Skistosomiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing pipih jenis Schistosoma. Hingga saat ini, penyakit skistosomiasis masih cukup banyak ditemukan di daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia.

Cacing penyebab skistosomiasis hidup di air tawar, seperti sungai, danau, dan kubangan. Selain dapat menginfeksi manusia, cacing penyebab skistosomiasis juga dapat menginfeksi hewan, seperti bekicot, siput, tikus, dan sapi.

Skistosomiasis, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya - Alodokter

Cacing Schistosoma bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit, misalnya ketika seseorang mandi atau berenang di danau atau sungai yang terkontaminasi cacing tersebut. Selain itu, cacing ini juga bisa masuk ke dalam tubuh seseorang jika orang tersebut mengonsumsi air atau daging hewan yang terkontaminasi cacing Schistosoma.

Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, cacing Schistosoma akan berkembang biak di kandung kemih dan usus besar. Jika orang yang terkena skistosomiasis buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di sungai atau danau, maka telur cacing yang keluar bersama urine dan tinja akan mencemari lingkungan tersebut.

Waspadai Gejala-Gejala Skistosomiasis

Ketika larva cacing masuk ke dalam kulit, sebagian orang dapat mengalami ruam dan gatal. Namun, ada juga yang tidak merasakan gejala apa pun hingga beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian.

Gejala skistosomiasis biasanya baru muncul 2–12 minggu setelah cacing masuk ke dalam tubuh dan berkembang biak. Pada tahap ini, orang yang terkena skistosomiasis dapat mengalami beberapa gejala berupa:

  • Demam
  • Nyeri otot
  • Batuk
  • Gangguan pencernaan, seperti sakit perut, diare, dan BAB berdarah
  • Kelelahan
  • Pusing

Jika tidak diobati, cacing penyebab skistosomiasis akan terus berkembang biak dan lama-kelamaan dapat menimbulkan kerusakan di berbagai organ tubuh, seperti hati, usus, kandung kemih, paru-paru, dan otak. Oleh karena itu, penyakit ini perlu diobati oleh dokter agar tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.

Beberapa Pilihan Obat untuk Mengatasi Skistosomiasis

Agar skistosomiasis dapat ditangani dengan tepat, diperlukan pemeriksaan oleh dokter. Untuk memastikan bahwa pasien menderita skistosomiasis, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa:

  • Pemeriksaan darah, tinja, dan urine
  • Endoskopi dan sistoskopi
  • Biopsi hati
  • Pemeriksaan radiologis, seperti Rontgen, USG, CT scan, atau MRI

Jika hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa Anda menderita skistosomiasis, dokter dapat meresepkan obat-obatan berikut ini:

Obat cacing

Obat cacing yang biasanya digunakan untuk mengobati skistosomiasis adalah praziquantel. Obat ini efektif untuk membunuh cacing dewasa, namun kurang efektif untuk membasmi telur cacing atau cacing Schistosoma yang masih kecil. Obat ini bekerja dengan cara melumpuhkan cacing agar cacing dapat dikeluarkan melalui feses.

Obat antimalaria

Terkadang, dokter juga mungkin akan meresepkan obat antimalaria armetisin atau artesunat untuk mengatasi skistosomiasis. Obat ini biasanya diberikan jika pemberian obat cacing saja tidak berhasil mengatasi skistosomiasis.

Kortikosteroid

Dokter juga mungkin akan memberikan obat kortikosteroid jika skistosomiasis yang dialami pasien sudah cukup parah atau jika cacing sudah merusak organ tertentu, seperti otak dan hati.

Langkah Pencegahan Penyakit Skistosomiasis

Jika Anda sering bepergian atau berpetualang di alam bebas, berhati-hatilah terhadap kebersihan air di tempat yang Anda kunjungi. Agar tidak terkena skistosomiasis,

Anda dapat melakukan langkah-langkah pencegahan sebagai berikut:

  • Hindari berenang, berendam, atau mandi di sungai, danau, kubangan, atau waduk yang kebersihan airnya tidak terjamin.
  • Hindari minum air mentah dari kolam, sungai, danau, atau waduk.
  • Hindari mengonsumsi daging hewan yang berpotensi mengandung cacing Schistosoma. Jika ingin mengonsumsi daging sapi, pastikan daging tersebut sudah dimasak hingga benar-benar matang.
  • Jika ingin menggunakan air tawar dari alam untuk mandi atau minum, rebus dulu air tersebut hingga mendidih selama setidaknya ­1–2 menit.

Hingga saat ini, belum ada vaksin yang terbukti dapat mencegah skistosomiasis. Oleh karena itu, Anda perlu selalu waspada dan lebih berhati-hati ketika beraktivitas di alam terbuka yang terdapat sumber air tawar, juga ketika ingin mengonsumsi daging hewan yang berpotensi mengandung telur cacing.

Jika Anda mengalami gejala-gejala skistosomiasis, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat.