Amenorrhea adalah kondisi tidak terjadinya menstruasi atau haid. Kondisi ini bisa dibagi menjadi amenorrhea primer dan sekunder. Amenorrhea perlu ditangani, karena bisa menjadi tanda dari penyakit yang serius, seperti tumor kelenjar pituitari.
Normalnya, sebelum memasuki masa pubertas, saat hamil, menyusui, atau ketika memasuki fase menopause, wanita tidak akan mengalami menstruasi. Selain itu, wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal, seperti KB suntik dan susuk (implan), umumnya juga tidak mengalami haid.
Jika wanita tidak kunjung mengalami menstruasi pertama (menarche) atau tidak mengalami haid kembali di luar kondisi dan fase tersebut, diperlukan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan penyebab dan faktor pemicunya.
Penyebab Amenorrhea
Amenorrhea dapat disebabkan oleh beragam kondisi, mulai dari gangguan organ reproduksi hingga gangguan hormonal. Berikut ini adalah uraian mengenai kondisi yang dapat menyebabkan amenorrhea:
Gangguan pada organ reproduksi
Beberapa gangguan atau kelainan pada organ reproduksi yang bisa menyebabkan tidak terjadinya menstruasi adalah:
- Tidak terbentuknya rahim, leher rahim (serviks), atau vagina
- Adanya jaringan parut di rahim akibat sindrom Asherman, komplikasi kuretase, atau komplikasi operasi caesar
- Adanya sumbatan (obstruksi) di saluran reproduksi
- Lubang vagina tertutup total oleh selaput dara sejak lahir (hymen imperforata)
Gangguan hormonal
Beberapa penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan hormonal dan memicu amenorrhea antara lain:
- Gangguan tiroid, termasuk hipertiroid atau hipotiroid
- Tumor kelenjar ptiutari
- Tumor ovarium
- Kelebihan hormon prolaktin
- PCOS (polycystic ovary syndrome)
- Olahraga dan aktivitas yang berlebihan
- Stres yang berkelanjutan dan tidak dikelola dengan baik
- Penggunaan obat atau preparat hormon, termasuk suntik KB atau antipsikotik
- Berat badan berlebih atau obesitas
- Berat badan yang terlalu rendah, termasuk akibat gangguan makan, seperti anorexia atau bulimia
- Malnutrisi
- Insufisiensi ovarium primer, yaitu indung telur yang berhenti bekerja sebelum usia 40 tahun
- Histerektomi total sehingga seluruh bagian rahim termasuk ovarium ikut diangkat
Selain gangguan hormonal dan gangguan organ reproduksi, riwayat amenorrhea pada keluarga juga dapat meningkatkan risiko seseorang menderita menorrhea.
Gejala Amenorrhea
Menstruasi atau haid adalah proses peluruhan dinding rahim akibat tidak dibuahinya sel telur. Kondisi yang umumnya terjadi setiap 21–35 hari sekali ini ditandai dengan keluarnya darah dari vagina yang berlangsung selama 1–7 hari.
Normalnya, menstruasi mulai terjadi pada rentang usia 11–14 tahun dan berhenti saat memasuki masa menopause. Akan tetapi, pada penderita amenorrhea, siklus menstruasi tidak terjadi pada rentang waktu tersebut.
Lalu, amenorea berbeda dengan oligomenorea. Oligomenorea adalah siklus haid yang tidak teratur, yaitu hanya sekitar 4−9 kali dalam setahun.
Amenorrhea bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
-
Amenorrhea primer
Jenis ini terjadi pada wanita usia 15 tahun yang tidak kunjung mengalami menstruasi walaupun sudah menunjukkan tanda-tanda pubertas. -
Amenorrhea sekunder
Jenis ini terjadi pada wanita usia subur yang sudah pernah haid sebelumnya dan tidak sedang hamil, tetapi tidak mengalami menstruasi selama tiga siklus berturut-turut atau lebih.
