Berat badan kurang pada anak atau underweight harus diwaspadai karena dapat menjadi tanda gangguan pertumbuhan. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan memantau dan memastikan asupan gizi anak tercukupi.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020, terdapat sekitar 6,7% balita yang mengalami berat badan di bawah normal (kurus) dan sekitar 1,4% balita yang masuk ke dalam kategori sangat kurus.
Indikator status gizi berdasarkan indeks berat badan dan umur ini menunjukkan adanya masalah gizi secara umum yang perlu diperhatikan, khususnya oleh orang tua.
Pentingnya Deteksi Dini Berat Badan Kurang pada Anak
Secara umum, orang tua bisa mengenali tanda-tanda berat badan kurang pada anak, yaitu anak mengalami penurunan berat badan, berat badan anak tidak bertambah selama 2 bulan berturut-turut, dan tulang rusuk anak terlihat menonjol.
Namun, tanda-tanda ini tidak bisa selalu dijadikan patokan karena anak akan melalui berbagai fase tingkat pertumbuhan selama periode tumbuh kembangnya.
Selain itu, pertumbuhan anak juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti aktivitas fisik, gangguan metabolik, infeksi, kelainan genetik, dan faktor sosial ekonomi serta lingkungan.
Cara terbaik untuk mengetahui apakah anak memiliki berat badan kurang adalah dengan memeriksaan kesehatan dan menimbang berat badan anak secara rutin, sehingga tahapan tumbuh kembang anak tetap terpantau.
Rutin membawa anak ke Posyandu, Puskesmas, klinik, atau rumah sakit juga merupakan salah satu langkah awal mewaspadai berat badan kurang pada anak.
Cegah Berat Badan Kurang pada Anak dengan Pilihan Gizi yang Seimbang
Memenuhi kebutuhan gizi anak tidak bisa sembarangan. Walau berkalori tinggi, makanan seperti cokelat, minuman manis, serta makanan berlemak sangat tidak dianjurkan untuk dijadikan sumber energi utama pada anak.
Untuk anak yang berusia kurang dari 6 bulan, ASI eksklusif menjadi sumber nutrisi utama yang dianjurkan. Sementara itu, anak yang berusia lebih dari 6 bulan dapat diberikan beragam jenis makanan pendamping ASI (MPASI) guna melengkapi nutrisinya.
Anak juga memiliki saluran pencernaan yang lebih kecil daripada orang dewasa, sehingga orang tua perlu menyiasati pemberian makan anak. Di samping memberikan menu makan utama sebanyak 3 kali sehari, orang tua juga dianjurkan untuk memberikan setidaknya 3 kali makanan ringan (camilan) untuk meningkatkan asupan energi anak.
Berikut ini adalah panduan menu makan sehat untuk anak:
- Sumber karbohidrat berupa nasi, kentang, roti, atau pasta
- Sumber protein, seperti kacang-kacangan, ikan, telur, dan daging.
- Buah dan sayuran sebanyak 5 porsi setiap hari
- Susu dan produk turunannya, seperti yogurt dan keju
- Sumber lemak baik seperti minyak zaitun, alpukat, dan minyak ikan
- Air putih sebanyak 4 cangkir untuk anak berusia 1–3 tahun dan 5 cangkir untuk anak berusia 4–8 tahun
Susu formula khusus dapat diberikan sebagai pelengkap nutrisi untuk mengejar ketinggalan berat badan anak berdasarkan usia dan status gizinya. Namun, pemberian susu formula sebagai suplemen tambahan harus dilakukan di bawah pengawasan dokter anak.
Ingat, jangan biarkan anak mengonsumsi makanan cepat saji hanya agar berat badannya bertambah. Jangan pula memberikan nutrisi tambahan selain ASI pada bayi yang berusia dibawah 6 bulan, kecuali atas anjuran dokter. Hal ini karena saluran cerna bayi belum siap untuk mencerna asupan makanan dan minuman yang kompleks.
Orang tua harus cermat dalam memilihkan sumber gizi yang baik bagi tumbuh kembang dan juga kesehatan anak agar ia terhindar dari malnutrisi, seperti kwashiorkor dan marasmus, atau sebaliknya, obesitas.
Jika Anda telah melakukan berbagai upaya di atas, tetapi berat badan kurang pada anak masih belum tertangani, periksakan kembali Si Kecil ke dokter agar dokter dapat menentukan penyebab dan merencanakan upaya perbaikan gizi Si Kecil.