Bedah saraf adalah prosedur medis untuk mendiagnosis atau mengobati penyakit yang melibatkan sistem saraf. Bedah saraf tidak hanya dapat dilakukan pada otak, tetapi juga pada saraf tulang belakang dan saraf tepi yang terdapat di seluruh bagian tubuh, seperti pada wajah, tangan, dan kaki.
Prosedur bedah saraf dilakukan oleh dokter spesialis bedah saraf. Jenis bedah saraf yang dilakukan dapat berbeda-beda, tergantung pada penyakit yang akan didiagnosis atau diatasi. Cakupan penyakit yang bisa didiagnosis atau diatasi pun bermacam-macam, mulai dari kelainan kongenital, cedera kepala, tumor, infeksi, hingga stroke.
Teknik Bedah Saraf
Teknik dan metode bedah saraf yang dapat digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit saraf sangat beragam. Beberapa di antaranya adalah:
1. Bedah otak atau kraniotomi
Pada kraniotomi, dokter akan membuka dan mengangkat sebagian kecil tulang tengkorak agar dapat melakukan tindakan medis pada otak. Bagian tulang tengkorak yang diangkat tersebut dinamakan bone flap atau penutup tulang tengkorak. Kraniotomi dilakukan dengan bius total sehingga pasien tidak sadar selama operasi.
Setelah tulang tengkorak dipotong dan bone flap diangkat, dokter dapat melakukan berbagai prosedur medis, baik untuk kebutuhan diagnosis maupun untuk pengobatan.
Sebagai prosedur pengobatan, kraniotomi dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti mengangkat tumor, membuang abses otak, memperbaiki tulang tengkorak yang patah, dan membuang gumpalan darah.
2. Awake brain surgery (AWS)
Secara tindakan, AWS sama dengan bedah saraf kraniotomi. Bedanya, pada AWS pasien tidak diberikan bius total, melainkan hanya diberikan bius lokal dan obat penenang. Jadi, pasien berada dalam keadaan rileks, tetapi masih sadar dan bisa merespons dokter selama prosedur berlangsung.
AWS biasanya dilakukan untuk mengobati tumor otak atau kejang epilepsi, terutama jika bagian otak yang menyebabkan kejang terletak dekat dengan pusat penglihatan, pergerakan anggota badan, atau pusat berbicara.
Selama operasi, dokter akan memberikan pertanyaan atau meminta pasien melakukan sesuatu. Hal ini bertujuan agar dokter dapat memastikan bedah saraf dilakukan pada lokasi yang tepat.
3. Microsurgery atau bedah mikro
Bedah mikro merupakan teknik bedah saraf yang dilakukan dengan bantuan mikroskop untuk memperbaiki saraf tepi pada organ tubuh yang mengalami kerusakan. Penggunaan mikroskop pada bedah saraf mikro bertujuan agar dokter dapat melihat struktur saraf yang sangat halus, sehingga perbaikan saraf bisa lebih optimal.
4. Pemasangan ventriculoperitoneal shunt (VP Shunt)
VP shunt merupakan alat berupa saluran khusus yang terhubung dari otak ke rongga perut. Alat ini dipasang melalui prosedur pembedahan dan berfungsi untuk mengurangi penumpukan cairan otak pada penderita hidrosefalus.
5. Neuroendoskopi
Neuroendoskopi dilakukan menggunakan alat khusus berupa selang berkamera (endoskop) yang dimasukkan ke bagian dalam tengkorak melalui lubang kecil di tulang tengkorak, hidung, atau mulut. Metode ini memungkinkan dokter untuk memeriksa bagian otak yang sulit terlihat dengan kraniotomi biasa.
Neuroendoskopi dapat digunakan untuk mendiagnosis tumor, mengambil sampel jaringan, atau mengangkat tumor.
6. Stereotactic radiosurgery (SRS)
SRS merupakan metode bedah saraf yang agak berbeda dari metode lainnya seperti lobotomi, karena tidak membutuhkan sayatan pada kulit. SRS menggunakan radiasi yang difokuskan pada titik-titik tertentu di bagian otak untuk menghancurkan sel-sel tumor di otak, dengan sebisa mungkin tidak mengenai jaringan sehat di sekitarnya.
Radiasi yang dipancarkan akan merusak DNA sel-sel tumor dan membuat sel tersebut mati. Jenis radiasi yang digunakan dalam SRS bisa dalam bentuk sinar Rontgen, gamma, ataupun proton.
