Mekanisme pernapasan perut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan mekanisme pernapasan dada. Hanya saja, pada teknik pernapasan perut, otot yang digunakan saat bernapas adalah otot diafragma.
Pernapasan perut, yang juga dikenal dengan pernapasan diafragma, merupakan salah satu teknik pernapasan yang dapat membuat Anda bernapas lebih baik. Hal ini karena proses pernapasan perut akan dibantu oleh otot diafragma, yaitu otot yang terletak di antara perut dan paru-paru.
Saat Anda mengambil napas menggunakan pernapasan perut, diafragma akan secara otomatis berkontraksi dan membuat paru-paru mengembang lebih besar. Dengan begitu, fungsi paru-paru pun akan meningkat sehingga bisa memperoleh oksigen lebih banyak.
Pernapasan perut umumnya dilakukan saat meditasi untuk mengurangi stres dan menurunkan tekanan darah tinggi. Tak hanya itu, teknik pernapasan ini juga dipercaya dapat meredakan sesak napas, terutama pada penderita asma dan penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK).
Bahkan, teknik pernapasan perut juga sering digunakan oleh para penyanyi agar bisa menyanyi dengan nada yang tinggi.
Tahapan Mekanisme Pernapasan Perut
Mekanisme pernapasan perut sebenarnya hampir sama dengan mekanisme pernapasan dada. Sebab, proses bernapas tetap dilakukan secara normal. Satu-satunya yang membedakan hanyalah penggunaan otot diafragma yang lebih dominan selama melakukan teknik pernapasan ini.
Berikut adalah tahapan dalam mekanisme pernapasan perut yang penting untuk diketahui:
1. Menarik napas
Saat menarik napas, otot diafragma akan berkontraksi dengan otot di antara tulang rusuk guna mengangkat tulang rusuk ke atas dan membuat rongga dada membesar. Kondisi ini akan memberi ruang bagi paru-paru untuk mengembang dan menampung udara yang dihirup melalui hidung atau mulut.
Mekanisme ini sebenarnya juga terjadi pada pernapasan dada. Bedanya, otot yang lebih dominan saat berkontraksi adalah otot di antara tulang rusuk. Sementara itu, pada pernapasan perut, otot diafragma berperan besar dalam mengangkat tulang rusuk ketika menarik napas.
2. Pertukaran udara
Setelah masuk ke dalam paru-paru, udara akan melewati bronkus dan bronkiolus, sebelum akhirnya dialirkan ke alveolus. Alveolus sendiri adalah kantung udara kecil tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam sistem pernapasan.
Di dalam alveolus, oksigen akan diikat oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. Sel darah merah pula yang berperan untuk menyalurkan oksigen dari paru-paru ke seluruh sel tubuh untuk menghasilkan energi.
Pada saat yang bersamaan, sel darah merah dari seluruh tubuh juga akan kembali ke paru-paru dengan mengikat karbon dioksida. Zat tersebut merupakan hasil dari perubahan oksigen menjadi energi yang akan dikeluarkan dari paru-paru ketika membuang napas.
3. Membuang napas
Otot diafragma dan otot di antara tulang rusuk yang berkontraksi akan kembali rileks saat membuang napas. Kondisi ini akan mengurangi tekanan pada tulang rusuk sehingga menyebabkan paru-paru mengempis disertai dengan rongga dada yang mengecil.
Ketika hal itu terjadi, karbon dioksida akan dialirkan keluar dari paru-paru melalui tenggorokan, kemudian dibuang dari dalam tubuh melalui hidung atau mulut.
Cara Melakukan Pernapasan Perut
Setelah mengetahui mekanisme pernapasan perut, penting bagi Anda untuk mengetahui cara melakukannya agar bisa mendapatkan manfaat dari teknik pernapasan yang satu ini.
Terdapat beberapa langkah yang perlu Anda ikuti untuk melakukan pernapasan perut, yaitu:
- Pastikan tubuh Anda dalam keadaan rileks dengan posisi duduk atau telentang.
- Letakkan satu tangan di dada, sementara satu tangan lainnya di perut.
- Tarik napas melalui hidung atau mulut hingga perut Anda mengembang. Kemudian, tahan napas selama beberapa detik.
- Hembuskan napas secara perlahan hingga perut kembali mengempis.
Agar manfaat pernapasan perut dapat dirasakan secara optimal, Anda disarankan untuk melakukannya sebanyak 3–4 kali dalam sehari selama 10 menit.
Risiko Terlalu Sering Melakukan Pernapasan Perut
Meski memiliki beragam manfaat, terlalu sering melakukan mekanisme pernapasan perut terkadang juga dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan.
Teknik pernapasan memang sering dianjurkan untuk dilakukan saat cemas atau panik sedang menyerang. Namun, pada beberapa orang melakukan pernapasan perut justru bisa meningkatkan rasa cemas atau panik yang sifatnya sementara.
Nah, oleh karena itu, jika setelah melakukan teknik pernapasan ini Anda juga mengalami keluhan serupa, maka hentikan dan lanjutkan dengan teknik pernapasan yang biasa.
Selain itu, terlalu sering bernapas menggunakan otot diafragma juga akan membuat otot tersebut melemah. Kondisi ini juga bisa memicu Anda menjadi cepat lelah dan justru bisa membuat terasa lebih sulit untuk bernapas. Hal ini akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Satu lagi yang perlu diingat, meski teknik pernapasan ini dipercaya dapat meredakan gejala asma dan PPOK, melakukan mekanisme pernapasan perut tetap tidak bisa menggantikan pengobatan yang disarankan oleh dokter.
Oleh sebab itu, jika gejala asma dan PPOK tetap muncul meski sudah melakukan teknik pernapasan perut, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai dengan kondisi Anda.