Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah dalam tubuh rendah dan tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini membuat tubuh tidak mendapat cukup oksigen sehingga kulit akan terlihat lebih pucat dan tubuh terasa mudah lelah.
Anemia merupakan gangguan darah atau kelainan hematologi yang terjadi ketika jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam tubuh berada di bawah batas normal. Kondisi ini bisa berlangsung dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dengan tingkat keparahan ringan hingga berat.
Kadar Hb normal setiap orang berbeda-beda, tergantung pada usia dan jenis kelaminnya. Berikut adalah kisaran nilai Hb normal:
- Laki-laki dewasa: 13 g/dL (gram per desiliter)
- Wanita dewasa: 12 g/dL
- Ibu hamil: 11 g/dL.
- Bayi: 11 g/dL
- Anak usia 1–6 tahun: 11,5 g/dL
- Anak dan remaja usia 6—18 tahun: 11–12 g/dL
Kadar hemoglobin di bawah 8 g/dL sudah tergolong berat. Kondisi ini disebut dengan anemia gravis.
Penyebab Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Akibatnya, kadar oksigen di dalam darah berkurang (hipoksemia) dan sel-sel dalam tubuh juga tidak mendapat cukup oksigen. Hal ini dapat mengganggu fungsi organ secara menyeluruh.
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
- Produksi sel darah merah yang kurang
- Kehilangan darah secara berlebihan
- Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat
Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan penyebabnya:
1. Anemia akibat kekurangan zat besi
Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin (Hb). Kondisi ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan, atau karena tubuh tidak mampu menyerap zat besi, misalnya akibat penyakit celiac.
2. Anemia pada masa kehamilan
Jika dibandingkan wanita dewasa yang tidak hamil, kadar hemoglobin ibu hamil biasanya akan sedikit lebih rendah. Namun, kondisi tersebut wajar terjadi karena kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil sehingga dibutuhkan lebih banyak zat pembentuk hemoglobin, yaitu zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
Bila asupan ketiga nutrisi tersebut kurang, maka dapat terjadi anemia yang bisa membahayakan ibu hamil maupun janin.
3. Anemia akibat perdarahan
Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara perlahan dalam waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa cedera, gangguan menstruasi, wasir, peradangan pada lambung, kanker usus, atau efek samping obat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Anemia karena perdarahan juga bisa jadi merupakan gejala cacingan akibat infeksi cacing tambang yang menghisap darah dari dinding usus..
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal. Kondisi ini diduga disebabkan oleh infeksi, penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat antibiotik dan obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua, atau didapat setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit autoimun, Bisa juga karena efek samping obat, seperti paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
6. Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah merah, terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid arthritis, dan HIV/AIDS.
7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada hemoglobin. Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak normal, yaitu seperti bulan sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit jika kedua orang tuanya sama-sama mengalami mutasi genetik tersebut.
Jika anak hanya diwarisi satu mutasi gen, yaitu hanya dari salah satu orang tua, penyakit anemia sel sabit tidak akan terjadi. Namun, anak ini akan menjadi pembawa (carrier) mutasi gen anemia sel sabit dan dapat mewariskan kelainan genetik ini kepada keturunannya.
8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin. Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau kedua orang tuanya memiliki kondisi yang sama.
Gejala Anemia
Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Berikut ini adalah sejumlah gejala yang dapat muncul pada penderita anemia :
- Lemas dan cepat lelah
- Sakit kepala dan pusing
- Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan
- Kulit terlihat pucat atau kekuningan
- Detak jantung tidak teratur
- Napas pendek
- Nyeri dada
- Dingin di tangan dan kaki
Gejala di atas awalnya sering tidak disadari oleh penderita, namun akan makin terasa seiring bertambah parahnya kondisi anemia.
Kapan harus ke dokter
Berkonsultasilah melalui Chat Bersama Dokter jika Anda mengalami gejala anemia yang telah disebutkan di atas. Dokter akan memberikan saran dan pengobatan untuk mencegah kondisi memburuk.
Bila Anda menderita anemia dan memerlukan pengobatan jangka panjang atau bahkan rutin menerima transfusi darah, pastikan untuk kontrol rutin ke dokter untuk memantau perkembangan kondisi Anda.
Konsultasikan dengan dokter jika mengalami kondisi yang dapat menimbulkan anemia, seperti penyakit ginjal, gangguan menstruasi, kanker usus, atau wasir.
