Displasia adalah perkembangan sel atau jaringan yang tidak normal, tetapi belum tentu bersifat kanker. Kondisi ini juga bisa diartikan sebagai tahapan perkembangan sel yang sifatnya berada di antara sel sehat dan sel kanker. Displasia terbagi menjadi beberapa jenis dengan gejala penyerta yang berbeda.
Sel abnormal displasia memiliki jumlah yang lebih banyak daripada sel sehat. Pertumbuhan selnya juga sangat cepat, tidak teratur, dan bisa terjadi di bagian tubuh mana saja. Jika tidak ditangani dengan baik, displasia bisa terus berkembang dan menjadi kanker atau dikenal sebagai kondisi prakanker.
Secara umum, displasia terbagi menjadi dua tipe, yaitu displasia ringan (low-grade) dan displasia berat (high-grade). Pada displasia ringan, pertumbuhan sel tergolong lambat dan risiko perubahan sel abnormal menjadi kanker juga kecil.
Sedangkan pada displasia berat, pertumbuhan sel abnormal sangat cepat dan risiko menjadi kanker pun semakin tinggi.
Displasia Berdasarkan Lokasi Pertumbuhan
Berdasarkan lokasi pertumbuhannya, jenis displasia juga sangat bervariasi. Berikut ini adalah beberapa jenisnya:
1. Displasia serviks
Displasia serviks terjadi saat sel abnormal tumbuh di sekitar serviks atau leher rahim. Kondisi ini jarang menimbulkan gejala dan umumnya baru diketahui saat melakukan pap smear. Displasia serviks disebabkan oleh infeksi HPV yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Wanita berusia di bawah 30 tahun lebih berisiko terkena kondisi ini. Meski begitu, risiko terkena displasia serviks juga dapat meningkat jika Anda melakukan hubungan seksual di bawah umur, sering berganti pasangan seksual, dan berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
2. Displasia fibrosa
Displasia fibrosa merupakan kelainan tulang akibat adanya pertumbuhan abnormal jaringan parut di dalam tulang. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, tetapi kelainan genetik yang tidak diturunkan dan mutasi gen tertentu diduga menjadi penyebab munculnya displasia fibrosa.
Displasia fibrosa umumnya terjadi di tulang tengkorak, panggul, rusuk, paha, tulang kering, dan tulang lengan atas. Kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, yaitu:
- Nyeri tulang
- Pembengkakan
- Kelainan bentuk tulang
- Tulang tungkai melengkung atau bengkok
- Tulang melemah dan mudah patah, terutama tulang lengan dan kaki
3. Displasia saluran pencernaan
Displasia saluran cerna umumnya berisiko tinggi untuk berubah menjadi kanker. Displasia di dalam saluran pencernaan bisa menyerang beberapa organ, seperti lambung, usus, atau hati. Kondisi ini umumnya tidak menimbulkan gejala.
Meski begitu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko displasia saluran pencernaan, yaitu:
- Peradangan lambung jangka panjang
- Infeksi bakteri Helicobacter pylori
- Perubahan bentuk sel pada lambung
- Anemia
4. Sindrom mielodisplasia
Kondisi ini menyebabkan gangguan pembentukan sel darah. Sindrom mielodisplasia bisa menyerang siapa saja, tapi lansia berusia 70–80 tahun lebih berisiko mengalaminya.
Seseorang yang menderita sindrom mielodisplasia berisiko terkena sejumlah komplikasi, salah satunya leukemia atau kanker darah. Sindrom ini biasanya ditandai dengan beberapa gejala, yaitu:
- Sesak napas dan tubuh terasa lemas
- Muncul bintik merah di bawah kulit
- Sering mengalami infeksi karena sel darah putih rendah
- Tubuh tampak pucat karena kekurangan sel darah merah (anemia)
- Muncul memar di tubuh dan mudah berdarah karena trombosit rendah
5. Displasia fibromuskular
Displasia fibromuskular merupakan kondisi yang menyebabkan penyempitan atau pelebaran pembuluh arteri, terutama arteri yang mengarah ke ginjal dan otak. Gejala displasia fibromuskular dapat berupa tekanan darah tinggi, kerusakan jaringan dalam ginjal, hingga gagal ginjal kronis.
Displasia fibromuskular cenderung ringan dan berisiko rendah berkembang menjadi kanker. Meski begitu, kondisi ini bisa menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti diseksi aorta dan stroke.
Anda dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika merasakan gejala displasia. Dengan begitu, dokter bisa mendeteksi pertumbuhan sel abnormal sekaligus memberikan penanganan yang tepat. Deteksi dini displasia akan membantu Anda terhindar dari risiko terkena penyakit kanker.