbuka untuk pengangkatan usus buntu.
Sebelum menjalani operasi, dokter tentunya akan melakukan pemeriksaan dan mempertimbangkan manfaat beserta risiko dari tindakan ini. Setelah dinyatakan aman, barulah operasi pengangkatan usus buntu bisa dilakukan.
Perlu Bumil ketahui, meski tergolong aman, operasi usus buntu saat hamil tetap memiliki risiko komplikasi. Komplikasi ini bisa berupa perdarahan, infeksi pada luka, usus tersumbat, cedera pada organ terdekat, hingga persalinan prematur.
Pemulihan setelah Operasi Usus Buntu pada Ibu Hamil
Pemulihan setelah operasi usus buntu pada ibu hamil cenderung memerlukan waktu yang lebih lama. Bumil perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa waktu. Lamanya perawatan tergantung pada kondisi Bumil dan janin.
Setelah pulang dari rumah sakit, Bumil masih perlu melakukan perawatan mandiri di rumah untuk mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi. Perawatan tersebut meliputi:
- Perbanyak istirahat di rumah. Tidak disarankan untuk bekerja atau beraktivitas berat kurang lebih selama satu minggu.
- Hindari mengangkat benda berat.
- Lakukan gerakan-gerakan ringan, misalnya bangun dan turun dari tempat tidur.
- Konsumsi makanan bergizi, terutama yang dapat membantu mempercepat pemulihan pascaoperasi.
- Minum obat sesuai anjuran dokter.
- Lakukan pemeriksaan ke dokter sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Operasi usus buntu saat hamil umumnya memang aman. Namun, bila setelah menjalani operasi Bumil mengalami demam, infeksi pada luka sayatan, muntah, tidak bisa makan dan minum, diare, atau tanda-tanda persalinan prematur, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan.
Bila mengalami keluhan seputar kehamilan, Bumil bisa berkonsultasi dengan dokter melalui Chat Bersama Dokter untuk mendapatkan jawaban yang cepat.