Jika pada orang dewasa nyeri dada kerap dikaitkan dengan gangguan jantung, berbeda halnya jika anak sering mengeluh nyeri dada. Ada beragam kemungkinan penyebab dari kondisi satu ini, salah satunya bisa saja menunjukkan bahwa ia sedang cemas.
Nyeri dada bisa dialami oleh anak-anak dan orang dewasa. Nyeri dada bisa digambarkan dengan sensasi seperti tertekan, tertusuk, atau terbakar. Rasa sakit ini bisa terjadi di area dada mana saja, baik sebelah kanan, kiri, atau tengah. Nyeri dada bisa berlangsung dalam waktu yang singkat hingga berhari-hari.
Penyebab Nyeri Dada pada Anak
Nyeri dada merupakan keluhan yang cukup jarang terjadi pada anak-anak, yakni kurang dari 5% dari semua kejadian. Sebagian besar nyeri dada pada anak disebabkan oleh masalah otot dan tulang dada, gangguan pernapasan, pencernaan, dan psikologis.
Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebab nyeri dada pada anak yang perlu Bunda ketahui:
1. Kostokondritis
Kostokondritis adalah pembengkakan pada tulang rawan yang menghubungkan tulang dada dengan tulang rusuk. Ini merupakan salah satu penyebab nyeri dada yang umum terjadi pada anak.
Nyeri akibat kostokondritis bisa dirasakan di kedua sisi, tapi lebih cenderung di tulang dada sebelah kiri. Nyeri akan semakin terasa sakit ketika Si Kecil bergerak, batuk, bersin, tertawa, atau menarik napas panjang.
Jika tidak disertai kondisi kesehatan lain, nyeri dada akibat kondisi ini bisa hilang sendiri dalam 2–3 hari. Untuk membantu meredakan rasa nyeri, Bunda bisa memberikan Si Kecil obat penghilang nyeri yang dijual bebas di apotek, seperti paracetamol. Selain itu, Bunda juga bisa mengompres dada Si Kecil dengan menggunakan kain yang sudah direndam air hangat.
2. Asma
Asma merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas. Kondisi ini bisa membuat Si Kecil merasakan sesak dan nyeri di dada, kesulitan bernapas, batuk-batuk, serta mengi.
Untuk meredakan gejala asma, Bunda bisa memberikan Si Kecil obat hirup pereda serangan atau pengontrol gejala yang sesuai dengan resep dokter. Sementara itu, untuk mencegah kekambuhan atau menangkal serangan asma datang kembali, jauhkan Si Kecil dari menjahui faktor pemicunya.
3. GERD
Nyeri dada yang dialami Si Kecil mungkin saja disebabkan oleh naiknya makanan dan asam lambung ke kerongkongannya, Bun. Kondisi ini disebut GERD (gastroesophageal reflux disease) atau penyakit asam lambung.
Biasanya, nyeri dada akibat GERD akan bertambah parah saat Si Kecil membungkuk, berbaring, atau selesai makan. Supaya GERD tidak kambuh kembali, pastikan Si Kecil tidak makan dalam jumlah yang banyak secara sekaligus, tidak langsung berbaring atau tidur dalam waktu 2 jam setelah makan, dan meninggikan kepala saat tidur.
4. Kecemasan
Sama halnya dengan orang dewasa, anak-anak juga bisa merasa cemas. Ini normal kok, Bun. Rasa cemas bisa muncul saat anak-anak masuk ke lingkungan baru, menghadapi ujian, atau ketika berpisah dari orang tua mereka.
Rasa cemas dapat tiba-tiba menyebabkan nyeri dada tanpa alasan. Namun, nyeri dada juga bisa dipicu dari hiperventilasi. Hiperventilasi adalah kondisi ketika napas menjadi lebih cepat dan dalam. Kondisi ini bisa membuat Si Kecil nyeri dada, pusing, hingga sulit bernapas.
Bunda dapat membantu mengatasi rasa cemas Si Kecil dengan cara mendengarkan keluh kesahnya. Pastikan Si Kecil merasa dimengerti dan bantu ia menemukan solusi untuk menghadapi kecemasannya.
Penyebab anak nyeri dada ada bermacam-macam. Meskipun sebagian besar tidak berbahaya, Bunda tetap harus waspada terhadap penyebab lainnya, ya. Bila nyeri dada yang Si Kecil keluhkan berlangsung lama, disertai demam, sulit bernapas, pusing, bibir membiru, atau bahkan pingsan, sebaiknya Bunda segera membawanya ke dokter.