Indikasi Bedah Saraf
Berdasarkan penyakit yang bisa didiagnosis atau ditangani, prosedur bedah saraf dibagi menjadi beberapa kelompok. Berikut ini adalah kelompok-kelompok bedah saraf beserta penyakit sistem saraf yang dapat didiagnosis atau ditanganinya:
Bedah saraf tumor
Bedah saraf tumor merupakan prosedur bedah yang bertujuan untuk mendiagnosis dan mengobati tumor yang terdapat pada sistem saraf, seperti glioma, meningioma, neuroma akustik, tumor pineal, tumor hipofisis, dan tumor di dasar tulang tengkorak.
Bedah saraf vaskular
Prosedur bedah saraf ini digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit saraf akibat adanya kelainan pada pembuluh darah otak, seperti stroke, aneurisma otak, dan AVM.
Bedah saraf fungsional
Bedah saraf fungsional merupakan prosedur bedah saraf yang dapat mendiagnosis dan mengobati penyakit saraf akibat kelainan fungsi sistem saraf, seperti nyeri tulang belakang, trigeminal neuralgia, penyakit carpal tunnel syndrome, epilepsi, dan kedutan wajah (hemifacial spasm).
Bedah saraf traumatik
Prosedur bedah saraf traumatik digunakan untuk mengobati penyakit saraf pada otak dan tulang belakang akibat cedera, seperti perdarahan otak, hematoma subdural, hematoma epidural, dan patah tulang belakang.
Bedah saraf pediatrik
Bedah saraf pediatrik merupakan prosedur bedah saraf untuk menangani penyakit saraf pada bayi dan anak-anak, seperti hidrosefalus, tumor otak pada anak, spina bifida, cranial dysraphism, dan kraniosinostosis.
Bedah saraf spinalis
Prosedur bedah saraf spinalis digunakan untuk menangani penyakit tulang belakang kronis, seperti tumor saraf tulang belakang, spondilitis tuberkulosis, hernia nukleus pulposus, dan kelainan bentuk tulang belakang (misalnya skoliosis, lordosis, atau kifosis).
Peringatan Bedah Saraf
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum menjalani bedah saraf, yaitu:
- Beri tahu dokter jika sedang hamil atau merencanakan kehamilan.
- Beri tahu dokter jika memiliki alergi terhadap obat-obatan, termasuk obat penenang dan zat lainnya, misalnya lateks.
- Beri tahu dokter jika sebelumnya pernah menjalani suatu operasi.
- Beri tahu dokter jika memiliki riwayat gangguan perdarahan.
- Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat-obatan, termasuk produk herbal dan suplemen. Dokter mungkin akan meminta pasien untuk menghentikan penggunaan obat-obatan tertentu beberapa hari sebelum prosedur dilakukan.
- Beri tahu dokter jika memiliki implan medis di dalam tubuh, seperti klip aneurisma, alat pacu jantung, katup jantung buatan, dan neurostimulator atau stent.
- Beri tahu dokter jika dalam beberapa hari terakhir telah mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang cukup banyak.
- Berhenti merokok sebelum operasi guna mempercepat masa pemulihan.
Persiapan Bedah Saraf
Persiapan bedah saraf dapat berbeda-beda, tergantung jenis tindakan yang akan dilakukan dan kondisi kesehatan pasien. Namun umumnya, di awal dokter akan melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh untuk memastikan kondisi pasien aman untuk menjalani operasi.
Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan penunjang dengan CT scan, MRI, MEG scan, atau PET scan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi jaringan abnormal, perdarahan, abses, kista, atau tumor pada bagian dalam otak atau organ saraf lainnya secara visual.
Pasien juga perlu menjalani pemeriksaan untuk menentukan obat bius yang akan digunakan pada prosedur. Pasalnya, tiap teknik bedah saraf dapat membutuhkan penggunaan obat bius yang berbeda. Sebagai contoh, kraniotomi dan pemasangan VP shunt membutuhkan bius total, sedangkan AWS bisa dilakukan hanya dengan bius lokal.
Selain itu, pada prosedur bedah yang membutuhkan sayatan, seperti kraniotomi, AWS, dan bedah saraf mikro, dokter mungkin akan meminta pasien untuk menghentikan konsumsi obat-obatan pengencer darah, seperti aspirin, untuk mengurangi risiko perdarahan selama tindakan berlangsung.
Pasien mungkin juga akan diberikan antibiotik sebelum menjalani operasi, guna mencegah infeksi. Beberapa hal lain yang mungkin perlu dilakukan pasien adalah:
- Keramas menggunakan sampo antiseptik, bila akan menjalani kraniotomi
- Menghapus kosmetik dan melepas semua perhiasan yang dikenakan, termasuk gigi palsu, lensa kontak, kacamata, rambut palsu (wig), dan kuku palsu
- Mengganti pakaian dengan baju khusus operasi yang telah disediakan oleh rumah sakit
Prosedur Bedah Saraf
Pasien yang sudah siap menjalani prosedur bedah saraf akan dibawa ke ruang operasi. Pasien dapat diminta untuk duduk, telentang, atau telungkup di ranjang operasi, tergantung teknik bedah saraf yang akan dijalani.
