Benjolan payudara adalah jaringan yang teraba lebih padat atau menonjol di dalam payudara. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal. Benjolan payudara umumnya tidak berbahaya, bahkan kadang bisa hilang dengan sendirinya, dan hanya sebagian kecil benjolan payudara bersifat ganas atau kanker.
Benjolan payudara memiliki ukuran, bentuk, atau karakteristik yang berbeda-beda, tergantung pada penyebabnya. Ada benjolan yang teraba padat, ada pula yang teraba menonjol tetapi lunak. Benjolan payudara juga bisa terasa sakit terus-menerus, hanya terasa sakit saat ditekan atau ketika haid, bisa juga tidak nyeri sama sekali.
Meskipun umumnya dialami oleh perempuan, benjolan payudara juga sebenarnya bisa dialami oleh laki-laki. Pada laki-laki, benjolan payudara kebanyakan berupa ginekomastia, yaitu pembesaran kelenjar payudara pria, yang bisa terjadi akibat berat badan berlebih, gangguan hormon, atau efek samping obat.
Penyebab Benjolan Payudara
Ada banyak kondisi yang bisa menyebabkan benjolan payudara, dan umumnya kondisi tersebut tidak berbahaya. Penyebab benjolan payudara akan menentukan sifat atau karakteristik dari benjolan, serta gejala lain yang sering menyertai.
Berikut ini adalah penjelasan dari kondisi-kondisi yang paling umum menjadi penyebab benjolan payudara, beserta ciri-cirinya:
1. Kista payudara
Kista adalah benjolan payudara berupa kantong yang berisi cairan. Benjolan payudara ini umumnya teraba seperti anggur atau balon yang berisi air dan dapat digerak-gerakkan. Biasanya, benjolan kista payudara akan membesar dan terasa nyeri sebelum menstruasi, tetapi akan mengecil kembali setelah haid selesai.
Benjolan payudara ini lebih sering dialami oleh wanita usia 30–50 tahun, khususnya menjelang masa menopause, juga pada wanita yang menjalani terapi pengganti hormon. Kista payudara bersifat jinak dan umumnya tidak memerlukan penanganan khusus.
Jika benjolan terasa nyeri saat mendekati menstruasi, Anda bisa mengatasinya dengan memberi kompres dingin pada payudara atau minum obat pereda nyeri, seperti paracetamol.
Penyebab terbentuknya kista payudara belum diketahui, tetapi kondisi ini diduga terkait dengan perubahan hormon wanita pada siklus menstruasi.
2. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah benjolan payudara jinak yang terbentuk dari jaringan kelenjar payudara dan jaringan ikat. Benjolan payudara akibat fibroadenoma berbentuk bundar atau oval, serta bertekstur padat dan kenyal, dengan bagian tepi yang mudah dirasakan maupun digerakkan.
Fibroadenoma dapat terjadi pada satu atau kedua payudara. Kondisi ini paling sering dialami oleh wanita usia 15–35 tahun. Belum diketahui penyebab pasti fibroadenoma. Akan tetapi, kondisi ini diduga terjadi karena penderita lebih sensitif terhadap peningkatan hormon estrogen.
Umumnya, fibroadenoma akan mengecil dan hilang dengan sendirinya sehingga tidak memerlukan penanganan. Namun, Anda tetap perlu rutin memantau benjolan dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Jika benjolan membesar atau terasa nyeri, konsultasikanlah ke dokter untuk memastikan kondisinya.
3. Fibrokistik payudara
Fibrokistik payudara adalah pertumbuhan jaringan ikat dan kista yang jinak di dalam kelenjar payudara. Meski sama-sama ada pertumbuhan kista, benjolan fibrokistik payudara lebih banyak mengandung jaringan ikat jika dibandingkan benjolan akibat kista payudara. Benjolan payudara ini umumnya terasa padat dan memanjang.
