Banyak orang tua yang panik dan buru-buru memberikan obat begitu bayi mereka sakit. Padahal, sebagian gangguan kesehatan yang dialami bayi tidak selalu memerlukan obat-obatan. Oleh karena itu, Anda perlu membaca dulu penjelasan di bawah ini sebelum memberikan obat untuk bayi.
Obat memang berfungsi untuk membantu menyembuhkan sakit yang diderita seseorang, termasuk anak-anak dan bayi. Hanya saja, pemberian obat untuk bayi tidak bisa dilakukan sembarangan. Jika tidak diberikan dengan tepat atau dosisnya tidak sesuai, hal ini justru bisa membahayakan kesehatan bayi.
Masalah pada Bayi yang Tidak Selalu Membutuhkan Obat
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang kemungkinan tidak membutuhkan pemberian obat untuk bayi:
1. Pilek
Pilek merupakan masalah kesehatan yang cukup umum terjadi, termasuk pada bayi. Pemberian obat pilek, seperti dekongestan dan antihistamin, umumnya tidak dianjurkan untuk bayi, karena berisiko menimbulkan efek samping berbahaya.
Pilek pada bayi biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu kurang lebih 1−2 minggu. Untuk mempercepat penyembuhan, pastikan Si Kecil istirahat yang cukup, jauhkan dari debu dan polusi, dan berikan lebih banyak ASI.
Jika Si Kecil sudah berusia di atas 6 bulan, Bunda juga bisa memberikan ia minuman hangat. Selain itu, Bunda juga bisa coba meneteskan atau menyemprotkan larutan air garam ke dalam hidungnya agar ia lebih mudah mengeluarkan lendir di hidung.
2. Batuk
Batuk adalah respons alami tubuh untuk mengeluarkan kuman, virus, lendir, dan debu yang menumpuk di saluran pernapasan. Oleh karena itu, saat bayi mengalami batuk, Bunda tidak perlu langsung memberikan obat batuk kepada Si Kecil.
Sama seperti penanganan pilek, Bunda juga bisa membiarkan Si Kecil istirahat yang cukup, memberikannya lebih banyak ASI atau susu formula, serta menjauhkannya dari debu dan polusi guna mempercepat proses penyembuhan.
3. Demam
Demam pada bayi umumnya terjadi ketika tubuh bayi sedang diserang oleh kuman atau virus. Namun, demam juga bisa muncul sebagai reaksi efek samping imunisasi.
Demam pada bayi biasanya tidak berbahaya jika ia masih tampak tenang, mau menyusu, dan aktif. Namun, jika demam terjadi pada bayi berusia di bawah 3 bulan atau disertai dengan keluhan lain, seperti sesak napas, lemas, tidak mau menyusu, muncul ruam di kulit, atau kejang, hal ini sebaiknya ditangani oleh dokter ya, Bun.
4. Diare
Saat bayi sedang diare, ia akan lebih sering buang air besar dan tekstur tinjanya akan encer atau berair. Selama tidak menimbulkan gejala lain, sebagian kasus diare pada bayi bisa sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan obat-obatan.
Selama diare, Bunda bisa memberikan Si Kecil lebih banyak ASI dan minuman elektrolit jika ia sudah bisa mengonsumsi MPASI.
Namun, jika diare yang dialami bayi disertai gejala muntah-muntah, lemah lesu, demam, tinja berwarna hitam atau putih, BAB berdarah, atau tidak mau menyusu, apalagi sampai muncul tanda-tanda dehidrasi pada bayi, hal ini tentu harus segera mendapat perawatan dokter di rumah sakit.