Selanjutnya, dokter akan memberikan obat bius kepada pasien. Pasien yang diberikan bius total akan dipasangkan alat bantu napas. Selama operasi, tekanan darah, denyut jantung, dan suhu tubuh pasien akan terus dipantau.
Kebanyakan tindakan bedah saraf memerlukan pembuatan sayatan pada kulit (insisi). Lokasi sayatan berbeda-beda, tergantung jenis operasinya. Penjelasan lebih lengkapnya sebagai berikut:
Kraniotomi dan AWS
Pada kraniotomi dan AWS, sayatan akan dibuat di daerah kepala dan diikuti dengan pembukaan tulang tengkorak. Daerah tulang tengkorak yang dibuka disesuaikan dengan keperluan tindakan medis yang sudah dievaluasi sebelum operasi.
Setelah tulang tengkorak dibuka, dokter akan melakukan tindakan sesuai penyakit yang diderita pasien, misalnya pengangkatan tumor, pengangkatan gumpalan darah akibat stroke, atau pengangkatan abses otak.
Pasien yang menjalani AWS akan diberikan berbagai pertanyaan sederhana oleh dokter selama prosedur berlangsung. Tujuannya agar dokter dapat memastikan operasi dilakukan pada lokasi yang tepat. Selain pertanyaan, pasien juga dapat diminta untuk menggerakkan anggota tubuh tertentu.
Bedah mikro saraf tepi
Pada bedah mikro saraf tepi, sayatan akan dibuat di daerah anggota tubuh yang mengalami gangguan saraf tepi. Setelah sayatan dibuat, dokter akan melakukan perbaikan pada saraf motorik atau sensorik yang bermasalah menggunakan bantuan mikroskop.
Neuroendoskopi
Pada neuroendoskopi, dokter akan membuat sayatan di bagian dalam hidung lalu diikuti dengan pemotongan sebagian kecil tulang di sekitar hidung. Sayatan ini berfungsi sebagai akses masuk alat endoskop ke dalam otak melalui hidung.
Selanjutnya, dokter akan melakukan tindakan medis sesuai dengan kebutuhan pasien, misalnya pengangkatan tumor pineal, tumor hipofisis, atau tumor di dasar tulang tengkorak.
VP Shunt
Sayatan yang dibuat pada prosedur pemasangan VP shunt untuk mengatasi hidrosefalus dan peningkatan tekanan di dalam otak dilakukan di bagian belakang telinga.
Setelah sayatan dibuat, kateter akan dipasang dari kepala lalu disambungkan ke rongga perut. Kateter ini berfungsi untuk mengurangi penumpukan cairan otak dengan mengalirkan cairan tersebut ke rongga perut.
Stereotactic radiosurgery (SRS)
Khusus pada prosedur SRS, sayatan tidak dibutuhkan. Prosedur ini menggunakan mesin yang akan memancarkan sinar radiasi yang terfokus pada tumor di dalam otak dan berfungsi menghancurkan tumor tersebut tanpa merusak jaringan otak lainnya.
Pada prosesnya, pasien akan diposisikan telentang di mesin SRS. Selama prosedur SRS dilakukan, pasien akan tetap sadar, tapi diberikan obat penenang.
Operasi tulang belakang
Pada operasi tulang belakang, pasien akan diminta untuk telungkup. Sayatan akan dibuat di bagian tulang belakang yang akan dioperasi.
Tindakan selanjutnya yang dilakukan tergantung pada kondisi pasien. Sebagai contoh, untuk mengatasi hernia nukleus pulposus, dokter akan membuang sebagian atau seluruh bantalan tulang punggung yang menjepit saraf.
Setelah prosedur bedah selesai dilakukan, sayatan pada kulit akan dijahit dan ditutup dengan perban. Pada operasi yang membuka tulang tengkorak, bone flap akan dipasang kembali menggunakan pelat, kabel, atau jahitan khusus.
Setelah Bedah Saraf
Usai prosedur, pasien akan diberikan perawatan untuk memulihkan kondisi. Perawatan dapat dilakukan di ruang ICU atau di ruang rawat inap biasa.