Benjolan pada fibrokistik payudara biasanya terasa nyeri dan bengkak mendekati waktu menstruasi. Keluhan ini bisa ditangani dengan minum paracetamol atau memberi kompres dingin di payudara. Umumnya, kondisi ini akan membaik pada hari pertama haid.
Fibrokistik umum terjadi pada wanita usia 20–50 tahun. Kondisi ini tidak berbahaya dan tidak meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara, serta tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, jika Anda merasa benjolan membesar atau nyeri, konsultasikanlah dengan dokter.
Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, kemunculan fibrokistik payudara diduga terkait dengan naik-turunnya kadar hormon estrogen pada siklus menstruasi.
4. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara. Kondisi ini ditandai dengan payudara yang membengkak, kemerahan, hangat, dan nyeri jika disentuh. Penderita mastitis juga mungkin mengalami demam atau menggigil.
Mastitis sering dialami oleh ibu menyusui akibat penyumbatan pada saluran ASI. ASI yang tersumbat dapat mengendap di dalam payudara, kemudian menyebabkan peradangan yang berujung infeksi. Selain itu, mastitis juga dapat terjadi akibat masuknya bakteri ke dalam payudara melalui luka di kulit maupun lubang puting.
Mastitis dapat ditangani dengan mengompres payudara menggunakan kompres dingin untuk meredakan nyeri atau bengkak, dan tetap lanjut menyusui. Ibu menyusui juga disarankan untuk memijat payudara dengan lembut dari area yang bengkak ke arah puting sehingga sumbatan di saluran ASI lebih cepat hilang.
Konsultasikan dengan dokter jika mastitis belum membaik dengan cara di atas. Bila peradangan payudara disebabkan oleh infeksi, dokter dapat memberikan pengobatan dengan antibiotik untuk mengatasinya.
5. Lipoma payudara
Lipoma adalah benjolan yang terbentuk dari lemak. Kondisi ini termasuk tumor jinak, tidak berbahaya, dan tidak menimbulkan nyeri, tetapi bisa mengganggu bila ukurannya cukup besar. Benjolan lipoma payudara umumnya teraba seperti bola, kenyal, dan mudah digerakkan.
Meski dapat dialami oleh wanita pada semua usia, benjolan payudara ini lebih sering terjadi pada wanita usia 40–60 tahun. Kondisi ini biasanya tidak perlu ditangani secara khusus, terutama jika tidak ada keluhan apa pun selain benjolan.
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan lipoma payudara. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat cedera pada payudara. Selain itu, lipoma lebih sering dialami oleh orang yang keluarganya juga pernah mengalami penyakit ini.
6. Nekrosis lemak
Nekrosis lemak merupakan benjolan payudara yang muncul ketika kelenjar lemak di payudara mengalami kerusakan. Benjolan payudara pada nekrosis lemak teraba keras tetapi tidak nyeri, dan berwarna kemerahan atau seperti memar.
Nekrosis lemak bisa terjadi akibat cedera atau efek samping dari prosedur medis, seperti radioterapi, operasi pengangkatan tumor payudara (lumpektomi), biopsi payudara, operasi pengangkatan kelenjar payudara (mastektomi), atau rekonstruksi payudara setelah mastektomi.
Benjolan payudara akibat nekrosis lemak umumnya tidak memerlukan pengobatan. Namun, untuk memastikannya, dokter perlu melakukan pemeriksaan, seperti biopsi.
7. Papiloma intraduktal
Papiloma intraduktal merupakan benjolan payudara yang terbentuk di dalam duktus, yaitu saluran yang membawa ASI dari kelenjar susu ke puting payudara. Benjolan payudara ini terbentuk dari jaringan ikat, kelenjar, dan pembuluh darah.
Umumnya, benjolan papiloma intraduktal berada di dalam puting, tetapi bisa juga di sekitar puting. Ukurannya bisa 1–2 cm atau lebih besar. Gejala utama dari kondisi ini adalah keluarnya cairan dari puting, yang bisa berwarna bening atau berdarah.
