Terdapat sebuah kepercayaan bahwa janin aktif bergerak sebelah kanan akan lahir dengan jenis kelamin laki-laki. Apakah benar bahwa jenis kelamin janin bisa ditentukan dari gerakannya saat berada di dalam rahim? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini.
Bagi ibu hamil, merasakan gerakan buah hati di dalam perut adalah momen bahagia yang tidak terlupakan. Gerakan janin sebenarnya sudah dimulai sejak kehamilan menginjak minggu ke-9, yaitu ketika otot dan tulang janin mulai terbentuk.
Namun, bagi wanita yang baru pertama kali mengandung, gerakan janin biasanya baru benar-benar terasa di usia kehamilan 18–20 minggu.
Mitos Mengenai Janin Aktif Bergerak Sebelah Kanan
Ada sebuah mitos yang mengaitkan janin aktif bergerak sebelah kanan dengan jenis kelamin laki-laki. Padahal, jenis kelamin janin tidak bisa ditentukan hanya dari gerakannya saja. Untuk mengetahui jenis kelamin janin, ibu hamil perlu menjalani pemeriksaan USG oleh dokter kandungan.
Janin aktif bergerak sebelah kanan atau kiri merupakan hal yang normal terjadi. Gerakan ini menandakan buah hati Anda tumbuh dan berkembang baik di dalam kandungan.
Seiring bertambahnya usia kandungan, tumbuh kembang janin juga akan bertambah pesat. Hal tersebut ditandai dengan adanya gerakan menendang, menggeliat, dan berputar. Hal inilah yang membuat posisi janin bisa berubah-ubah.
Umumnya, setelah memasuki usia kandungan 28 minggu, janin akan lebih aktif bergerak. Bahkan, Bunda mungkin dapat merasakan gerakan Si Kecil hingga 10 kali dalam 2 jam.
Posisi Janin Menurut Pandangan Medis
Meski posisi janin sering kali hanya terasa di sebelah kanan atau kiri, secara medis terdapat empat posisi janin dan hanya bisa dipastikan melalui USG. Berikut adalah 4 posisi janin dalam rahim:
1. Anterior
Pada posisi ini, kepala bayi berada di bawah dengan wajah menghadap ke punggung ibu. Kepala bayi menunduk dengan dagu menempel ke dadanya. Ini merupakan posisi yang ideal dan aman bagi ibu hamil dan janin untuk menjalani persalinan normal.
2. Posterior
Posisi kepala bayi posterior sama dengan anterior, tetapi wajah bayi menghadap ke depan atau ke arah perut ibu. Posisi ini umumnya terdeteksi pada tahap awal kelahiran, tapi biasanya bayi akan berputar sendiri ke posisi terbaik sebelum persalinan.
Pada beberapa kasus, bayi mungkin akan tetap dalam posisi tersebut. Ibu yang memiliki bayi berposisi posterior biasanya membutuhkan anestesi epidural untuk meredakan nyeri ketika melahirkan. Posisi ini juga meningkatkan risiko persalinan lebih lama, disertai nyeri punggung bagian bawah yang cukup parah.
3. Posisi melintang
Pada posisi ini, bayi melintang di rahim. Kasus ini sangat jarang terjadi, karena tiap bayi dapat menyesuaikan posisinya secara alami. Jika posisi bayi tidak kembali ke posisi semula, dokter akan merekomendasikan persalinan dengan operasi caesar.
4. Posisi sungsang
Posisi bayi sungsang ditandai dengan bokong atau kaki bayi yang berada di bagian bawah rahim, dan posisi ini jarang terjadi. Bayi sungsang tetap dapat lahir melalui vagina dengan kondisi sehat, meski berisiko mengalami cacat lahir atau cedera saat dilahirkan.
Hal ini dikarenakan kepala merupakan bagian terakhir yang keluar dari jalan lahir pada posisi bayi sungsang. Posisi ini juga meningkatkan risiko bayi terlilit oleh tali pusar.
Kesimpulannya adalah tidak ada kaitannya antara janin aktif bergerak sebelah kanan dengan penentuan jenis kelamin laki-laki. Yang harus menjadi perhatian adalah posisi bayi ketika memasuki bulan-bulan terakhir kehamilan, misalnya bulan ke-8 atau ke-9, karena pada saat itulah posisi janin sangat menentukan kelancaran persalinan.
Selain itu, Bunda perlu rutin aktif memerhatikan gerakan janin dalam kandungan. Jika sebelumnya janin bergerak aktif, kemudian tiba-tiba menjadi kurang aktif atau bahkan tidak terasa lagi gerakannya, maka Bunda disarankan untuk segera memeriksakan kehamilan ke dokter kandungan.