Lamanya waktu pemulihan pada tiap pasien berbeda-beda, tergantung jenis prosedur bedah saraf yang dijalani, obat bius yang diberikan, dan tingkat keparahan penyakit saraf yang diderita. Selama masa pemulihan, tekanan darah, kadar oksigen dalam darah, denyut jantung, dan laju pernapasan pasien juga akan terus dipantau.
Pasien yang menjalani prosedur bedah otak, seperti kraniotomi, perlu berbaring dengan posisi kepala lebih tinggi dari anggota badan yang lain. Tujuannya adalah untuk mencegah penumpukan cairan dan aliran darah di kepala, serta menghindari pembengkakan pada kepala dan wajah.
Dokter juga dapat memberikan obat-obatan untuk mencegah penumpukan cairan di kepala, tekanan darah tinggi, dan pembengkakan otak. Hal ini penting untuk menunjang proses penyembuhan pasien.
Pada pasien yang menjalani kraniotomi, dokter juga akan memeriksa fungsi otak pasien dengan melihat beberapa hal berikut:
- Gerakan mata dan pupil melalui penyinaran senter ke mata
- Gerakan tangan dan kaki
- Kekuatan tangan dan kaki
- Orientasi pasien, dengan menanyakan beberapa pertanyaan sederhana, seperti nama, tanggal, dan tempat pasien berada
Selama masa awal pemulihan, pasien kraniotomi tetap akan dipasangkan alat bantu pernapasan. Pasien akan dilatih untuk bernapas setelah alat bantu pernapasan dilepas. Latihan pernapasan ini berfungsi agar pasien dapat menggunakan paru-parunya kembali secara normal serta mencegah pneumonia.
Dokter juga akan memberikan obat-obatan untuk menunjang proses pemulihan dan meredakan efek samping akibat prosedur yang mungkin muncul. Obat-obatan tersebut dapat berupa:
- Dexamethasone, untuk meringankan peradangan
- Antibiotik, untuk mencegah komplikasi akibat infeksi bakteri
- Obat pengencer darah, untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah
- Antikonvulsan, untuk mencegah kejang
Setelah kondisi membaik dan stabil, pasien akan diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan. Namun sebelumnya, dokter akan terlebih dahulu membuat jadwal untuk pemeriksaan berkala.
Dokter juga akan memberi penjelasan mengenai perawatan lain yang harus dilakukan oleh pasien saat di rumah, seperti:
- Menjaga luka jahitan tetap bersih dan kering
- Mengonsumsi obat pereda nyeri untuk mengatasi sakit kepala yang mungkin timbul saat bernapas, batuk, atau melakukan aktivitas fisik
- Melakukan latihan pernapasan secara rutin untuk mencegah terjadinya pneumonia
- Meningkatkan jumlah aktivitas fisik secara berkala, tapi tetap menghindari mengangkat benda berat selama beberapa minggu guna mencegah terjadinya robekan pada jahitan
- Tidak mengendarai kendaraan hingga diizinkan oleh dokter
Komplikasi Bedah Saraf
Setiap jenis prosedur bedah saraf memiliki risiko untuk menimbulkan komplikasi, baik saat operasi maupun setelahnya. Berikut ini adalah komplikasi-komplikasi yang dapat muncul dari masing-masing jenis bedah saraf:
Neuroendoskopi
- Sakit kepala
- Mual
- Muntah
- Pembengkakan pada otak
- Kebocoran cairan serebrospinal
- Perdarahan
- Infeksi pada lokasi pembedahan
- Gangguan gerakan mata
- Kelemahan pada sebelah tubuh
Stereotactic radiosurgery (SRS)
- Merasa lemas dan lelah, terutama beberapa hari setelah menjalani SRS
- Kulit kepala menjadi kemerahan, terutama di lokasi alat radioterapi ditempel
- Rambut rontok
- Pembengkakan pada otak atau di lokasi pengobatan tumor, yang ditandai dengan gejala seperti sakit kepala, mual, dan muntah
Kraniotomi
- Penggumpalan darah
- Perdarahan
- Infeksi
- Kejang
- Pembengkakan pada otak
- Pneumonia
- Tekanan darah tidak stabil
- Otot melemah
- Kebocoran cairan serebrospinal
Awake brain surgery (AWS)
- Kehilangan ingatan
- Gangguan koordinasi anggota badan
- Gangguan keseimbangan
- Stroke
- Meningitis
- Gangguan penglihatan
- Kejang
- Kesulitan berbicara dan belajar
- Otot terasa lemah
VP shunt
- Infeksi pada otak atau saluran VP shunt
- Perdarahan otak
- Pembengkakan dan terbentuknya gumpalan darah di otak
- Kerusakan jaringan otak