Meski biasanya bersifat jinak, papiloma intraduktal juga ada yang berisiko menjadi kanker payudara. Oleh karena itu, benjolan payudara yang merupakan papiloma intraduktal biasanya perlu dioperasi meski hasil pemeriksaan menunjukkan benjolan bersifat jinak.
Papiloma intraduktal diketahui paling sering terjadi pada wanita usia 35–55 tahun. Belum diketahui apa yang menyebabkan kondisi ini. Namun, ada dugaan papiloma intraduktal diturunkan di dalam keluarga, atau bisa juga karena efek samping penggunaan kontrasepsi maupun terapi penggantian hormon.
8. Kanker payudara
Kanker payudara adalah benjolan payudara yang bersifat ganas. Benjolan ini umumnya tumbuh dengan cepat dan mengakibatkan perubahan pada bentuk payudara, misalnya puting payudara yang tertarik ke dalam atau kulit payudara mengerut dan bertekstur seperti kulit jeruk.
Kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita. Namun, kondisi ini juga dapat dialami oleh pria. Benjolan payudara yang memiliki ciri ke arah kanker payudara perlu diperiksakan ke dokter secepatnya, agar bisa dipastikan dan ditangani sedini mungkin.
Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko munculnya kanker payudara, yaitu:
- Mutasi gen BRCA yang diturunkan dalam keluarga
- Faktor hormonal
- Pola hidup tidak sehat, seperti merokok
- Paparan zat kimia
- Polusi lingkungan
Gejala Benjolan Payudara
Benjolan payudara dapat bervariasi dalam ukuran dan teksturnya, tergantung pada jenisnya. Beberapa karakteristik benjolan payudara yang dapat muncul antara lain:
- Benjolan berjumlah tunggal atau banyak pada satu atau kedua payudara
- Ukuran benjolan bisa kurang atau lebih dari 5 cm dan dapat membesar
- Benjolan bisa teraba lunak, kenyal, padat, atau seperti kantung berisi cairan
- Bentuk benjolan yang bulat atau lonjong
- Benjolan bisa digerakkan atau menempel pada dasarnya (tidak bisa digerakkan)
Keluhan lain yang juga bisa menyertai benjolan payudara adalah:
- Perubahan ukuran dan bentuk pada kedua payudara
- Puting mengeluarkan cairan yang bening, keruh, atau bahkan berupa darah
- Payudara membengkak, bertekstur keras, dan teraba hangat bila disentuh
- Puting terasa gatal atau sensitif
- Demam lebih dari 38,3°C
Kapan harus ke dokter
Kebanyakan benjolan payudara bersifat jinak dan tidak berbahaya, tetapi sebaiknya tetap perlu diperiksakan ke dokter, terutama bila disertai dengan gejala berikut:
- Terasa nyeri dan mengganggu
- Tidak hilang setelah menstruasi, atau bertahan lebih dari 4–6 minggu
- Muncul benjolan baru
- Benjolan membesar
- Ukuran payudara terlihat tidak simetris
- Benjolan teraba padat dan tidak bergeser bila digerakkan
- Puting mengeluarkan darah
- Kulit payudara memerah, mengeras, atau mengerut seperti kulit jeruk
- Payudara memar tanpa sebab yang jelas
- Puting masuk ke dalam atau posisinya berubah
- Muncul benjolan di ketiak
Diagnosis Benjolan Payudara
Dokter akan memulai diagnosis dengan menanyakan gejala, kapan benjolan mulai muncul, siklus menstruasi, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan menekan payudara pasien untuk meraba benjolan.
Pemeriksaan fisik dapat membantu dokter untuk menentukan lokasi, tekstur, dan pergerakan benjolan. Selanjutnya, dokter akan menjalankan tes penunjang berikut untuk memastikan diagnosis:
Ultrasonografi payudara
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar. USG payudara sangat berguna dalam memeriksa benjolan payudara, terutama dalam membedakan benjolan yang bertekstur padat dan berisi cairan.
