Aphantasia adalah ketidakmampuan untuk membayangkan sesuatu atau seseorang di dalam pikiran atau benaknya. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kelainan genetik, tetapi dapat pula dipicu oleh kondisi lain, seperti cedera otak.
Saat memikirkan seseorang, wajahnya tentu akan langsung terbayang di pikiran. Nah, orang dengan aphantasia tidak bisa membayangkan wajah, pemandangan, peristiwa, atau objek, meski hal tersebut sangat familiar untuknya.
Sekilas aphantasia memang terdengar seperti amnesia, tetapi keduanya berbeda. Pada amnesia, penderitanya mungkin masih bisa memikirkan sesuatu dalam benaknya, seperti objek yang baru saja ia lihat.
Berbagai Penyebab Aphantasia
Penyebab aphantasia belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan bahwa faktor genetik bisa menjadi penyebab terjadinya kondisi ini. Artinya, orang yang terlahir dari keluarga dengan riwayat aphantasia, berisiko lebih tinggi mengalami hal serupa.
Bila faktor genetik menjadi penyebabnya, seseorang bisa mengalami aphantasia sejak lahir.
Selain faktor genetik, aphantasia juga bisa disebabkan oleh stroke maupun cedera kepala. Orang yang mengalami kecelakaan atau terkena benturan keras di kepala dan mengalami cedera otak dapat mengalami aphantasia setelahnya.
Beberapa kondisi psikologis pun erat dikaitkan dengan risiko terjadinya aphantasia, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Gejala dan Tanda Aphantasia
Kebanyakan orang yang mengalami aphantasia menyadari bahwa dirinya mengalami kondisi ini setelah memasuki usia remaja atau ketika usianya menginjak 20 tahun. Berikut ini adalah beberapa gejala aphantasia:
- Daya ingat berkurang
- Sulit membayangkan masa depan
- Tidak mampu mengingat suatu kejadian atau objek di masa lalu
- Penurunan ingatan terkait sensasi pancaindra, seperti suara atau sentuhan
- Jarang bermimpi
Ketika memeriksakan diri ke dokter, orang yang mungkin mengalami aphantasia akan diminta melakukan hal-hal berikut ini:
- Memikirkan seorang teman atau anggota keluarga terdekat
- Mencoba membayangkan wajah, rambut, dan bentuknya
- Membayangkan gerakan dan gesturnya
- Membayangkan pakaian orang tersebut di pikiran
Jika seseorang sulit untuk menjawab atau mendeskripsikan hal-hal di atas, ada kemungkinan ia mengalami aphantasia.
Penanganan Aphantasia
Belum ada pengobatan pasti untuk mengatasi aphantasia. Namun, sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa terapi penglihatan yang diterapkan sebanyak 18 kali dengan durasi 1 jam setiap minggunya dapat mengurangi gejala aphantasia.
Dalam penelitian tersebut, ada beberapa teknik yang diterapkan dalam terapi, yaitu:
- Permainan mengingat kartu
- Permainan mengingat pola
- Aktivitas yang mengajak penderitanya untuk mendeskripsikan pemandangan di luar ruangan atau sebuah objek
- Teknik afterimage, ketika penderita aphantasia akan melihat gambar di layar komputer yang perlahan menjadi kabur dan diminta mengingatnya kembali
Terapi aphantasia di atas memang bukan pengobatan utama yang umum dilakukan, mengingat aphantasia terbilang langka dan hanya ada sekitar 1–3% orang yang mengalami kondisi ini.
Jadi, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami lebih dalam terkait penyebab aphantasia dan terapinya. Selain itu, aphantasia yang didahului dengan penyakit tertentu, seperti cedera kepala dan stroke, perlu ditangani dahulu penyebabnya.
Meski orang dengan aphantasia punya keterbatasan dalam membayangkan sesuatu, banyak dari penderita aphantasia tetap bisa menjalani aktivitas sehari-harinya dan meraih kesuksesan, terutama bila mereka mendapat dukungan dari orang terdekat dan perawatan yang tepat.
Bila Anda mengalami gejala aphantasia dan merasa terganggu dengan kondisi ini, sebaiknya konsultasikan ke dokter. Dokter akan membantu Anda untuk mencari tahu penyebabnya dan menentukan perawatan yang dibutuhkan.