Body shaming adalah perbuatan maupun perkataan yang negatif tentang penampilan seseorang, termasuk berat dan tinggi badan, warna dan kondisi kulit, atau bentuk wajah dan bagian tubuh lainnya. Body shaming bisa berupa gurauan, komentar, sindiran, atau bahkan pertanyaan.
Body shaming merupakan ejekan, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kondisi fisik seseorang. Contoh ucapan yang termasuk body shaming adalah ‘Duh, itu pipi apa bakpao?’ atau ‘Kok badannya tipis kayak papan sih? Di rumah nggak dikasih makan ya?’
Bisa dibilang, body shaming termasuk tindakan bullying. Perbuatan ini bisa saja tidak disadari oleh pelakunya, karena orang yang diejek pun sering menutupi rasa tersinggungnya dengan candaan atau ikut tertawa. Namun, korban body shaming bisa mengalami krisis percaya diri atau bahkan depresi jika terus mendapatkan perlakuan seperti ini.
Body Shaming dalam Kehidupan Sehari-hari
Perlakuan body shaming bisa terjadi di mana saja, mulai dari keluarga, pergaulan, sekolah, tempat kerja, hingga rumah tangga. Bukan hanya dilakukan secara langsung, body shaming juga bisa dilakukan lewat media sosial dengan menyembunyikan identitas, bahkan ditujukan kepada orang yang tidak dikenal.
Pada banyak kondisi, misalnya waktu berkumpul dengan teman, juga di acara-acara komedi atau lawakan, mencela fisik orang lain dinilai wajar dan sekadar candaan, bahkan dianggap hal yang lucu. Akibatnya, banyak orang berpikir bahwa body shaming adalah cara yang lumrah untuk bercanda atau membuat lelucon.
Inilah sebabnya, kampanye menentang body shaming perlu dilakukan, dan memang sebenarnya sudah dilakukan cukup lama. Kampanye ini banyak disebarkan lewat media sosial, yang selain mampu menjangkau banyak orang, juga merupakan sarana yang sering digunakan untuk melakukan body shaming.
Tujuan kampanye menentang body shaming adalah membuat sebanyak mungkin orang menyadari bahwa kondisi fisik orang lain bukanlah hal yang pantas dijadikan lelucon. Kata-kata dan tindakan yang bersifat body shaming bisa sangat menyakiti perasaan dan menimbulkan dampak yang serius pada korbannya.
Kondisi yang Sering Menjadi Sasaran Body Shaming
Sasaran body shaming bisa bagian tubuh mana pun dan kondisi seperti apa pun. Bagian tubuh yang tidak menjadi perhatian dan kondisi yang sebenarnya bagus pun bisa saja dijadikan ejekan.
Sasaran body shaming dapat berubah sesuai waktu dan tren, dapat berbeda di tiap daerah atau kelompok, dan biasanya juga tidak sama untuk pria dan wanita.
Namun, ada beberapa kondisi yang memang umum dijadikan sasaran body shaming di hampir setiap waktu dan tempat, tanpa memandang jenis kelamin. Berikut ini adalah hal-hal yang umum diejek dalam body shaming, beserta penjelasan dan contohnya:
1. Berat badan
Banyak orang merasa insecure atau malu dengan berat badannya, baik karena terlalu gemuk maupun terlalu kurus. Nah, berkomentar negatif tentang berat tubuh seseorang, terutama di depan umum, sama saja dengan mempermalukan orang tersebut.
Body shaming tentang berat badan sering dilakukan secara sengaja sebagai bahan candaan, bahkan tidak jarang dipakai sebagai nama panggilan. Tindakan ini mungkin juga dilakukan tanpa sengaja dan tidak disadari ketika memberikan komentar tentang seseorang.
Terkadang, mengomentari berat badan orang lain, khususnya orang yang dianggap dekat, sebenarnya didasari niat yang baik atau dilakukan untuk menunjukkan perhatian. Namun, hati-hati, karena hal ini justru bisa menyakiti perasaan.
