Angioedema adalah pembengkakan di bawah kulit, terutama di bibir, kelopak mata, lidah, atau tenggorokan. Gejala angioedema bisa ringan, tetapi jika terjadi di tenggorokan dan tidak cepat ditangani, angioedema dapat menyebabkan penderitanya sulit bernapas.
Angioedema umumnya terjadi akibat reaksi alergi, baik makanan, debu, serbuk bunga, obat, ataupun bulu hewan. Meski jarang, angioedema juga dapat disebabkan oleh kelainan bawaan atau tidak diketahui penyebabnya.
Penyebab Angioedema
Penyebab angioedema sangat beragam dan dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Angioedema alergi (allergic angioedema)
Jenis angioedema ini terjadi akibat reaksi alergi terhadap:
- Obat
- Makanan, misalnya ikan, kacang, seafood, susu, dan telur
- Gigitan serangga
- Serbuk bunga
- Lateks atau karet yang biasanya digunakan sebagai bahan sarung tangan, balon, atau kondom
2. Drug-induced angioedema
Seseorang bisa terkena angioedema karena penggunaan obat tertentu meski tidak memiliki alergi terhadap obat tersebut. Pembengkakan dapat terjadi sesaat setelah menggunakan obat, tetapi bisa juga beberapa bulan atau tahun setelahnya.
Beberapa jenis obat yang bisa memicu angioedema adalah:
- Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen
- Obat hipertensi golongan ACE inhibitor, contohnya ramipril, perindopril, dan lisinopril
- Obat hipertensi golongan ARB, misalnya valsartan, losartan, dan irbesartan
3. Hereditary angioedema
Ini merupakan jenis penyakit angioedema yang bersifat turunan. Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan zat protein tertentu dalam darah yang dapat memicu pelebaran pembuluh darah dan pembengkakan jaringan tubuh.
Beberapa kondisi yang bisa memicu timbulnya gejala hereditary angioedema adalah:
- Prosedur operasi
- Perawatan atau pencabutan gigi
- Konsumsi pil KB
- Kehamilan
- Cedera atau infeksi
- Stres
4. Idiopathic angioedema
Kondisi ini tidak diketahui penyebabnya, tetapi diduga terkait dengan gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Pembengkakan pada idiopathic angioedema dapat dipicu oleh berbagai kondisi berikut:
- Stres atau cemas
- Infeksi ringan
- Olahraga secara berlebihan
- Cuaca yang terlalu panas atau dingin
- Lupus
- Limfoma
- Mastocytosis
Faktor risiko angioedema
Meski dapat terjadi pada siapa saja, angioedema lebih berisiko dialami oleh orang dengan kondisi berikut:
- Terpapar suhu ekstrim, misalnya suhu yang terlalu dingin atau panas
- Pernah mengalami angioedema
- Memiliki keluarga yang pernah menderita angioedema
- Memiliki alergi, misalnya terhadap makanan atau obat
- Menderita asma, hepatitis, limfoma, lupus, HIV, penyakit tiroid, atau infeksi virus Epstein-Barr
- Mengonsumsi obat golongan ACE inhibitor atau ARB
- Pernah menerima transfusi darah
Gejala Angioedema
Gejala angioedema adalah pembengkakan di bawah permukaan kulit, misalnya di kelopak mata, bibir, lidah, bahkan kelamin. Pada kasus yang parah, pembengkakan dapat terjadi di tenggorokan dan seluruh wajah.
Selain pembengkakan, area yang terkena angioedema dapat berwarna kemerahan, teraba hangat, dan terasa nyeri. Angioedema juga bisa disertai biduran (urtikaria).
Beberapa gejala lain yang dapat muncul adalah:
- Gatal-gatal
- Sakit perut
- Diare
- Mual dan muntah
- Pusing
- Sesak napas
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala di atas. Penanganan di IGD perlu segera dilakukan bila angioedema terjadi di lidah dan tenggorokan, apalagi bila disertai sesak napas, sulit berbicara, dan bunyi bernapas (mengi). Kondisi tersebut bisa menjadi gejala reaksi anafilaksis yang dapat mengancam nyawa.
Diagnosis Angioedema
Untuk mendiagnosis angioedema, dokter akan menanyakan gejala yang muncul, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, serta riwayat alergi pasien.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya di bagian tubuh yang membengkak. Dokter juga akan mendengarkan suara napas pasien untuk mendeteksi pembengkakan di tenggorokan.
Bila angioedema diduga disebabkan oleh alergi, dokter akan menjalankan tes alergi berikut:
-
Tes tusuk kulit (skin prick)
Tes ini dilakukan dengan menusuk kulit menggunakan alat yang mengandung sejumlah zat pemicu alergi (alergen). Tujuannya adalah untuk melihat reaksi alergi ringan di kulit pasien.
-
Tes tempel (skin patch)
Tes tempel mirip dengan tes tusuk kulit. Akan tetapi, pada tes ini, yang digunakan sebagai alat periksa bukan jarum, melainkan tempelan yang mengandung zat alergen.
-
Tes darah
Sampel darah pasien akan diperiksa untuk mengetahui reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap alergen tertentu.
Jika tes alergi tidak menunjukkan hasil yang positif, dokter dapat mengukur kadar protein penghambat C1 esterase untuk menegakkan diagnosis hereditary angioedema.
Pengobatan Angioedema
Jika pasien sampai di rumah sakit mengalami sesak napas akibat angioedema di tenggorokan, dokter akan melakukan penanganan darurat. Upaya tersebut dapat meliputi:
- Menyayat tenggorokan (trakeostomi) untuk memasukkan alat bantu pernapasan
- Memasang infus dan kateter urine
- Menyuntikkan obat epinefrin dan kortikosteroid untuk meredakan gejala
Setelah kondisinya stabil, pasien akan disarankan menjalani rawat inap untuk mencegah gejalanya kambuh. Pasien juga akan diresepkan obat antihistamin dan kortikosteroid minum.
Sementara itu, pasien angioedema ringan umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Untuk membantu proses penyembuhan, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan, yaitu:
- Mengompres dingin area yang bengkak
- Mengenakan pakaian longgar untuk mencegah iritasi kulit
- Tidak menggaruk area yang bengkak
- Menghindari makanan dan obat yang dapat memicu alergi
- Berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan
Selain penanganan mandiri di atas, dokter juga dapat meresepkan obat antihistamin dan kortikosteroid. Jika angioedema tidak pulih dengan pemberian obat-obatan tersebut, dokter dapat memberikan obat omalizumab.
Jika angioedema disebabkan oleh alergi obat, dokter akan meminta pasien untuk menghentikan konsumsi obat tersebut dan menggantinya dengan jenis lain. Sementara pada penderita hereditary angioedema, obat yang dapat diberikan oleh dokter antara lain:
- Ecallantide
- Icatibant
- Penghambat C1 esterase
Komplikasi Angioedema
Pada beberapa kasus, angioedema dapat menyebabkan komplikasi serius berupa penyumbatan saluran pernapasan parah yang bisa berujung pada asfiksia hingga kematian.
Pencegahan Angioedema
Cara untuk mencegah angioedema akibat alergi adalah dengan menghindari pemicunya, baik itu makanan, obat, debu, maupun bulu hewan. Sementara untuk mencegah angioedema akibat reaksi obat, konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi obat tersebut.