Tunagrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan intelektual dan kognitif yang berada di bawah rata-rata dibandingkan orang pada umumnya. Kondisi ini biasanya terdeteksi sejak masa kanak-kanak, tetapi bisa pula muncul ketika dewasa.
Anak dengan tunagrahita dapat dikenali dari proses berpikir dan belajar yang lebih lambat dibandingkan anak-anak lain seusianya. Tak hanya itu, seorang anak tunagrahita juga kurang cakap dalam mempraktikkan keterampilan saat menjalani kegiatan sehari-hari secara normal.
Kata tunagrahita sendiri merupakan istilah lain dari sebutan disabilitas intelektual. Penyebab kondisi ini umumnya dikaitkan dengan masalah selama kehamilan maupun setelah anak dilahirkan.
Beragam Hal yang Dapat Menjadi Penyebab Tunagrahita
Pada dasarnya, anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam dua hal utama. Pertama, keterbatasan fungsi intelektual atau IQ, yaitu kemampuan untuk belajar, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.
Kedua adalah keterbatasan pada kemampuan beradaptasi, seperti sulit berkomunikasi secara efektif, menjaga diri, dan berinteraksi.
Penyebab utama dari kondisi tunagrahita masih belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa kondisi di bawah ini diduga mampu meningkatkan risiko terjadinya disabilitas intelektual:
- Infeksi otak yang terjadi setelah bayi lahir
- Bayi lahir prematur
- Bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses persalinan
- Ibu terkena infeksi ketika hamil, misalnya rubella
- Ibu hamil atau janin terpapar racun, seperti timbal atau radiasi nuklir
- Anak mengalami malnutrisi berat
- Cedera pada otak karena kecelakaan atau terjatuh
- Riwayat anggota keluarga dengan kondisi tunagrahita
- Ibu mengonsumsi minuman keras, obat-obatan terlarang, atau obat-obatan tertentu saat hamil
Selain berbagai risiko di atas, ada beberapa penyakit pada anak yang dapat meningkatkan risiko disabilitas intelektual, yaitu sindrom Down, epilepsi, atau sindrom fragile X.
Mengenali Tanda-Tanda Tunagrahita Sejak Dini
Tanda-tanda anak tunagrahita dapat dikenali sejak masa kanak-kanak. Biasanya, anak dengan disabilitas intelektual akan menunjukkan proses pertumbuhan atau perkembangan yang terhambat. Ada beberapa tanda yang paling sering muncul pada anak tunagrahita, yaitu:
- Anak terlambat bicara, duduk, merangkak atau berguling
- Sulit mengingat
- Lambat menguasai kemampuan dasar, seperti makan sendiri, berpakaian, atau buang air di toilet
- Gangguan perilaku, seperti sering marah-marah tidak terkendali
- Tidak dapat menghubungkan antara tindakan dengan konsekuensi dari tindakan tersebut
- Sulit berpikir logis maupun memecahkan persoalan ringan
Sebagian anak yang memiliki kelainan mental biasanya mengalami gangguan kesehatan, seperti gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, autisme, gangguan kemampuan motorik, hingga kejang.
Sebagian kasus tunagrahita tidak dapat dicegah, tetapi ibu hamil selalu dapat menghindari aktivitas yang bisa meningkatkan risiko kondisi tersebut, seperti tidak mengonsumsi minuman keras dan mendapat perawatan hingga melahirkan.
Pada kasus yang disebabkan oleh penyakit turunan, tes dapat dilakukan untuk mendeteksi kelainan genetik mencegah keparahan dan mendeteksi sejak dini penyakit yang ada.
Menurut penelitian, beberapa kasus yang terdeteksi dan diatasi lebih awal memperlihatkan hasil yang maksimal. Anak bisa mengejar ketertinggalan dalam pertumbuhan atau perkembangan dan menjalani kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Anak dengan tunagrahita memerlukan bimbingan dari orang tua dan orang-orang sekitarnya dalam menjalani proses perkembangan agar ia bisa menjadi lebih mandiri dan beraktivitas secara normal sesuai kemampuannya.
Oleh karena itu, orang tua yang memiliki anak tunagrahita diharapkan mencari tahu sebanyak mungkin tentang kondisi tersebut. Anda bisa konsultasi ke dokter atau psikolog anak untuk mendapatkan informasi tentang cara mendampingi dan mendukung Si Kecil yang menderita tunagrahita.