Biasanya, bayi bisa pipis dan berganti popok sebanyak 6 kali sehari. Namun, pada beberapa kondisi atau waktu tertentu, bayi bisa menjadi lebih jarang pipis. Kalau akhir-akhir ini Si Kecil jarang pipis, jangan anggap sepele ya, Bun. Soalnya, ini bisa jadi tanda kondisi serius, lho.
Kandung kemih bayi baru lahir umumnya hanya bisa menampung sekitar 15 ml urine, sedangkan bayi di bawah 2 tahun bisa menampung sekitar lebih dari 100 ml urine. Oleh karena itu, bayi yang minum atau menyusu dengan baik akan pipis cukup sering, yaitu sekitar 1–6 jam sekali.
Namun, bila Si Kecil tidak pipis atau popoknya tidak basah sama sekali selama seharian penuh, Bunda perlu memperhatikan kondisi tersebut lebih lanjut.
Beragam Penyebab Bayi Jarang Pipis
Jarang pipis pada bayi bukanlah kondisi yang bisa dianggap enteng. Ini karena frekuensi pipis berhubungan erat dengan kondisi sistem perkemihan. Selain itu, urine atau pipis merupakan zat sisa yang memang harus dikeluarkan secara rutin.
Bayi disebut jarang pipis jika frekuensi berkemihnya kurang dari 3 kali dalam sehari, tidak pipis sama sekali dalam waktu 6 jam, atau bila jumlah urine kurang dari 1 ml/kgBB/jam.
Jadi, jika berat badan (BB) bayi 7 kg, ia perlu mengeluarkan urine 7 ml per jamnya. Bila urinenya kurang dari jumlah tersebut, bayi kemungkinan mengalami sejumlah kondisi medis tertentu, seperti:
1. Dehidrasi atau kekurangan cairan
Dehidrasi adalah penyebab bayi jarang pipis yang paling umum, terutama pada bayi berusia di bawah 6 bulan. Sejumlah kondisi kesehatan yang bisa meningkatkan risiko bayi mengalami dehidrasi adalah demam, diare, muntah-muntah, atau muntaber.
Dehidrasi bisa ditandai dengan menurunnya frekuensi pipis bayi, yang dapat diketahui dengan berkurangnya jumlah penggantian popok. Selain itu, dehidrasi juga bisa menimbulkan berapa gejala lain, seperti:
- Terlihat mengantuk dan tidur lebih lama dari biasanya
- Malas bermain atau tertawa
- Mulut, lidah, dan kulit tampak kering
- Mata tampak cekung dan lelah
- Menangis tanpa air mata
Bila Si Kecil mengalami tanda-tanda di atas, langkah awal yang perlu Bunda lakukan adalah memberikan Si Kecil cairan lebih banyak, misalnya susui ia lebih sering dari biasanya.
Bila usia Si Kecil sudah di atas 6 bulan, Bunda boleh memberikannya oralit, terutama jika sedang diare. Namun, bila kondisi Si Kecil tak membaik dan ia semakin malas untuk minum, segeralah membawanya ke dokter.
2. Gangguan pada saluran kemih
Urine yang dihasilkan ginjal perlu melewati saluran kemih, hingga akhirnya dibuang keluar dari tubuh melalui uretra. Adanya gangguan di saluran ini, seperti sumbatan, infeksi, striktur (terbentuknya jaringan ikat karena adanya luka), atau kelainan bentuk, bisa mengganggu frekuensi pipis dan jumlah urine bayi.
Jika disebabkan oleh gangguan pada saluran kemih, keluhan bayi jarang pipis bisa disertai sejumlah gejala berikut:
- Demam
- Anyang-anyangan, yaitu sering pipis tapi hanya sedikit-sedikit
- Malas makan dan lebih rewel dari biasanya
- Urine kental, berwarna gelap, dan berbau tak sedap
Kondisi ini tidak dapat dianggap remeh dan perlu segera diperiksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan.
3. Gangguan pada ginjal
Ginjal merupakan organ yang berfungsi menyaring dan membuang zat sisa melalui urine. Bila fungsi ginjal terganggu, produksi urine dapat menurun, sehingga bayi akan jarang pipis.
Faktor genetik, infeksi, cedera, hingga penyakit tertentu bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan pada ginjal bayi. Makanya, bila Si Kecil sama sekali tidak pipis atau terlihat pipisnya sangat sedikit padahal minumnya cukup, dan tubuhnya terlihat membengkak serta kulitnya terlihat pucat, segera periksakan Si Kecil ke dokter.
Penting bagi Bunda untuk rutin memeriksa dan mengganti popok bayi. Popok seharusnya menjadi agak basah, sedikit lebih berat, menggembung, dan berbau urine bila bayi pipis.
Nah, bila Bunda tak menemukan hal ini padahal sudah memberi Si Kecil cukup minum, bawalah ia ke dokter untuk mendapat pemeriksaan dan penanganan yang tepat.