Hamil dan melahirkan membutuhkan kesiapan fisik dan mental. Oleh karena itu, ada batas usia minimum dan maksimum yang disarankan bagi wanita untuk hamil dan melahirkan. Hal ini karena ada risiko tertentu yang bisa terjadi, terutama jika hamil dan bersalin terjadi di usia muda.
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), usia ideal menikah adalah minimal 21 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria. Hal ini juga dianjurkan dalam beberapa penelitian di Indonesia.
Alasannya, rata-rata pria dan wanita di Indonesia pada usia ini sudah memiliki kesiapan, baik dari segi mental, fisik, dan finansial. Selain itu, pria dan wanita pada usia ini juga dinilai sudah menjadi pribadi yang lebih matang dan mampu dalam menjalani lika-liku kehidupan rumah tangga, sehingga risiko terjadinya perceraian akan lebih kecil.
Ini Bahaya Hamil di Usia Muda bagi Wanita
Anjuran bagi wanita untuk tidak menikah sebelum usia 21 tahun salah satunya adalah karena pertimbangan kesehatan. Normalnya, setelah menikah dan aktif berhubungan seksual, wanita yang sudah menstruasi memiliki peluang besar untuk segera hamil.
Kehamilan yang terjadi di bawah usia 21 tahun berisiko menimbulkan bahaya selama kehamilan dan melahirkan, baik bagi diri ibu maupun calon bayinya. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Melahirkan bayi prematur
Salah satu bahaya hamil di usia muda adalah tingginya risiko melahirkan secara prematur. Kelahiran prematur terjadi ketika bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Makin awal bayi dilahirkan, makin besar pula risiko bayi mengalami gangguan kesehatan. Hal ini karena perkembangannya di dalam rahim tidak akan semaksimal jika ia dilahirkan tepat waktu. Bayi prematur berisiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan pernapasan atau bahkan kematian mendadak.
2. Bayi lahir dengan berat badan di bawah normal
Karena berisiko lahir secara prematur, bayi dari ibu yang terlampau muda juga berisiko memiliki berat badan di bawah normal, yakni sekitar 1–2 kg saja. Padahal, normalnya bayi yang lahir cukup bulan memiliki berat badan di atas 2,5 kg.
Bayi yang lahir dari ibu berusia belia dianggap rentan kekurangan gizi. Hal ini karena wanita pada usia ini cenderung belum mengerti pola makan yang baik dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kehamilan, sehingga mereka lebih mungkin untuk abai dalam menjaga kesehatan dirinya dan janinnya.
3. Berisiko tinggi mengalami preeklamsia dan anemia
Wanita yang hamil di usia muda juga sangat berisiko untuk mengalami preeklamsia, yakni peningkatan tekanan darah yang disertai dengan adanya protein dalam urine. Kondisi ini tidak bisa dianggap sepele karena bisa berkembang menjadi eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin.
Selain preeklamsia, ibu hamil yang berusia sangat muda juga berisiko mengalami anemia. Anemia yang terjadi saat hamil juga bukan masalah yang ringan karena dapat menghambat tumbuh kembang janin dan membahayakan nyawa ibu saat persalinan.
4. Mengalami pendarahan berat ketika melahirkan
Usia 21 tahun dipilih sebagai usia ideal untuk menikah dan memiliki keturunan karena pada usia ini pinggul wanita memiliki ukuran yang sempurna dan siap menjadi rumah sementara untuk menopang bayi.
Ibu yang melahirkan di bawah usia ideal tersebut berisiko lebih tinggi untuk mengalami pendarahan yang berat setelah persalinan. Jika terjadi pendarahan pascapersalinan, risiko terjadinya kematian pada ibu juga akan meningkat.
Alasan-alasan itulah yang merupakan dasar dari anjuran untuk tidak menikah dan melahirkan di usia sangat muda. Hal ini bukan hanya karena dampak jangka pendeknya, melainkan juga dampak dalam jangka panjang.
Dengan persiapan yang matang dan tidak terburu-buru, pernikahan, rumah tangga, dan kehamilan bisa direncanakan dengan baik. Dengan begitu, kehamilan dan kelahiran yang sehat serta keluarga yang harmonis dan sejahtera bisa tercapai.
Nah, jika kamu sedang mempertimbangkan untuk menikah di usia dini, coba pikirkan hal-hal di atas terlebih dahulu dan tunda hingga kamu benar-benar siap. Selain itu, hindari juga melakukan seks bebas, karena hal ini pun berbahaya bagi kesehatan, bahkan risikonya bisa lebih besar.
Sembari menunggu waktu terbaik untuk menikah dan memiliki keturunan, kamu dan pasanganmu bisa membekali diri dengan pengetahuan seputar pernikahan, kehidupan dalam rumah tangga, kehamilan, dan pola asuh anak.
Ingat, setelah menikah, kehidupanmu tidak akan sama lagi seperti waktu kamu masih lajang. Peran dan tanggung jawabmu pun akan makin besar, khususnya setelah memiliki anak. Dibutuhkan banyak sekali persiapan yang mungkin belum kamu bayangkan sekarang.
Jika kamu terpaksa menikah di usia muda, misalnya karena tuntutan orang tua, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran mengenai cara menunda kehamilan atau cara menjaga kesehatan diri sendiri dan janin bila memang ternyata nanti kamu segera hamil setelah menikah.