Bayi tabung atau in vitro fertilization adalah prosedur untuk membantu wanita agar bisa hamil. Prosedur ini diperuntukkan bagi pasangan yang sulit memiliki anak karena mengalami gangguan kesuburan.
Proses kehamilan bermula ketika sel telur yang matang dibuahi oleh sperma di saluran indung telur. Jika sel telur yang sudah dibuahi ini menempel di dinding rahim, normalnya janin akan mulai tumbuh di rahim, serta dilahirkan 9 bulan kemudian.
Bila ada gangguan pada organ panggul wanita atau masalah kesuburan pada pria, proses pembuahan tidak dapat berjalan normal. Pada kondisi ini, prosedur bayi tabung bisa dilakukan untuk membantu pasien wanita agar bisa hamil.
Bayi tabung dilakukan dengan menggabungkan sel telur dan sperma di laboratorium. Setelah penggabungan, sel telur yang sudah dibuahi (ovum) akan diletakkan kembali di rahim untuk menciptakan kehamilan.
Tujuan dan Indikasi Bayi Tabung
Prosedur bayi tabung dapat disarankan kepada pasien yang tidak kunjung hamil bahkan setelah menjalani program hamil dan inseminasi buatan.
Selain untuk mendapatkan kehamilan, prosedur bayi tabung juga bisa dilakukan untuk menurunkan risiko kelainan genetik yang diderita oleh orang tua menurun kepada janin.
Prosedur bayi tabung biasanya disarankan bagi pasangan suami istri yang menginginkan momongan, tetapi memiliki kondisi berikut:
- Terdapat sumbatan atau kerusakan pada saluran indung telur (tuba falopi)
- Pernah menjalani operasi pengangkatan atau sterilisasi tuba falopi (ligasi tuba)
- Mengalami gangguan ovulasi yang menyebabkan sel telur jarang atau tidak diproduksi
- Menderita endometriosis, yaitu jaringan dinding rahim (endometrium) tumbuh di luar dinding rahim
- Menderita miom, yaitu tumor jinak di dinding rahim yang bisa mengganggu penempelan dan pertumbuhan embrio di dalam rahim
- Mengalami gangguan pada fungsi, bentuk, dan produksi sperma, seperti kelainan bentuk dan ukuran sperma (teratospermia), pergerakan sperma yang lemah (asthenospermia), atau produksi sperma yang kurang (oligospermia)
- Menderita gangguan kesuburan yang tidak jelas penyebabnya
Peringatan dan Larangan Bayi Tabung
Prosedur bayi tabung tidak direkomendasikan pada wanita dengan gangguan kesehatan berikut:
- Sindrom Marfan
- Gagal jantung stadium lanjut
- Hipertensi pulmonal
- Sindrom Eisenmenger
- Koarktasio aorta
Pasangan suami istri dapat menjalani program bayi tabung jika kedua belah pihak sudah siap secara fisik dan mental. Namun, biasanya dibutuhkan lebih dari sekali tindakan (siklus) percobaan agar bayi tabung bisa sukses.
Penting untuk diketahui, bertambahnya usia wanita dapat menurunkan peluang keberhasilan program bayi tabung dan berisiko menimbulkan kelainan kromosom pada janin.
Berat badan berlebih dan gaya hidup tidak sehat, seperti kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol, juga berisiko menurunkan peluang keberhasilan bayi tabung.
Sebelum Bayi Tabung
Sebelum menjalani prosedur bayi tabung, ada serangkaian tes yang akan dilakukan oleh dokter, yaitu:
-
Ovarian reserve testing
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan kualitas sel telur dengan mengukur kadar follicle-stimulating hormone (FSH), anti-mullerian hormone (AMH), dan hormon estrogen pada awal siklus menstruasi. Bila diperlukan, dokter juga akan menjalankan USG panggul.
-
Pemeriksaan penyakit infeksi menular
Dokter akan melakukan pemeriksaan atau skrining kepada pasien dan pasangannya jika terdapat infeksi menular, misalnya HIV atau hepatitis B.
-
Pemeriksaan dinding rahim
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menyuntikkan cairan khusus ke dalam rahim melalui leher rahim, dilanjutkan dengan USG untuk mendapatkan gambaran rongga rahim (sonohisterografi). Pemeriksaan dinding rahim juga bisa dilakukan dengan memasukkan selang lentur berkamera ke rahim melalui vagina (histeroskopi).
-
Percobaan pemindahan embrio tiruan
Prosedur ini bertujuan untuk melihat ketebalan rongga rahim dan mencari teknik yang paling sesuai saat pengerjaan bayi tabung.
-
Tes sperma
Tes ini dilakukan untuk mengetahui jumlah, bentuk, dan kualitas sperma yang dimiliki pasien.
Prosedur Bayi Tabung
Prosedur bayi tabung terdiri dari lima tahap yaitu induksi ovulasi, pengambilan telur, pengambilan sperma, pembuahan, dan transfer embrio. Berikut adalah penjelasannya:
1. Induksi ovulasi
Induksi ovulasi adalah pemberian hormon sintetis dan obat-obatan, seperti:
- Follicle-stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), atau kombinasi keduanya untuk merangsang indung telur (ovarium)
- Human chorionic gonadotropin (hCG), umumnya diberikan 8–14 hari setelah suntikan perangsang ovarium, untuk membantu proses pematangan sel telur jika sel telur sudah siap untuk diambil
- Obat penekan ovulasi prematur, untuk mencegah sel telur lepas terlalu cepat dari indung telur
- Hormon progesteron sintetik yang diberikan pada hari pengambilan sel telur, untuk mempersiapkan dinding rahim menjadi tempat penempelan embrio
Induksi ovulasi umumnya memerlukan waktu 1–2 minggu sebelum sel telur dapat diambil. Selama proses ini, pasien juga akan menjalani USG transvaginal untuk memastikan sel telur tumbuh, serta tes darah guna memastikan hormon estrogen dan progesteron dalam kadar yang tepat.
