Hiperpigmentasi merupakan kondisi munculnya bercak gelap pada kulit. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Meski umumnya tidak berbahaya, hiperpigmentasi dapat menganggu penampilan. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Hiperpigmentasi kulit terjadi ketika tubuh memproduksi zat melanin, yaitu zat pigmen yang memberikan warna kulit tubuh, dalam jumlah berlebihan. Bercak gelap pada kulit ini umumnya bisa timbul di bagian tubuh. Namun, hiperpigmentasi juga bisa timbul di seluruh tubuh.
Hiperpigmentasi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti peradangan pada kulit, paparan sinar matahari terlalu sering dan lama, penuaan kulit, penggunaan obat-obat tertentu, semisal pil KB, kehamilan, hemokromatosis (kadar zat besi berlebih), dan penyakit Addison.
Jenis-jenis Penyakit Hiperpigmentasi
Hiperpigmentasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Masing-masing jenis memiliki penyebab yang berbeda, seperti paparan sinar matahari berlebihan, faktor usia, atau dampak dari penyakit kulit tertentu.
Beberapa jenis penyakit hiperpigmentasi yang paling umum adalah:
1. Melasma
Melasma ditandai dengan munculnya bercak-bercak hitam di dagu, dahi, hidung, pelipis, leher, atas bibir, atau pipi pada salah satu atau kedua sisi wajah. Selain di wajah, bercak hitam yang tidak gatal atau pun sakit ini bisa juga muncul di bagian tubuh lain, seperti lengan.
Melasma bisa muncul di area tubuh yang sering terkena sinar matahari dan lebih umum terjadi pada wanita, meskipun bisa juga terjadi pada pria. Mereka yang berkulit gelap umumnya lebih berisiko mengalami melasma.
Melasma pada wanita sering terjadi di masa kehamilan atau karena mengonsumsi pil KB. Melasma yang muncul di masa kehamilan disebut dengan kloasma.
2. Lentigo
Lentigo ditandai dengan munculnya bintik bulat hitam atau kecokelatan pada kulit, seperti di wajah, lengan, atau punggung tangan. Bintik yang muncul berukuran sekitar 0,2-2 cm dan memiliki bentuk yang tidak beraturan.
Berdasarkan penyebabnya, lentigo bisa dibagi menjadi 2 jenis, yakni:
- Solar lentigo, yaitu lentigo yang disebabkan oleh paparan sinar matahari
- Nonsolar lentigo, yaitu lentigo disebabkan oleh penyakit kelainan bawaan seperti sindrom Peutz-Jeghers
Lentigo juga biasa dialami oleh orang-orang berusia paruh baya atau lanjut usia. Seiring pertambahan usia, bercak lentigo bisa terus bertambah.
3. Post-inflammatory hyperpigmentation
Kondisi yang bernama lain hiperpigmentasi pascainflamasi ini ditandai dengan bercak kecoklatan pada kulit di bagian tubuh tertentu yang mengalami cedera atau peradangan sebelumnya. Ukuran bercak besar dan bentuknya tidak beraturan.
Bercak hitam ini disebabkan karena cedera, misalnya luka bakar, reaksi alergi, efek samping obat-obatan, serta peradangan pada kulit, seperti jerawat atau eksim.
Hiperpigmentasi pascainflamasi juga dapat terjadi pada orang yang melakukan prosedur perawawatan kult tertentu, seperti laser dan mikrodermabrasi.
4. Hiperpigementasi akibat efek samping obat dan bahan kimia
Hiperpigmentasi satu ii merupakan tipe hiperpigmentasi yang terjadi akibat efek samping penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.
Obat tersebut bisa berupa obat antimalaria, obat jantung, seperti amiodarone, maupun kemoterapi, seperti bleomycin dan busulfan. Sementara itu, bahan kimia yang memicu hiperpigmentasi adalah perak, emas dan merkuri.
Bercak yang timbul biasanya berwarna kecoklatan, keabu-abuan, kebiru-biruan, atau abu kebiruan. Bercak hiperpigmentasi ini dapat menyebar, tetapi bentuk dan pola bercak bisa tergantung pada obat yang dikonsumsi. Bercak-bercak ini juga umumnya timbul di wajah, terutama bibir, tangan, kaki, atau alat kelamin.
Jenis-jenis hiperpigmentasi kulit di atas bukanlah kondisi yang berbahaya. Namun, Anda perlu waspada jika bercak yang muncul menyebar atau meluas dengan cepat, memiliki bentuk tidak beraturan, dan bercak yang ada disertai luka, rasa gatal, nyeri, serta mudah berdarah. Hiperpigmentasi dengan ciri-ciri tersebut dapat menjadi tanda dari kanker kulit.
Cara Mengatasi Hiperpigmentasi
Munculnya bercak hitam pada kulit, terutama kulit wajah, tentu akan mengganggu penampilan. Guna mengatasi bercak akibat hiperpigmentasi, ada beberapa metode perawatan yang bisa Anda gunakan atau lakukan, di antaranya:
Vitamin C dan asam kojic
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa krim atau salep yang mengandung vitamin C dan asam kojic mampu mencerahkan sekaligus mengurangi hiperpigmentasi kulit. Kombinasi bahan tersebut hampir serupa dengan komposisi dalam sabun pepaya yang dapat menghambat enzim tirosinase yang berperan dalam pembentukan melanin.
Krim pelembab
Krim yang dijual bebas maupun krim dengan resep dokter bisa juga jadi pilihan. Pilihlah produk yang mengandung hidroquinon dan tretinoin. Kombinasi keduanya diketahui efektif membantu mencerahkan kulit.
Krim dengan kandungan gliserin, asam hyaluronic, dan retinol juga bisa jadi pilihan. Kombinasi bahan tersebut mampu meningkatkan regenerasi sel kulit dan mencerahkan kulit.
Namun, Anda perlu hati-hati dengan kandungan tretinoin karena efeknya dapat membahayakan janin. Oleh karena itu, krim yang mengandung tretinoin tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita hamil atau wanita yang sedang merencanakan kehamilan.
Laser atau chemical peeling
Umumnya hiperpigmentasi yang diobati dengan krim khusus akan hilang. Namun, jika tidak kunjung hilang, maka diperlukan metode perawatan lain, seperti laser ataupun chemical peeling.
Hiperpigmentasi kulit memang tidak bisa dicegah sepenuhnya, tetapi dapat diminimalkan dengan menggunakan krim tabir surya SPF 30 sebelum memulai aktivitas di bawah terik sinar matahari secara rutin. Selain itu, kenakan juga pakaian tertutup atau topi saat beraktivitas di luar ruangan.
Meski demikian, hiperpigmentasi sebaiknya diperiksakan ke dokter kulit apabila bercaknya tidak kunjung menghilang, semakin parah setelah diobati, atau mengalami perubahan bentuk, ukuran, dan warna.