Selain tidak mengalami haid, amenorrhea juga dapat disertai dengan beberapa gejala lain, tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Jika disebabkan oleh gangguan hormonal, keluhan tambahan yang mungkin muncul adalah:
- Keluarnya ASI meski tidak sedang menyusui
- Perubahan suara menjadi lebih berat
- Tumbuhnya rambut yang berlebihan
- Timbulnya jerawat
- Rambut rontok
- Nyeri panggul
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda tidak haid selama tiga siklus berturut-turut atau tidak kunjung mengalami haid pertama pada usia 15 tahun ke atas, terlebih jika muncul keluhan lain seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Jika Anda sudah didiagnosis mengalami amenorrhea, lakukan kontrol ke dokter secara rutin. Selain untuk memantau hasil pengobatan, pemeriksaan rutin juga bertujuan untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi.
Diagnosis Amenorrhea
Untuk mendiagnosis amenorrhea, dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan yang dirasakan, ada tidaknya perubahan pola makan atau olahraga, penggunaan obat-obatan tertentu, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk di area panggul dan organ reproduksi. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang di bawah ini untuk memastikan diagnosis:
- Tes kehamilan, untuk memastikan apakah amenorrhea disebabkan oleh kehamilan atau tidak, terutama jika pasien dalam usia subur dan aktif secara seksual
- Tes darah yang meliputi pemeriksaan hormon prolaktin, tiroid, estrogen, FSH (follicle-stimulating hormone), DHEA-S (dehydroepiandrosterone sulfate), atau testosterone, untuk memastikan ada tidaknya gangguan hormonal yang bisa menyebabkan terjadinya amenorrhea
- Histeroskopi, untuk memeriksa kondisi bagian dalam rahim menggunakan selang tipis yang dilengkapi dengan kamera
- Pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI, untuk melihat ada tidaknya kelainan pada organ reproduksi dan tumor kelenjar pituitari
Pengobatan Amenorrhea
Pengobatan untuk amenorrhea akan ditentukan berdasarkan penyebab yang mendasarinya. Beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemberian obat dan terapi hormonal
Obat dan terapi hormonal diberikan untuk memicu siklus haid dan mengobati gangguan hormon. Jenis obat yang bisa diberikan untuk memicu siklus haid adalah pil KB, preparat, serta obat yang mengandung progestogen atau bromocriptine.
Sedangkan terapi penggantian hormon untuk mengatasi amenorrhea akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Beberapa jenis terapi hormon yang bisa diberikan adalah:
- Terapi pengganti hormon estrogen (ERT), untuk amenorrhea yang disebabkan oleh insufisiensi ovarium primer
- Terapi pengurangan hormon androgen, untuk amenorrhea yang disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik (PCOS)
2. Perubahan gaya hidup
Jika amenorrhea dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, dokter akan menyarankan pasien untuk menerapkan pola hidup sehat, dengan melakukan beberapa hal berikut ini:
- Menjaga berat badan ideal
- Mengelola stres
- Berolahraga secara rutin
- Mengonsumsi makanan yang bergizi
- Beristirahat yang cukup
3. Operasi
Pada kasus yang jarang terjadi, jika amenorrhea disebabkan oleh tumor atau adanya jaringan parut, dapat dilakukan operasi pengangkatan tumor atau jaringan parut tersebut.
Komplikasi Amenorrhea
Komplikasi amenorrhea tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Jika amenorrhea terjadi akibat tidak adanya ovulasi, penderita bisa saja mengalami kemandulan (infertilitas).
Sementara pada amenorrhea yang disebabkan oleh gangguan hormonal, misalnya kurangnya kadar estrogen, risiko terjadinya osteoporosis juga bisa meningkat.
Pencegahan Amenorrhea
Amenorrhea tidak selalu dapat dicegah, terutama yang disebabkan oleh gangguan organ reproduksi. Jika anak Anda tidak kunjung mengalami menstruasi di usia 15 tahun padahal sudah muncul tanda pubertas, lakukan pemeriksaan ke dokter agar penyebabnya bisa segera diketahui.
Sedangkan jika berkaitan dengan gaya hidup, upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya amenorrhea adalah:
- Menjaga berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang
- Mengelola stres dengan cara yang benar
- Berolahraga secara rutin, tetapi tidak berlebihan
- Beristirahat yang cukup
- Selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat atau suplemen apa pun
- Menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear secara rutin