Homeschooling atau menyekolahkan anak di rumah kerap kali menuai kritik. Salah satu hal yang sering disorot adalah perkembangan kemampuan sosialisasi anak. Anak homeschooling dianggap memiliki teman yang lebih sedikit daripada anak yang belajar di sekolah konvensional. Benarkah demikian?
Belakangan ini, banyak orang tua memilih menyekolahkan anaknya di rumah atau homeschooling daripada di sekolah konvensional. Umumnya, pilihan homeschooling diambil karena orang tua menilai bahwa sistem pendidikan di sekolah konvensional kurang memuaskan.
Tidak seperti anak yang pergi ke sekolah pada umumnya, anak-anak homeschooling lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga. Hal inilah yang dianggap sebagai pembatas kemampuan sosial anak homeschooling untuk berkembang.
Sosialisasi ala Anak Homeschooling
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak homeschooling tetap memiliki kemampuan sosialisasi yang baik. Hal ini dinilai dari perilaku anak, nilai-nilai martabat yang dipegangnya, dan motivasi yang dibutuhkan untuk berperan aktif sebagai anggota masyarakat.
Bahkan, dari penelitian tersebut, pengalaman sosialisasi anak homeschooling dinilai tergolong lebih dari cukup. Di sisi lain, penelitian menunjukkan bahwa belajar di sekolah konvensional juga tidak lantas menjamin seorang anak akan memiliki kemampuan sosialisasi yang baik.
Terbentuknya kemampuan sosialisasi yang baik didukung oleh pengembangan tingkah laku positif, seperti menghormati pendapat yang berbeda, rasa tanggung jawab, kemampuan mengendalikan diri, dan bekerja sama yang baik. Hal ini bisa dibentuk melalui banyak metode, termasuk metode homeschooling.
Masih berdasarkan penelitian, ada kemungkinan homeschooling lebih bermanfaat dalam pengembangan kemampuan sosial daripada sekolah konvensional. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa kebanyakan anak homeschool:
- Merasakan pengalaman persahabatan yang lebih berkualitas di masa kecil
- Cenderung memiliki lebih sedikit masalah atau gangguan perilaku selama masa remaja
- Lebih terbuka terhadap pengalaman baru di universitas
- Lebih terlibat dalam kegiatan bermasyarakat ketika dewasa
Selain itu, homeschooling juga dapat menjadi solusi bagi anak-anak yang kerap mengalami perundungan (bullying) di sekolah, sehingga anak bisa bebas dari tekanan kelompok sosial teman sebaya yang mungkin membuatnya tidak nyaman.
Namun, yang sangat penting untuk diperhatikan adalah peran orang tua dalam mengajarkan sosialisasi pada anak homeschooling. Dibanding guru kelas, orang tua dapat menjadi agen sosialisasi yang lebih baik bagi anak sebab orang tua pasti lebih tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan anak.
Berdasarkan sebuah studi, kemampuan sosial anak homeschooling umumnya berkembang dalam momen yang bersifat spontan atau tidak direncanakan. Orang tua sebagai agen sosialisasi utama anak di rumah bisa mengantisipasi ini dengan membuat suasana komunikasi di rumah selalu responsif dan suportif.
Aktivitas Sosial Anak Homeschooling
Meski tidak bertemu dengan teman-teman di sekolah, ada cara-cara yang dapat dilakukan agar anak homeschooling tetap aktif bersosialisasi, di antaranya:
1. Melakukan kegiatan yang bermanfaat
Anak homeschooling bisa mendapat pengalaman berosialisasi dengan cara berinteraksi langsung dengan obyek atau lingkungan yang sedang dipelajarinya, seperti museum, perpustakaan umum, atau pantai. Anak-anak juga dapat menjadi relawan di komunitas tertentu yang sesuai dengan tugas atau bidang yang mereka pelajari.
2. Memanfaatkan internet
Internet dapat menunjang kemampuan sosialisasi anak homeschooling. Anak tetap bisa berinteraksi dengan reman-temannya melalui surat elektronik, pesan singkat, telepon video, atau media sosial. Namun, pendampingan orang tua dan guru homeschooling dalam hal ini sangat dibutuhkan agar anak tidak terpapar hal-hal negatif di internet.
3. Membuat kelompok belajar
Anda dan orang tua lain yang sama-sama menerapkan homeschooling dapat membuat kelompok belajar untuk anak, sehingga anak bisa bermain dan belajar bersama. Diskusikan bersama orang tua lainnya untuk membuat kelas menari, berenang, atau berbagai aktivitas luar ruangan.
4. Mengikuti berbagai komunitas
Untuk meningkatkan interaksi anak dengan orang lain atau masyarakat di sekitarnya, anak homeschooling juga bisa bergabung dalam komunitas lokal, seperti paduan suara, kegiatan keagamaan, atau kelompok olahraga seperti klub sepakbola.
Tidak seperti anggapan umum, homeschooling tidak mesti berdampak buruk pada kemampuan sosialisasi anak. Namun sebelum memilih homeschooling untuk anak, ada baiknya orang tua mempertimbangkan dengan matang mengenai kesiapan anak dan diri mereka sendiri untuk menjalani homeschooling.
Jika anak sudah cukup besar, libatkan ia sebelum memutuskan. Selain itu, terlepas dari homeschooling atau sekolah konvensional, ingatlah bahwa orang tua tetap memegang peranan penting dalam mendidik anak.
Untuk memantau kondisi psikologis anak selama menjalani homeschooling, Anda bisa memanfaatkan fasilitas layanan konsultasi psikologi anak dengan psikolog.