Mammografi
Mammografi adalah foto Rontgen untuk payudara. Pada pemeriksaan ini, payudara pasien akan dijepit pada alat khusus agar gambar jaringan payudara dapat terlihat lebih jelas. Melalui mammografi, dokter dapat melihat bila ada kelainan di payudara, seperti tumor, penumpukan kalsium, atau jaringan yang padat di payudara.
Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI menggunakan medan magnet untuk menampilkan gambar bagian dalam tubuh. MRI digunakan untuk memeriksa lebih detail benjolan payudara yang tidak terlihat jelas pada mammografi atau USG.
Duktografi
Duktografi atau galaktografi adalah pengambilan gambar kelenjar payudara dan saluran ASI dengan foto Rontgen. Pemeriksaan ini akan membantu dokter mengetahui penyebab keluarnya cairan dari puting, baik yang berupa darah maupun cairan bening.
Duktografi didahului dengan penyuntikan cairan kontras melalui puting.
Biopsi
Biopsi adalah prosedur pengambilan sampel benjolan atau seluruh benjolan untuk kemudian diperiksa di laboratorium. Biopsi bisa dilakukan dengan atau tanpa operasi. Biopsi tanpa operasi biasanya menggunakan jarum tipis atau alat khusus untuk mengambil sedikit jaringan dari benjolan payudara.
Pengobatan Benjolan Payudara
Kebanyakan benjolan payudara yang jinak tidak memerlukan penanganan, karena tidak berbahaya. Pada beberapa kasus, benjolan bahkan dapat hilang dengan sendirinya. Tindakan medis dilakukan bila benjolan berukuran besar, disertai nyeri, luka, perubahan pada bentuk puting, atau keluar cairan dari puting.
Prosedur untuk menangani benjolan payudara tergantung pada jenis benjolannya, antara lain:
1. Lumpektomi
Lumpektomi merupakan operasi pengangkatan tumor. Prosedur ini dimulai dengan memberikan bius lokal kepada pasien. Setelah bius bekerja, dokter akan membuat irisan di sekitar area tumor, kemudian mengangkat tumor dan sedikit jaringan di sekitarnya.
Lumpektomi biasanya dilakukan pada wanita dengan satu benjolan payudara yang diameternya kurang dari 5 sentimeter.
2. Krioterapi
Krioterapi bertujuan untuk menghancurkan benjolan payudara yang tidak normal dengan cara dibekukan. Pada prosedur ini, dokter akan menyuntikkan nitrogen cair langsung ke area tumor.
3. Aspirasi jarum halus
Aspirasi jarum halus adalah prosedur pengeluaran cairan dari benjolan payudara dengan menggunakan jarum khusus. Prosedur ini dilakukan dengan bantuan USG agar jarum ditempatkan dengan tepat di benjolan.
4. Mastektomi
Mastektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat seluruh jaringan payudara. Prosedur ini bisa dilakukan pada satu atau kedua payudara. Mastektomi dilakukan pada pasien kanker payudara.
Selain sejumlah prosedur di atas, dokter juga dapat memberikan pil KB untuk mengatur siklus menstruasi dan menurunkan kadar hormon estrogen pada pasien.
Pada pasien mastitis, dokter dapat meresepkan antibiotik dan obat pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen. Ibu menyusui yang mengalami mastitis tidak perlu berhenti menyusui, karena kondisi ini tidak berbahaya bagi bayi. Selain itu, menyusui bayi justru dapat membantu penyembuhan mastitis.
Bila benjolan payudara merupakan kanker, dokter juga akan melakukan tindakan lain di samping mastektomi, seperti radioterapi, kemoterapi, atau terapi hormon. Pada beberapa kasus, dokter dapat mengombinasikan metode tersebut, tergantung pada ukuran dan stadium kanker, serta usia dan kondisi kesehatan pasien.
