Avifavir adalah obat antivirus yang mengandung favipiravir. Obat ini sudah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI untuk digunakan dalam pengobatan COVID-19, yaitu pada pasien berusia 18 tahun ke atas dengan gejala ringan hingga sedang.
Avifavir dikembangkan di Rusia, oleh Russian Direct Investment Fund and ChemRar Group. Avifavir mengandung favipiravir. Favipiravir bekerja dengan cara menghambat kerja enzim RNA polimerase yang dibutuhkan virus untuk berkembang biak.
Favipiravir biasanya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus influenza. Sejauh ini, favipiravir tidak menunjukkan manfaat yang signifikan untuk menangani COVID 19. Obat ini juga sudah tidak direkomendasikan oleh WHO sebagai bagian dari pengobatan COVID-19.
Apa Itu Avifavir
Bahan Aktif | Favipiravir 200 mg |
Golongan | Antivirus |
Kategori | Obat resep |
Manfaat | Mengatasi infeksi virus influenza dan COVID-19 |
Dikonsumsi oleh | Dewasa usia ≥18 tahun |
Avifavir untuk ibu hamil | Kategori X: Studi pada binatang percobaan dan manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitas terhadap janin atau adanya risiko terhadap janin. |
Obat dalam kategori ini tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan untuk hamil. | |
Avifavir untuk ibu menyusui | Belum diketahui apakah Avifavir terserap ke dalam ASI atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa seizin dokter. |
Bentuk obat | Tablet salut selaput |
Peringatan sebelum Mengonsumsi Avifavir
Avifavir hanya dapat digunakan sesuai dengan resep dokter. Ada hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan obat ini, yaitu:
- Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Avifavir tidak boleh digunakan oleh orang yang alergi terhadap obat ini atau favipiravir.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan. Avifavir tidak boleh digunakan pada wanita hamil atau sedang merencanakan kehamilan.
- Informasikan kepada dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit asam urat, gangguan sistem imun, gangguan mental, radang hati, infeksi jamur, asma, tumor, atau infeksi bakteri, termasuk TBC.
- Beri tahu dokter jika Anda pernah atau baru saja mengalami syok, gagal napas, aritmia, atau serangan jantung.
- Pastikan untuk memberi tahu dokter jika Anda sedang menjalani cuci darah atau pernah menerima transplantasi organ.
- Beri tahu dokter jika Anda mengalami kecanduan alkohol atau pernah mengalami penyalahgunaan NAPZA.
- Informasikan kepada dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk obat herbal dan suplemen. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
- Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan Avifavir.
Dosis dan Aturan Pakai Avifavir
Belum diketahui dosis pasti penggunaan Avifavir untuk mengobati COVID-19. Pada penelitian fase II dan III, dosis Avifavir yang digunakan dalam pengobatan COVID-19 adalah 1600 mg, 2 kali sehari pada hari pertama, diikuti dengan 600 mg, 2 kali sehari pada hari kedua hingga hari ke empat belas.
Penggunaan Avifavir untuk menangani infeksi virus Corona akan dipertimbangkan oleh dokter sesuai tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien.
Cara Mengonsumsi Avifavir dengan Benar
Avifavir hanya boleh dikonsumsi sesuai resep dan anjuran dokter. Jangan menambah atau mengurangi dosis, serta jangan menggunakan obat melebihi waktu yang dianjurkan.
Avifavir dapat dikonsumsi bersama atau tanpa makanan. Namun, untuk mencegah terjadinya nyeri lambung, dianjurkan untuk mengonsumsi obat ini bersama makanan atau setelah makan.
Pastikan ada jarak yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Disarankan untuk mengonsumsi avifavir pada waktu yang sama setiap harinya.
Simpan Avifavir di tempat tertutup dalam suhu yang sejuk. Jangan menyimpannya di tempat yang lembap atau terkena paparan sinar matahari secara langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Avifavir dengan Obat Lain
Menurut penelitian yang sedang berjalan, bila digunakan bersamaan dengan obat tertentu, kandungan favipiravir di dalam Avifavir dapat menimbulkan efek interaksi obat berupa:
- Penurunan efektivitas amiodarone, atorvastatin, lovastatin, carbamazepine, chloroquine, cisapride, diclofenac, diltiazem, enzalutamide, erlotinib, ethinylestradiol, atau ifosfamide
- Penurunan efektivitas ketamine, ketorolac, ibuprofen, piroxicam, lansoprazole, omeprazole, methadone, nicardipine, naproxen, repaglinide, sorafenib, teofilin, tretinoin, verapamil, atau warfarin
- Peningkatan risiko terjadinya efek samping acyclovir, benzylpenicillin, cefalor, bisoprolol, captopril, cefdinir, cefazolin, citrulline, dexamethasone, digoxin, estradiol, everolimus, famotidine, allopurinol, atau fexofenadine
- Peningkatan risiko terjadinya efek samping grazoprevir, hydrocortisone, indacaterol, lenvatinib, morfin, nintedanib, oseltamivir, quinidine, paliperidone, ranitidine, simvastatin, tetracycline, vincristine, atau zidovudine
Efek Samping dan Bahaya Avifavir
Kandungan favipiravir di dalam Avifavir dapat menimbulkan beberapa keluhan jika digunakan secara berlebihan. Beberapa keluhan yang bisa muncul adalah muntah, penurunan berat badan, dan gangguan pergerakan. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efek samping tersebut.
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami keluhan tersebut atau efek samping lain setelah mengonsumsi Afivafir, juga bila Anda mengalami reaksi alergi obat, yang bisa ditandai dengan munculnya ruam gatal pada kulit, bengkak pada bibir dan kelopak mata, atau kesulitan bernapas.