Contoh komentar tentang berat badan yang bersifat body shaming adalah ‘Kamu kayaknya makin gemuk deh. Lagi hamil ya?’ atau ‘Kamu kurus banget lho, kayak orang penyakitan. Makan yang banyak dong.’
2. Tinggi badan
Tinggi badan juga sering menjadi sasaran body shaming. Biasanya, body shaming ini terjadi di lingkungan sekolah, pada anak-anak yang badannya terlalu pendek atau terlalu tinggi jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.
Komentar body shaming tentang tinggi badan bisa berupa candaan yang ditujukan kepada sekelompok orang secara umum, misalnya ‘Yang pendek-pendek jangan main basket, mendingan main bekel aja,’ atau bisa juga jelas-jelas ditujukan kepada orang tertentu, seperti ‘Awas, ada tiang listrik lewat!’
Nama panggilan yang merujuk ke tinggi badan, seperti si Jangkung, si Kontet, si Bogel, atau si Bantet, juga termasuk body shaming lho. Ingat ya, jangan sembarangan memberi nama panggilan kepada orang lain, karena nama ini bisa melekat selamanya pada orang tersebut.
3. Kulit
Hindarilah memberikan komentar negatif tentang kondisi atau warna kulit di luar lingkup pekerjaan, misalnya bukan untuk mendiagnosis kelainan kulit sebagai dokter, atau menentukan produk kosmetik dan jenis perawatan kulit sebagai ahli kecantikan. Pasalnya, hal ini termasuk topik yang sensitif.
Meskipun tidak bersifat rasis, komentar negatif tentang kondisi dan warna kulit bisa termasuk body shaming. Mengejek kulit dapat membuat orang merasa rendah diri, malu, tersinggung, atau bahkan sakit hati.
Dampak body shaming tentang kulit lebih kuat dirasakan oleh wanita. Namun, bukan berarti pria tidak terpengaruh ejekan ini lho, walaupun memang umumnya pria terkesan lebih cuek terhadap komentar tentang kulitnya.
Beberapa contoh komentar tentang kulit yang termasuk body shaming adalah ‘Kayaknya jerawatmu nggak bisa ditutup dengan make-up aja deh, harus pakai campuran semen putih juga.’ atau ’Kulitmu hitam sih, sama kayak rambut, jadi dari jauh nggak kelihatan kamu menghadapnya ke mana.’
4. Rambut
Sejak zaman dahulu, rambut disebut sebagai mahkota bagi wanita, tetapi sebenarnya rambut juga merupakan salah satu kebanggaan pria, apalagi sejak masuk usia paruh baya. Rambut yang dinilai bagus menurut standar masyarakat kita adalah rambut yang hitam berkilau, lebat, lurus, dan lembut.
Sebaliknya, rambut yang warnanya kuning kusam kecoklatan, tipis dan jarang, keriting, atau kaku sering menjadi sasaran body shaming. Selain itu, body shaming juga sering dialami oleh orang yang mengalami kebotakan dini atau beruban di usia yang masih muda.
Body shaming tentang rambut biasanya berupa candaan atau nama panggilan, seperti ‘Itu rambut atau sikat karpet sih?’ atau ‘Buset, si Keriting jam segini baru dateng. Habis setrika rambut dulu?’
5. Wajah
Menghina bentuk wajah dan bagian-bagian wajah, seperti hidung, bibir, dan mata, juga merupakan body shaming yang umum dilakukan. Meskipun standar penilaian bentuk wajah dan bagian wajah bisa berubah-ubah sesuai tren, ada kondisi tertentu yang hampir selalu dijadikan ejekan, misalnya pipi tembam, gigi tonggos, dan hidung pesek.
Body shaming yang menjadikan wajah atau bagian wajah sebagai sasaran sering dilontarkan sebagai guyonan, misalnya ‘Pinjam gigimu sebentar dong, buat buka botol nih,’ atau ‘Itu kuping atau parabola ya? Pantesan sinyalmu kuat terus.’ Walaupun terdengar lucu bagi orang lain, tapi kata-kata seperti ini akan menyakiti perasaan orang yang diejek.