Komplikasi Benjolan Payudara
Benjolan payudara umumnya bersifat jinak dan tidak berbahaya. Namun, pada beberapa jenis benjolan payudara, penanganan yang terlambat bisa menyebabkan kerusakan permanen pada payudara.
Oleh sebab itu, penderita benjolan payudara perlu mengikuti saran dan pengobatan dari dokter. Hal ini dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi, seperti:
- Penyebaran kanker payudara ke organ tubuh lain (metastasis)
- Perubahan bentuk payudara akibat kerusakan jaringan
- Penyebaran infeksi payudara akibat abses
Pencegahan Benjolan Payudara
Kebanyakan benjolan payudara sulit dicegah, karena terjadi akibat perubahan hormon yang tidak dapat dikontrol. Namun, benjolan payudara yang terdeteksi lebih dini bisa ditangani dengan lebih cepat. Hal ini dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi benjolan payudara lebih dini adalah dengan SADARI (periksa payudara sendiri). SADARI sebaiknya dilakukan setiap 1 bulan sekali, pada hari ke-7 sampai ke-10, terhitung dari hari pertama haid, atau setiap bulan pada tanggal yang sama bagi yang telah menopause.
Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan SADARI:
- Berdiri di depan cermin tanpa berpakaian dengan kedua tangan terangkat di atas kepala. Amati bila ada perubahan pada bentuk, ukuran, warna kulit, dan permukaan kulit payudara. Perlu diketahui bahwa bentuk payudara kanan dan kiri umumnya tidak simetris sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
- Rapatkan telapak tangan dengan kuat sehingga payudara menonjol ke depan. Amati apakah ada benjolan, kulit mengerut seperti jeruk atau cekungan, seperti lesung pipi dan puting susu yang tertarik ke dalam.
- Pijat secara perlahan area di sekitar puting sampai ke arah ujung puting, lalu amati apakah keluar cairan yang tidak normal, seperti putih kekuningan yang terkadang bercampur darah seperti nanah. Pada ibu menyusui, cairan ini berbeda dengan ASI.
- Lakukan perabaaan pada payudara kanan dalam posisi berbaring, dengan meletakkan bantal di belakang punggung dan tangan kanan di bawah kepala. Setelah itu, raba payudara dengan tiga jari tangan kiri (telunjuk, jari tengah, dan jari manis) yang dirapatkan.
- Tekan lembut payudara dengan tiga jari tersebut. Lakukan gerakan memutar mulai dari sisi luar payudara hingga ke dalam dan menyentuh puting dengan putaran searah jarum jam. Fokus dan rasakan dengan baik agar diketahui bila ada penebalan atau benjolan.
- Lakukan hal yang sama pada payudara kiri menggunakan tangan kanan dengan tangan kiri diletakkan di bawah kepala.
- Berilah perhatian khusus pada area payudara di dekat ketiak. Hal ini karena tumor payudara paling sering ditemukan di area tersebut.
Selain SADARI, langkah pencegahan lain adalah SADANIS (pemeriksaan payudara klinis). SADANIS dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Pemeriksaan ini disarankan untuk dilakukan secara berkala. Tujuannya adalah agar benjolan payudara atau tanda abnormal lain dapat ditemukan sedini mungkin.
Kementerian Kesehatan RI mengimbau pemeriksaan SADARI dan SADANIS dilakukan secara berkala. Tujuannya adalah untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini sehingga dapat meningkatkan angka harapan hidup pada penderitanya.
Selain SADARI dan SADANIS, Anda juga disarankan untuk melakukan upaya sederhana untuk menurunkan risiko terkena benjolan payudara, terutama kanker payudara, seperti:
- Tidak merokok
- Berolahraga secara rutin
- Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
- Beristirahat dan tidur yang cukup
- Mengelola stres dengan baik