Dokter dapat menunda proses bayi tabung jika pertumbuhan sel telur rendah, terlalu tinggi, atau bila terjadi ovulasi prematur. Selanjutnya, dokter akan mengulang proses ini dengan mengganti dosis hormon yang diberikan.
2. Pengambilan telur
Proses pengambilan telur dilakukan 34–36 jam setelah suntikan hormon terakhir dan sebelum ovulasi. Sebelum prosedur ini dilakukan, pasien akan diberikan suntik obat penenang dan antinyeri untuk mengurangi sakit yang muncul selama proses pengambilan telur berlangsung.
Berikut adalah tahapan dalam proses pengambilan telur:
- Sel telur akan diambil dari rahim menggunakan jarum kecil dengan panduan USG transvaginal. Jika tidak memungkinkan, dokter dapat membuat sayatan sebesar lubang kunci di dinding perut dan memasukkan jarum kecil dengan bantuan USG di perut.
- Beberapa sel telur akan disedot melalui jarum tersebut selama kurang lebih 20 menit. Telur yang sudah matang akan disimpan di wadah inkubasi yang berisi cairan khusus untuk dibuahi sperma.
3. Pengambilan sperma
Untuk mengambil sampel sperma, dokter akan meminta pasien pria melakukan masturbasi. Cara lain yang dapat dilakukan adalah mengambil sampel sperma langsung dari testis dengan menggunakan jarum.
4. Pembuahan
Proses pembuahan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
-
Inseminasi
Proses ini dilakukan dengan mencampur sperma dan sel telur yang sehat dalam waktu semalaman hingga menjadi embrio.
-
Intracytoplasmic sperm injection (ICSI)
ICSI dilakukan dengan menyuntikkan satu sperma sehat ke masing-masing sel telur. ICSI umumnya dilakukan ketika kualitas sperma buruk atau bila proses pembuahan dengan cara inseminasi gagal dilakukan. Perlu diingat bahwa tidak semua embrio dapat bertahan setelah proses pembuahan terjadi.
5. Transfer Embrio
Tahap terakhir ini dilakukan 3–5 hari setelah proses pengambilan telur, yaitu ketika embrio sudah mulai berkembang. Namun, sebelum embrio dipindahkan ke dalam rahim, dokter akan memeriksa apakah terdapat kelainan kromosom atau penyakit tertentu.
Beberapa tahapan yang dilakukan dokter dalam proses transfer embrio adalah:
- Memberikan penenang atau bius ringan untuk meredakan nyeri
- Memasukkan selang fleksibel (kateter) ke dalam rahim melalui vagina
- Menyuntikkan satu atau beberapa embrio ke dalam rahim melalui kateter
Proses ini dinyatakan berhasil jika embrio tertanam di dinding rahim dalam waktu 6–10 hari setelah embrio ditransfer.
Jika calon ibu mengalami kondisi tertentu dan transfer embrio perlu ditunda, dokter akan menyarankan agar embrio dibekukan terlebih dahulu.
Setelah Bayi Tabung
Beberapa hal yang harus diperhatikan setelah menjalani proses bayi tabung adalah:
- Pasien yang sudah menjalani prosedur bayi tabung bisa beraktivitas kembali. Namun, hindari aktivitas yang berat karena dapat memicu rasa tidak nyaman pada rahim.
- Setelah transfer embrio, cairan bening atau darah mungkin akan keluar dari vagina. Pasien juga bisa mengalami sembelit, kram perut, dan perut kembung. Selain itu, payudara pasien mungkin akan terasa nyeri akibat tingginya kadar hormon estrogen.
- Dokter akan memberikan hormon progesteron sintetis dalam bentuk suntik atau pil, untuk digunakan sampai 8–10 hari setelah transfer embrio. Obat ini berguna untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan embrio di rahim.
- Pasien perlu ke dokter bila mengalami demam, nyeri panggul, perdarahan berat dari vagina, atau terdapat darah dalam urine. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi, sindrom hiperstimulasi ovarium, atau indung telur terpuntir (torsi ovarium)
- Sekitar 12–14 hari setelah transfer embrio, pasien disarankan datang ke rumah sakit atau klinik untuk memeriksakan kehamilan.
- Bila terjadi kehamilan, dokter akan menyarankan penggunaan hormon sintetis dilanjutkan sampai 8–12 minggu. Dokter juga akan menyarankan pasien agar menjalani kontrol kehamilan rutin.
- Jika hasil bayi tabung negatif, dokter akan meminta pasien untuk menghentikan penggunaan hormon progesteron. Pasien biasanya akan mengalami haid dalam 1 minggu. Jika tidak menstruasi, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter.
Komplikasi atau Efek Samping Bayi Tabung
Berikut ini adalah beberapa komplikasi atau efek samping yang mungkin terjadi pada prosedur bayi tabung:
- Kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah
- Sindrom hiperstimulasi ovarium, akibat suntik obat kesuburan, seperti human chorionic gonadotropin (hCG)
- Kehamilan ektopik, yaitu kehamilan di luar rahim, seperti di tuba falopi
- Kelainan kromosom pada bayi
- Kehamilan kembar
- Keguguran
- Stres, yang bisa disebabkan oleh terkurasnya waktu, tenaga, dan uang