Popularitas rokok elektrik di kalangan remaja dan pekerja kini tengah meroket. Pasalnya, vaping atau rokok elektrik dianggap lebih aman daripada rokok konvensional dan bahkan dapat membantu berhenti dari kebiasaan merokok. Benarkah demikian? Yuk, simak penjelasannya di sini.
Rokok elektrik (e-cigarette) merupakan alat merokok yang dioperasikan dengan baterai. Varian rokok elektrik sangat beragam, mulai dari e-pipes, e-cigarette, vape atau vaporizer, shisha elektrik, dan mods.
Umumnya rokok elektrik terdiri dari empat komponen berbeda, yaitu cartridge yang menampung cairan, atomizer atau elemen pemanas, baterai, serta mouthpiece atau corong untuk menghirup asap yang dihasilkan dari pemanasan cairan di dalam rokok elektrik.
Kandungan Cairan Rokok Elektrik
Sebelum membahas rokok elektrik lebih jauh, mari kita cermati kandungan yang terdapat di dalamnya:
1. Nikotin
Nikotin adalah kandungan utama yang ada pada cairan rokok elektrik. Senyawa ini juga ada di dalam rokok tradisional dan merupakan alasan mengapa rokok bisa membuat seseorang ketagihan.
2. Propilen glikol dan gliserol
Ini adalah dua cairan pelarut yang paling umum digunakan dalam rokok elektrik. Biasanya, kedua pelarut ini digunakan pada produk kosmetik dan beberapa makanan. Pada rokok elektrik, propilen glikol dan gliserol berfungsi untuk membuat uap saat rokok elektrik dipanaskan.
3. Diacetyl
Diacetyl adalah senyawa yang ditambahkan ke dalam produk rokok elektrik untuk menciptakan rasa dan aroma, seperti aroma butter atau karamel. Senyawa ini sering digunakan pada popcorn instan dan aman untuk dimakan.
Keamanan Rokok Elektrik sebagai Pengganti Rokok Tembakau
Rokok elektrik memang tidak mengandung bahan-bahan berbahaya yang ada pada rokok tembakau. Asap rokok elektrik bisa dibilang hanya terdiri dari nikotin, berbeda dengan asap rokok tembakau yang mengandung tar, karbon monoksida, hidrogen sianida, dan senyawa berbahaya lainnya di samping nikotin.
Dengan kemampuannya dalam memberikan “asupan nikotin” untuk pecandu rokok, rokok elektrik sempat disebut sebagai salah satu cara alternatif untuk membantu berhenti merokok.
Jika dibandingkan dengan terapi pengganti nikotin, misalnya dengan mengonsumsi permen karet nikotin atau menggunakan nicotine patch, rokok elektrik bahkan terbukti lebih efektif dalam menghentikan kebiasaan merokok.
Namun, ini tidak membuat rokok elektrik sepenuhnya aman. Manfaat rokok elektrik dalam menghentikan penggunaan rokok tembakau kemungkinan hanya terasa dalam jangka pendek. Jika digunakan dalam jangka panjang, rokok elektrik berpotensi membawa lebih banyak risiko kesehatan daripada manfaat.
Seperti yang sudah dibahas di atas, rokok elektrik adalah asupan nikotin dalam kadar yang tinggi. Artinya, besar kemungkinan orang yang menggunakan rokok elektrik akan ketagihan dengan alat ini. Ketika berhenti menggunakannya, bisa muncul beberapa gejala kecanduan, misalnya menjadi lebih emosional atau bahkan merasa depresi.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebagian orang yang menggunakan rokok elektrik untuk menghentikan rokok tembakau berpeluang mengalami kesulitan untuk menghentikan kedua jenis rokok ini, hingga akhirnya malah menggunakan keduanya sekaligus.
Penelitian lain juga menyebutkan, orang yang belum pernah merokok tembakau tapi sudah menghirup asap rokok elektrik, termasuk anak-anak, berisiko 6 kali lebih besar untuk merokok tembakau di kemudian hari.
Risiko Kesehatan dari Kandungan Rokok Elektrik
Di samping efek candunya, nikotin juga memiliki efek samping bagi kesehatan jika digunakan secara berlebihan, apalagi dalam jangka panjang. Nikotin diketahui dapat menyebabkan penyempitan dan pengerasan dinding pembuluh darah, serta peningkatan tekanan darah. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berdampak buruk pada jantung.
Selain itu, nikotin juga bisa berbahaya bagi janin dan menganggu perkembangan otak anak-anak. Bahaya nikotin pada janin dan anak-anak bisa terjadi, bahkan lebih mungkin terjadi, jika ibu hamil atau anak-anak terpapar asap rokok elektrik sebagai perokok pasif.
Keamanan kandungan selain nikotin, seperti propilen glikol, gliserin, dan diacetyl, juga perlu diperhatikan. Meski aman untuk dikonsumsi, senyawa ini belum tentu aman untuk dihirup. Secara logika, bahan-bahan kimia ini bisa saja mengiritasi saluran paru-paru dan menyebabkan kerusakan permanen atau bahkan kanker.
Vitamin E asetat pada beberapa jenis rokok elektrik diduga kuat sebagai penyebab dari e-cigarette, or vaping, product use-associated lung injury (EVALI), yaitu kerusakan paru-paru yang dapat menyebabkan nyeri dada, sesak napas, hingga gagal napas. Kondisi ini bahkan bisa terjadi pada anak-anak usia 10 tahun.
Risiko lain yang perlu dipertimbangkan adalah risiko rokok elektrik meledak dan menyebabkan kebakaran. Rokok elektrik juga bisa menyebabkan keracunan pada anak-anak yang tertarik meminum cairan berbau buah atau permen yang ada di dalamnya.
Memang jika dibandingkan dengan rokok tembakau konvensional, rokok elektrik tidak lebih berbahaya. Namun, para ahli sepakat bahwa saat ini masih perlu penelitian berlanjut untuk mengkaji dan memantau dampak rokok elektrik pada kesehatan.
Jika Anda ingin mencari cara untuk berhenti merokok, sebaiknya konsultasi kepada dokter terlebih dahulu.