Asthenozoospermia adalah kondisi ketika sebagian besar sel sperma memiliki gerakan yang tidak normal. Meski bisa menyebabkan kemandulan, kondisi ini dapat disembuhkan jika ditangani dengan tepat.
Sel sperma yang normal bergerak maju dalam satu garis lurus dengan kecepatan 25 mikrometer. Pada asthenozoospermia, sel sperma bisa tidak bergerak, bergerak lebih lambat dari normal, atau hanya berputar dalam lingkaran kecil.
Gerakan sperma merupakan salah satu komponen penting yang menentukan kesuburan. Hal ini karena untuk mencapai kehamilan, sperma harus bergerak menuju tuba falopi dan membuahi sel telur. Itulah sebabnya penderita asthenozoospermia biasanya lebih sulit memiliki keturunan.
Penyebab Asthenozoospermia
Sperma adalah sel yang rentan terhadap kerusakan akibat peradangan, racun, atau radikal bebas. Beberapa hal yang dapat menyebabkan asthenozoospermia termasuk:
- Kebiasaan merokok
- Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
- Malnutrisi jangka panjang
- Paparan zat beracun, seperti pestisida
- Penyalahgunaan NAPZA
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti venlafaxine, voriconazole, dan sulfasalazine
- Prosedur kemoterapi atau radioterapi
- Varikokel
- Peradangan pada saluran sperma
- Infeksi menular seksual, seperti hepatitis C, hepatitis B, herpes, klamidia, atau ureaplasma urealitikum
- Infeksi urogenital, seperti prostatitis atau epididimitis
- Antibodi antisperma, yaitu kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dan merusak sperma
Gejala Asthenozoospermia
Asthenozoospermia tidak menunjukkan gejala spesifik yang dapat disadari oleh penderitanya. Namun, asthenozoospermia dapat ditandai dengan kondisi berikut:
- Jumlah sperma yang bergerak normal <5 juta sperma atau <32% dari seluruh sperma.
- Kebanyakan sperma bergerak lambat (<25 mikrometer per detik) atau tidak bergerak sama sekali
- Banyak sperma yang bergerak tetapi tidak progresif, misalnya hanya membentuk lingkaran kecil atau hanya bergetar di tempat
- Bentuk sperma yang tidak normal
Selain itu, asthenozoospermia juga bisa disertai dengan keluhan berikut:
- Kesulitan untuk memiliki keturunan
- Disfungsi ereksi
- Gairah seks menurun
- Testis nyeri atau bengkak
- Tanda ketidakseimbangan hormon, seperti pembesaran payudara (ginekomastia) atau penurunan massa otot
Perlu diketahui bahwa tidak semua penderita asthenozoospermia mengalami kemandulan. Penderita masih bisa memiliki keturunan jika kondisi spermanya sehat.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika:
- Belum mencapai kehamilan meski telah mencoba selama 1 tahun
- Terjadi disfungsi seksual
- Muncul nyeri atau bengkak pada area selangkangan
- Timbul benjolan pada selangkangan maupun testis
- Baru saja menjalani operasi pada alat kelamin
Diagnosis Asthenozoospermia
Untuk mendiagnosis asthenozoospermia, dokter akan menanyakan beberapa hal berikut:
- Gejala yang dialami pasien
- Penyakit yang pernah dialami pasien dan keluarganya
- Prosedur pengobatan yang pernah dijalani pasien
- Aktivitas seksual pasien
Setelah itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada area genital pasien.
Dokter dapat menentukan apakah pasien menderita asthenozoospermia melalui pemeriksaan sperma. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan sperma:
- Pasien akan diberikan wadah untuk menampung air mani.
- Pasien akan diarahkan ke ruangan pribadi untuk mengumpulkan sampel air mani dengan masturbasi.
- Jika tidak nyaman di rumah sakit, sampel air mani bisa didapatkan di rumah melalui hubungan seks dengan pasangan menggunakan kondom.
- Sampel air mani harus disimpan pada suhu ruangan dan diantarkan ke laboratorium dalam waktu 30−60 menit.
- Sampel air mani akan diperiksa oleh dokter. Jika jumlah sperma yang bergerak normal kurang dari 32%, pasien didiagnosis mengalami asthenozoospermia.
Selain pergerakan sperma, dokter juga dapat menilai kesehatan sperma pasien dengan memerhatikan beberapa faktor sebagai berikut:
- Volume air mani
- Jumlah sel sperma
- Konsentrasi sperma
- Jumlah sperma hidup
- Bentuk sperma
- Waktu pencairan sperma
- Kadar asam-basa sperma
- Jumlah sel darah putih pada sperma
Pengobatan Asthenozoospermia
Pengobatan asthenozoospermia dapat dilakukan melalui penangan medis atau terapi mandiri. Tindakan medis dapat dilakukan jika asthenozoospermia disebabkan oleh kondisi medis, seperti varikokel, infeksi, atau gangguan hormon.
Prosedur medis
Tindakan medis yang dapat dilakukan untuk menangani asthenozoospermia antara lain:
- Pemberian hormon perangsang folikel untuk merangsang produksi sperma yang sehat
- Operasi untuk mengatasi penyumbatan pada saluran ejakulasi
- Operasi untuk memperbaiki varikokel
- Pemberian antibiotik atau antivirus untuk mengatasi infeksi
- Pemberian obat untuk menekan antibodi antisperma
- Pemberian suplemen antioksidan, seperti zinc, asam folat, selenium, coenzyme Q10, vitamin E, vitamin C, atau carnitine
Penanganan lain yang dapat diberikan untuk penderita asthenozoospermia antara lain:
- Sildenafil, jika pasien juga mengalami disfungsi ereksi
- Konseling untuk membantu pasien menghadapi disfungsi seksual
- Teknologi reproduksi berbantu, seperti inseminasi buatan atau bayi tabung, jika pasien sulit memiliki keturunan
Penanganan mandiri
Pasien dapat mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat untuk membantu memperbaiki kondisinya. Upaya yang bisa dilakukan antara lain:
- Menurunkan berat badan jika overweight atau obesitas
- Menjaga berat badan ideal
- Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
- Berolahraga secara rutin
- Menerapkan aktivitas seksual yang sehat
- Mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan dan fitonutrien, seperti betakaroten, vitamin C, atau lutein
Komplikasi Asthenozoospermia
Asthenozoospermia merupakan salah satu penyebab kemandulan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi ketika mengalami kemandulan antara lain:
- Stres dan masalah dalam hubungan karena kesulitan memiliki anak
- Biaya yang mahal untuk teknologi reproduksi berbantu, seperti bayi tabung
- Peningkatan risiko terjadinya kanker testis, melanoma, dan kanker prostat
Pencegahan Asthenozoospermia
Menjalani pola hidup yang sehat dapat meningkatkan kualitas sperma dan mencegah asthenozoospermia. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas sperma antara lain:
- Berhenti merokok
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan bervariasi setiap harinya
- Berolahraga rutin
- Menjaga berat badan ideal