Untuk mengatasi diare yang disertai dehidrasi pada bayi, dokter akan memberikan obat-obatan dan cairan infus guna menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Panduan Memberikan Obat untuk Bayi
Idealnya, sebelum memberikan obat apa pun pada bayi dan anak-anak, orang tua perlu berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu. Setelah itu, jika hasil evaluasi dokter menunjukkan bahwa bayi memang membutuhkan pengobatan, ada beberapa panduan memberi obat yang perlu dipahami, yaitu:
- Beri tahu dokter bila bayi tidak sanggup mengonsumsi obat, misalnya saat ia selalu muntah tiap minum atau makan. Untuk menangani hal ini, dokter akan memberikan obat antimuntah atau memberikan obat melalui suntikan maupun infus.
- Selalu baca petunjuk penggunaan obat sebelum diberikan kepada bayi. Sebagian obat sebaiknya dikonsumsi saat perut kosong, sedangkan obat lain lebih efektif diserap tubuh saat dikonsumsi bersamaan dengan makanan lain.
- Konsultasikan terlebih dulu sebelum memberikan obat bebas untuk bayi.
- Saat membeli obat, pastikan orang tua memahami informasi mengenai tata cara dan dosis pemberian obat secara detail. Selalu tanyakan kepada ahli farmasi atau dokter jika ada hal yang belum jelas.
- Tanyakan kepada dokter mengenai efek samping obat yang mungkin bisa terjadi, misalnya alergi obat dan efek interaksi dengan obat lain, terutama jika bayi sedang menjalani pengobatan tertentu.
- Pastikan bahwa pada petunjuk pemakaian obat tersebut tercantum juga dosis untuk bayi. Jika tidak, bisa jadi obat tersebut memang tidak tepat untuk bayi.
- Cek tanggal kedaluwarsa dan segera buang jika usia obat telah melampaui tanggal tersebut.
- Hindari mencampur obat dengan minuman lain selain air putih, misalnya susu, jus, atau jamu, karena bisa memengaruhi kinerja obat.
Cara Memberikan Obat untuk Bayi dengan Benar
Berikut ini adalah panduan memberikan obat-obatan pada bayi dengan tepat:
- Cuci tangan sebelum menyiapkan atau memberikan obat.
- Jika obat yang diberikan berbentuk cair, kocok dahulu sebelum membuka kemasan. Ini untuk memastikan tidak ada endapan yang tertinggal di dalam obat.
- Gunakan sendok makan atau sendok teh, jika obat tersebut tidak menyediakan alat takar sendiri dan keterangan tersebut tertera pada petunjuk penggunaan obat.
- Hindari mengurangi atau menambah dosis obat yang dianjurkan.
- Sebagian dosis obat didasarkan kepada berat badan dan usia bayi. Ketahui dengan pasti berat badannya sebelum menentukan dosis yang tepat.
- Jangan keliru dalam membedakan antara takaran ’sendok makan’ (sdm) atau tablespoons (Tbsp/T) dengan ’sendok teh' (sdt) atau teaspoons (tsp/t). Pada umumnya, tidak ada obat bayi yang memerlukan takaran satu sendok makan penuh.
- Hindari memberikan obat-obatan yang tidak cocok untuk bayi dan anak-anak, misalnya aspirin.
- Cermati berapa kali obat tersebut harus diberikan, misalnya 3 kali sehari, 2 kali sehari, atau 2 jam sekali. Hindari memberikannya secara sekaligus.
Setelah membuka dan menggunakan obat, baca petunjuk penyimpanan obat. Biasanya, obat perlu disimpan di tempat yang tidak terpapar langsung oleh sinar matahari, misalnya di tempat yang kering dan sejuk.
Bayi jauh lebih rentan terhadap efek obat-obatan dibandingkan orang dewasa, terutama jika dosis dan waktu pemberian obat tidak tepat. Memberikan obat untuk bayi yang dijual bebas, apabila penggunaannya tidak benar, juga dapat menimbulkan risiko berbahaya bagi bayi.
Jika Anda masih ragu dengan cara memberikan obat untuk bayi atau ingin menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatan Si Kecil, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter secara online melalui Chat Bersama Dokter.