Susu pasteurisasi kerap kali dianggap memiliki kandungan gizi yang rendah akibat proses pemanasannya. Selain itu, susu pasteurisasi juga dinilai dapat menyebabkan alergi atau intoleransi laktosa. Namun, anggapan tersebut belum tentu benar.

Susu pasteurisasi adalah susu sapi segar yang telah dipanaskan untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit. Selain memperpanjang masa simpan, pasteurisasi juga menjaga kualitas susu dan mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya, seperti Salmonella atau E. coli. Namun, meski lebih dianjurkan, beberapa orang masih meragukan manfaat susu ini.

Susu Pasteurisasi, Fakta Menarik dan Proses Pembuatannya - Alodokter

Macam-Macam Metode Susu Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah proses pemanasan susu pada suhu tertentu untuk membunuh mikroorganisme berbahaya tanpa mengurangi nilai gizinya secara signifikan. Berikut beberapa metode pasteurisasi yang umum digunakan:

  • High Temperature Short Time (HTST), susu dipanaskan pada suhu 72°C selama 15 detik.
  • Low Temperature Long Time (LTLT), susu dipanaskan pada suhu 63°C selama 30 menit.
  • Ultrapasteurisasi, susu dipanaskan hingga 138°C selama 2 detik.
  • Ultra-High Temperature (UHT), susu dipanaskan pada suhu 138–150°C selama 1–2 detik dan dikemas dalam wadah kedap udara.

Setelah pasteurisasi, susu harus segera didinginkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang tersisa.

Fakta-Fakta Tentang Susu Pasteurisasi

Banyak mitos yang beredar mengenai kandungan gizi dan efek susu pasteurisasi. Berikut adalah fakta-fakta yang perlu Anda ketahui:

1. Kandungan gizi susu pasteurisasi tidak hilang

Proses pasteurisasi tidak menghancurkan kandungan nutrisi dalam susu. Vitamin, mineral, protein, dan lemak tetap terjaga dengan baik. Beberapa vitamin, seperti vitamin B dan vitamin C, sedikit berkurang tetapi tidak signifikan, mengingat susu memang tidak mengandung banyak vitamin tersebut sejak awal.

2. Alergi susu tetap bisa terjadi

Baik susu mentah maupun susu pasteurisasi mengandung protein seperti kasein dan whey yang dapat memicu alergi pada sebagian orang. Jika Anda memiliki alergi terhadap susu, baik susu pasteurisasi maupun susu mentah, gejala seperti gatal atau ruam tetap bisa muncul.

3. Intoleransi laktosa tetap menjadi risiko

Susu pasteurisasi mengandung laktosa, yaitu sejenis gula yang sulit dicerna oleh sebagian orang. Jika Anda mengalami intoleransi laktosa, konsumsi susu pasteurisasi bisa memicu gejala, seperti diare, mual, atau kembung.

4. Kandungan asam lemak tetap terjaga

Meski melalui proses pemanasan, susu pasteurisasi tetap mengandung asam lemak yang penting untuk kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asam lemak dalam susu pasteurisasi lebih mudah dicerna oleh tubuh.

Cara Pasteurisasi Susu di Rumah

Jika Anda memiliki susu segar dari peternak, Anda bisa melakukan pasteurisasi sendiri di rumah dengan langkah-langkah berikut:

  • Cuci botol susu dengan sabun dan air hangat kemudian rendam botol dalam air panas selama minimal 2 menit.
  • Panaskan susu dengan menyiapkan 2 panci, yaitu satu panci berisi air dan satu panci berisi susu segar. Panaskan susu hingga mencapai suhu 72°C selama 15 detik.
  • Segera letakkan panci berisi susu dalam air es dan aduk hingga suhu turun di bawah 20°C.
  • Tuang susu ke dalam botol yang sudah disterilisasi dan simpan dalam kulkas pada suhu 4°C.

Keamanan Susu Pasteurisasi

Susu pasteurisasi adalah pilihan terbaik untuk ibu hamil, ibu menyusui, serta individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Proses pasteurisasi memastikan bahwa susu bebas dari bakteri berbahaya. Namun, meskipun aman, susu ini masih bisa memicu reaksi alergi pada beberapa orang, seperti gatal-gatal atau sesak napas. Jika Anda mengalami gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter.

Susu pasteurisasi tetap menjadi pilihan yang aman dan sehat untuk dikonsumsi sehari-hari. Meskipun beberapa nutrisi berkurang, manfaat kesehatannya tetap terjaga. Jika Anda memiliki alergi susu atau intoleransi laktosa, pastikan untuk berhati-hati saat mengonsumsi produk susu.

Anda dapat chat langsung dengan dokter secara online melalui layanan konsultasi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut atau jika membutuhkan saran medis mendesak. Jika Anda mengalami reaksi parah, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.