Dampak Body Shaming terhadap Kesehatan Mental
Walaupun dikemas dalam bentuk gurauan, pertanyaan, atau keprihatinan, body shaming tetap mengandung ejekan atau penghinaan terhadap kondisi fisik seseorang. Ucapan yang sifatnya merendahkan ini bisa menyakiti perasaan orang yang dikomentari dan menurunkan kepercayaan dirinya.
Jika hal yang diejek merupakan titik sensitif seseorang, yaitu hal yang memang selalu dianggapnya sebagai kelemahan atau sesuatu yang memalukan, body shaming dapat membuat orang tersebut makin merasa rendah diri, bahkan membenci dirinya sendiri.
Bahan ejekan saat body shaming juga mungkin sebenarnya tidak sesuai kenyataan atau hanya dilebih-lebihkan. Namun, jika ini terus-menerus jadi ejekan, bahkan sampai dijadikan nama panggilan, orang yang menjadi korban body shaming bisa saja akhirnya percaya bahwa hal tersebut memang benar dan merasa malu atas kondisi fisiknya.
Rasa rendah diri atau kebencian terhadap diri sendiri akibat tindakan body shaming dapat menimbulkan berbagai masalah pada kesehatan mental, seperti:
- Gangguan makan, terutama bila yang menjadi sasaran body shaming adalah berat badan
- Gangguan kecemasan, biasanya saat bertemu orang lain atau berada di tempat yang ramai
- Gangguan dismorfik tubuh, yaitu gangguan mental di mana penderitanya merasa sangat malu atas kondisi tubuhnya sampai mengucilkan diri, melakukan diet atau olahraga secara ekstrem, bahkan berkali-kali menjalani operasi plastik untuk memperbaiki penampilan fisiknya
- Depresi, akibat terus-menerus terpenjara oleh rasa malu, rendah diri, benci, marah, dan putus asa terhadap kondisi tubuhnya, sehingga kehilangan semangat untuk melakukan apa pun dan tidak bisa lagi menikmati hidup
- Menyakiti diri sendiri (self injury), bahkan mungkin sampai muncul pikiran untuk bunuh diri
Cara Menyikapi Perlakuan Body Shaming
Tindakan body shaming dapat menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mental, hubungan sosial, prestasi belajar, performa kerja, keharmonisan rumah tangga, bahkan secara tidak langsung juga pada kondisi fisik.
Untuk meminimalkan dampaknya, lakukanlah cara-cara berikut ini saat menerima perlakuan body shaming:
- Beri tahu bahwa ucapan tersebut adalah tindakan body shaming atau ejekan fisik, walaupun hanya untuk bergurau atau berkomentar.
- Tegaskan bahwa kata-kata tersebut tidak baik dan menyakiti perasaan.
- Ingatkan bahwa seseorang dinilai atau dihargai bukanlah berdasarkan bentuk tubuhnya, melainkan berdasarkan tindakan dan kata-katanya, termasuk perlakuannya kepada orang lain.
- Beri tahu bahwa mengejek atau mempermalukan seseorang bukanlah cara yang baik untuk menghibur dan membuat orang lain tertawa.
- Jika kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan cara-cara di atas, usahakan untuk tetap tenang dan tidak memberikan respons apa pun, lalu alihkan pembicaraan ke topik lain atau secara baik-baik tinggalkan percakapan.
- Jangan terus mengingat kejadian tersebut, apalagi sampai memikirkan kata-kata yang diucapkan. Lebih baik, tanamkan di dalam pikiran bahwa komentar atau ejekan seseorang terhadap kondisi fisik orang lain sering kali dilakukan untuk menutupi rasa rendah dirinya sendiri.
Cara-cara di atas juga bisa dilakukan untuk membantu orang yang mengalami body shaming. Berilah dukungan kepada orang yang diejek dengan cara tidak ikut-ikutan tertawa dan tidak menanggapi ejekan tersebut.
Jika tindakan body shaming sampai menimbulkan stres, membuat tidak percaya diri, atau memengaruhi kehidupan sehari-hari, jangan diabaikan saja. Sebaiknya, berkonsultasilah dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan bimbingan dan saran yang sesuai dengan kondisimu.