Saat anak pertama hadir, mungkin Bunda dan Ayah akan jadi sibuk dengan rutinitas baru sebagai orang tua. Wajar saja bila kalian sering kelelahan karena semua waktu dan perhatian tercurahkan untuk Si Kecil. Tetapi, jangan sampai Bunda dan Ayah malah melupakan keintiman hubungan kalian berdua, ya.
Tidak mudah memang menjalankan dua peran sekaligus, yakni sebagai istri dan juga sebagai orang tua, tapi bukan berarti Bunda tidak bisa, lho! Lahirnya Si Kecil seharusnya bisa membuat ikatan Bunda dan Ayah menjadi lebih erat lagi, bukan malah sebaliknya. Ingat, kalian berdua adalah partner untuk membesarkan anak kalian.
Tips Menjaga Hubungan dengan Suami setelah Memiliki Anak Pertama
Bila Bunda merasakan hubungan dengan suami menjadi agak renggang setelah anak pertama lahir, coba deh terapkan tips-tips berikut ini:
1. Berbagi tugas untuk mengasuh anak
Setelah Si Kecil lahir, tentu saja pekerjaan rumah akan menjadi lebih banyak. Bila Bunda tidak memiliki asisten rumah tangga, berbagi tugas dengan suami boleh-boleh saja, kok. Namun, rundingkan dulu baik-baik dengan suami mengenai pembagian tugasnya.
Sebagai contoh, bila Bunda mencuci pakaian, suami bisa mendapat tugas untuk menjemurnya, atau jika Bunda menyapu, suami bisa mengepel.
Jika pekerjaan rumah tangga dikerjakan bersama-sama, selain membuat rumah tetap bersih dan nyaman untuk ditinggali, energi Bunda pun tidak terkuras sendiri. Kerja sama tim seperti ini juga bisa membuat hubungan kalian makin erat, lho.
2. Ungkapkan perasaan pada suami
Seberapa pun dekatnya Bunda dan Ayah sebelum memiliki momongan, bukan berarti ia bisa membaca pikiran Bunda. Agar tak muncul konflik yang tidak diinginkan, cobalah untuk lebih sering mengungkapkan kepadanya apa yang Bunda rasakan secara jujur dan terbuka.
Utarakan saja apa yang menjadi keluhan Bunda. Sebaliknya, dengarkan juga apa yang dikeluhkan suami. Dengan begitu, Bunda dan Ayah bisa memahami perasaan masing-masing. Jika ada masalah, kalian juga bisa mengambil jalan keluar bersama-sama.
3. Sebisa mungkin lakukan kontak fisik setiap hari
Padatnya aktivitas bisa membuat Bunda malas untuk sekadar bermanja-manja dengan suami. Namun, bila Bunda ingin hubungan dengan suami tetap intim setelah memiliki anak pertama, tidak ada salahnya meluangkan waktu untuk melakukan kontak fisik setiap hari.
Tidak harus selalu berhubungan intim di ranjang, Bunda bisa memeluk atau menciumnya ketika akan tidur atau saat bangun tidur. Utarakan keinginan Bunda ini kepada suami ya, agar ia tidak terkejut.
4. Jaga penampilan
Setelah melahirkan, bukan berarti Bunda tidak perlu lagi memperhatikan penampilan. Agar kepercayaan diri terjaga, tetaplah merawat diri dan menjaga penampilan sebaik mungkin.
Sesekali, gantilah daster Bunda dengan pakaian yang lebih rapi ketika suami pulang kerja. Bunda juga bisa memoleskan sedikit riasan di wajah agar terlihat lebih segar dan lebih menarik bagi suami. Variasi penampilan baru yang segar dan menarik bisa membuat hubungan Bunda dengan suami tetap terjaga.
5. Atur jadwal berkencan
Memiliki anak bukan berarti Bunda dan suami tidak bisa berduaan seperti masa pacaran dulu. Yuk, sesekali atur jadwal kencan dengan suami. Tidak harus pergi ke tempat yang jauh, kok. Sekadar menonton film di bioskop atau dinner di tempat yang dulu sering kalian datangi juga bisa.
Ketika Bunda dan Ayah akan berkencan, jangan lupa untuk menitipkan Si Kecil pada saudara atau kakek dan neneknya. Pastikan semua kebutuhan Si Kecil sudah disiapkan, agar orang yang mengasuhnya nanti tidak kewalahan.
Selain tips-tips di atas, cobalah untuk mengatakan “aku sayang kamu” kepada suami setiap hari. Dengan ungkapan rasa cinta tersebut, dirinya akan merasa lebih dicintai dari hari ke hari.
Selain itu, penting juga untuk mengatakan “terima kasih” atas apa pun yang telah suami lakukan untuk Bunda dan juga buah hati kalian. Melalui kata-kata tersebut, ia merasa jadi lebih dihargai sebagai kepala keluarga dan hubungan kalian akan tetap terjaga.
Bila Bunda telah melakukan tips-tips di atas tapi hubungan dengan suami masih belum sehangat dulu, cobalah lakukan konseling pernikahan atau konsultasikan dengan psikolog agar dapat diberikan solusi yang tepat.