Pada ibu hamil, menurunnya Hb merupakan hal yang normal. Untuk menjaga kesehatan ibu dan janin, periksakan kehamilan secara rutin ke dokter kandungan. Dokter kandungan akan memberikan suplemen untuk mencegah anemia saat kehamilan.
Pada penderita kelainan genetik yang dapat menyebabkan anemia, seperti thalasemia, atau memiliki keluarga yang menderita penyakit tersebut, disarankan untuk berdiskusi dengan dokter sebelum menikah dan merencanakan kehamilan.
Diagnosis Anemia
Untuk mendiagnosis anemia, dokter akan melakukan tanya jawab tentang gejala dan riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis, seperti:
- Tes darah lengkap, untuk mengetahui jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, dan hematokrit dalam darah
- Endoskopi, untuk melihat apakah terdapat perdarahan dalam lambung atau usus
- USG panggul, guna mengetahui penyebab gangguan menstruasi yang menimbulkan anemia
- Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, untuk mengetahui kadar, bentuk, serta tingkat kematangan sel darah, dengan cara mengambil sampel jaringan sumsum tulang menggunakan jarum khusus
- Pemeriksaan sampel cairan ketuban saat kehamilan, guna mengetahui kemungkinan janin menderita kelainan genetik yang menyebabkan anemia
Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia akan disesuaikan dengan jenis anemia yang dialami. Perlu diketahui bahwa pengobatan bagi satu jenis anemia bisa berbahaya bagi anemia jenis yang lain. Oleh karena itu, dokter tidak akan memulai pengobatan sebelum mengetahui penyebabnya dengan pasti.
Beberapa contoh pengobatan anemia atau obat kurang darah berdasarkan jenisnya adalah:
-
Anemia akibat kekurangan zat besi
Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan dan suplemen zat besi. Pada kasus yang parah, diperlukan transfusi darah. -
Anemia pada masa kehamilan
Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, asam folat, dan vitamin B12, yang dosisnya ditentukan oleh dokter. -
Anemia akibat perdarahan
Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila diperlukan, dokter juga akan memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah. -
Anemia aplastik
Pengobatannya adalah dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, atau transplantasi (cangkok) sumsum tulang bila sumsum tulang pasien tidak bisa lagi menghasilkan sel darah merah yang sehat. -
Anemia hemolitik
Anemia hemolitik dapat diatasi dengan menghentikan konsumsi obat yang memicu anemia hemolitik, mengobati infeksi, dan mengonsumsi obat-obatan imunosupresan. atau pengangkatan limpa. Pada kasus anemia hemolitik yang parah, dokter akan melakukan pengangkatan limpa. -
Anemia akibat penyakit kronis
Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Pada kondisi tertentu, diperlukan transfusi darah dan suntik hormon eritropoietin untuk meningkatkan produksi sel darah merah. -
Anemia sel sabit
Anemia sel sabit ditangani dengan pemberian suplemen zat besi dan asam folat, cangkok sumsum tulang, dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea. Dalam kondisi tertentu, dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik. -
Thalassemia
Penanganan thalassemia bisa dengan transfusi darah, pemberian suplemen asam folat, pengangkatan limpa, dan cangkok sumsum tulang.
Komplikasi Anemia
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan komplikasi serius, seperti:
- Kesulitan melakukan aktivitas akibat kelelahan
- Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia) dan gagal jantung
- Rentan terkena infeksi
- Gangguan pada paru-paru, seperti hipertensi pulmonal
- Komplikasi kehamilan, antara lain kelahiran prematur atau bayi terlahir dengan berat badan rendah
- Gangguan proses tumbuh kembang jika anemia terjadi pada anak-anak atau bayi
Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan anemia akibat kekurangan zat besi, dapat dicegah dengan pola makan yang kaya nutrisi, terutama:
- Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
- Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta makanan berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu
- Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi
Selain dengan makanan, anemia akibat kekurangan zat besi juga dapat dicegah dengan mengonsumsi suplemen zat besi secara rutin.
Untuk mengetahui apakah asupan nutrisi Anda sudah cukup, diskusikanlah dengan dokter spesialis gizi. Bila keluarga Anda menderita anemia akibat kelainan genetik, seperti anemia sel sabit atau thalasemia, konsultasikanlah dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan agar kondisi ini tidak terjadi pada anak.