Battered woman syndrome mungkin belum terlalu familiar di telinga kita, ya? Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi yang kerap dialami wanita korban KDRT yang tetap memilih untuk bersama dengan pasangannya.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), terutama yang terjadi pada wanita, merupakan salah satu masalah kesehatan yang melibatkan pelanggaran hak asasi wanita. Kekerasan yang dialami berulang kali bisa membuat munculnya gangguan psikologi yang dinamakan battered woman syndrome (BWS) atau sindrom wanita babak belur.
Saat seorang wanita mengalami sindrom ini, ia merasa dirinya pantas diperlakukan demikian. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini bahkan membuat korbannya cenderung diam serta enggan melaporkan pasangan ke pihak berwajib atau orang terdekat.
Tahapan Battered Woman Syndrome
Sindrom wanita babak belur ini tidak muncul begitu saja, tetapi merupakan imbas dari kekerasan fisik, seksual, dan psikologis yang terjadi terus-menerus.
Siklus KDRT yang terjadi bisa berupa kemunculan rasa marah pasangan yang intensitasnya semakin meningkat, lalu berubah menjadi kekerasan, yang kemudian diakhiri permintaan maaf pasangan dan janji tidak akan melakukannya lagi.
Biasanya, wanita korban KDRT yang mengalami battered woman syndrome tidak menyadari dirinya sedang berada di dalam hubungan abusive dan toxic yang jika terus-menerus terjadi bisa membahayakan dirinya.
Tidak hanya itu, ia bisa juga mengalami Stockholm syndrome, yaitu kondisi ketika ia memilih untuk bertahan karena merasa simpati dan memahami alasan pasangannya melakukan kekerasan terhadapnya.
Setidaknya ada beberapa tahapan yang bisa terjadi saat seorang wanita mengalami sindrom wanita babak belur, yaitu:
- Denial, yaitu fase ketika seseorang tidak menerima kenyataan bahwa dirinya sedang dianiaya oleh pasangannya
- Guilt, yaitu fase saat korban percaya bahwa ia adalah penyebab kekerasan terjadi
- Enlightenment, yaitu fase di mana korban menyadari dirinya tidak pantas menerima kekerasan tersebut dan mengakui pasangannya memiliki kepribadian yang kasar
- Responsibility, yaitu fase saat korban memahami jika pasangannya bertanggung jawab atas kekerasan tersebut, dan pada beberapa kasus, fase inilah yang menentukan untuk tetap bertahan atau meninggalkan pasangannya
Dampak Battered Woman Syndrome
Dampak yang bisa terjadi akibat BWS bisa terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Efek jangka pendeknya antara lain:
- Cemas
- Depresi
- Penurunan harga diri
- Merasa tidak berharga
- Merasa tidak memiliki kontrol atas dirinya
Selain itu, BWS juga bisa mengakibatkan rusaknya hubungan dengan teman atau keluarga. Hal ini karena sifat manipulatif pelaku yang berusaha memisahkan korban dengan orang terdekatnya.
Sementara itu, dampak jangka panjang BWS mirip dengan gejala post-traumatic stress disorder (PTSD), munculnya penyakit tertentu, seperti tekanan darah tinggi, sakit kepala, bahkan rusaknya sendi atau bahkan patah tulang akibat kekerasan fisik.
Cara Menyikapi Battered Woman Syndrome
Perlu diketahui, BWS tidak muncul dengan sendirinya dan umumnya berlangsung secara bertahap akibat terjebak dalam siklus kekerasan oleh pasangan yang terjadi secara berulang. Saat mengalami sindrom ini, seorang wanita terkesan kehilangan kendali atas hidup mereka sendiri.
Oleh sebab itu, jika kamu melihat ada orang terdekatmu yang sepertinya berada dalam hubungan toxic atau terlihat mengalami battered woman syndrome, bantu dan dampingilah ia untuk beradaptasi dengan melakukan beberapa cara ini:
- Siapkan waktu luang untuk mendengarkan ceritanya.
- Jangan menghakimi, tetapi cobalah posisikan diri untuk memahami situasinya.
- Beri tahu kekhawatiranmu atas apa yang dialaminya.
- Bersikap suportif dan tanyakan kepadanya apa yang bisa kamu lakukan untuk membantu.
- Bantu ia membuat rencana untuk menyelamatkan diri.
- Tawarkan bantuan khusus, seperti membantu mengasuh anaknya atau memberikannya tempat untuk bersembunyi.
- Dorong agar ia mau buka mulut dan melaporkan kejadian yang dialaminya kepada pihak yang berwajib.
- Jika memutuskan untuk tetap tinggal, berikan opini netral tentang apa yang harus ia hadapi ke depannya, dan tetap tawarkan bantuan jika ia membutuhkan.
Apabila setelah melakukan cara-cara di atas tetapi battered woman syndrome yang dialami oleh orang terdekatmu tidak kunjung membaik atau justru semakin memburuk, cobalah untuk membujuknya berkonsultasi ke psikolog atau psikiater guna mendapatkan saran yang tepat.